Puasa secara bahasa berarti menahan. Adapun secara istilah, puasa berarti menahan dari hal-hal yang membatalkan (puasa) dalam rangka beribadah, dimulai sejak terbitnya fajar hingga waktu tenggelamnya.
Sedangkan Ramadhan, berarti terik atau sangat panas karena sengatan matahari. Ramadhan diartikan demikian, karena menurut kebiasaan orang-orang Arab dahulu, mereka memberi nama-nama bulan menurut iklimnya. Sementara ketetapan pada bulan Ramadhan disebut bulan membakar, karena mampu membakar berbagai macam-macam dosa.
Ramadhan disebut juga bulan pengampunan, karena dapat mengampuni dosa-dosa telah lalu yang dilakukan seseorang. Dalam hal ini nabi Muhammad SAW bersabda: “Barangsiapa berpuasa pada bulan Ramadhan, karena iman dan mengharap ridha Allah, niscaya ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari no. 38 dan HR Muslim no. 760)
Hadis tersebut menunjukkan bagaimana seharusnya orang berpuasa dengan benar. Benar puasanya jika didasari atas iman dan dilakukan dengan ikhlas karena Allah serta mengharap ridha-Nya. Bukan melakukannya atas dasar riya, mencari pujian atau hanya sekedar mengikuti kebiasaan.
Bagi siapapun yang merenungkan, Bulan Ramadhan seharusnya memberikan satu pelajaran yang mendalam. Pada bulan ini, setiap muslim akan diuji ketakwaannya. Semata-mata karena takwa, orang mengendalikan kebutuhan (keinginan) nya dan keperluan yang sangat penting bagi kelangsungan dan kelanjutan dirinya.
Dalam puasa seseorang meninggalkan keperluan pokok dan hubungan dengan pasangan untuk beberapa waktu (yakni selama siang hari) hanya demi mencari keridhaan Tuhan. (Kutipan Khutbah Jum’at tanggal 22 Januari 1901)
Hukum dari melaksanakan puasa Ramadhan adalah fardu ain. Hal itu berarti, puasa adalah ibadah yang wajib dilaksanakan oleh umat muslim secara individu, dan apabila ditinggalkan maka dosanya akan ditanggung sendiri. Bahkan lebih mendalam Nabi Muhammad saw pun memberikan beberapa petunjuk mengenai puasa bulan Ramadhan dengan menguatkan amal ibadah.
Nabi meminta kita untuk memperbanyak membaca Al-Quran di bulan suci ini. Beliau saw juga meminta kita untuk memperbanyak sedekah. Di dalam komunitas muslim Ahmadiyah, anjuran ini bahkan ditekankan dengan himbauan pelunasan perjanjian pengorbanan Tahrik Jadid & Waqfi Jadid.
Kemudian Nabi Muhammad saw juga menyegerakan berbuka, beliau makan sahur dan mengakhirkannya, serta memberi semangat orang lain untuk melakukan hal yang sama. Membebaskan dari qadha puasa bagi orang yang makan atau minum karena lupa, dan bahwasanya Allah swt yang memberinya makan dan minum.
Dari Abu Hurairah ra. Ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Apabila salah seorang dari kalian berpuasa, maka janganlah ia berkata kotor dan berteriak-teriak. Jika seseorang memakinya atau memusuhinya, maka hendaklah ia mengatakan: sesungguhnya saya sedang berpuasa.” (HR Bukhari)
Petunjuk puasa dari nabi Muhammad saw adalah petunjuk yang paling sempurna. Mengena dalam mencapai maksud dan sangat mudah untuk penerapannya bagi segenap jiwa.
Penulis: Suci Rosida