Oleh: Mln. Ahmad Zulfadli
Pada tanggal 21 September diperingati sebagai Hari Perdamaian Internasional. Hari Perdamaian Internasional ditetapkan oleh PBB jatuh setiap pada tanggal 21 September. PBB menyatakan hari tersebut sebagai hari yang dikhususkan untuk memperkuat cita-cita perdamaian, baik di dalam dan di antara semua bangsa dan masyarakat.
Dari keberagaman dan memahami toleransi, ada sebagian orang mengumpulkan donasi berupa mainan atau buku untuk disumbangkan atau mengadakan bakti sosial. Mengumpulkan donasi atau ikut dalam kegiatan bakti sosial dapat mengajarkan banyak hal positif, seperti empati, bersyukur, serta mau berbagi kepada sesama tanpa melihat latar belakang.
Perdamaian juga menekankan pada toleransi antar umat beragama, bisa mengajak teman untuk berjalan-berjalan melihat rumah-rumah ibadah dari tiap-tiap agama, seperti Masjid, Gereja, Vihara, Pura, dan Klenteng di kota kita. Lebih menarik lagi jika rumah-rumah ibadah tersebut merupakan bangunan bersejarah
Contoh Islam damai adalah NU, Muhamadiyah dan Ahmadiyah. Seluruh aksi terorisme yang mengatasnamakan Islam sebenarnya bersumber pada teologi kebenaran tunggal. Teologi kebenaran tunggal ini selalu mengobarkan perang terhadap siapapun yang bertentangan dengan mereka.
Kabarnya, pemahaman radikal ini sudah mulai menyusupi Indonesia. Sulit rasanya membayangkan apabila ormas Islam sekaliber Muhammadiyah dan NU bisa terpengaruh ajaran terorisme. Professor Ahmad Syafii Maarif pun mengingatkan:
“Jika benteng pertahanan Muhammadiyah dan NU sampai bobol dimasuki oleh teologi kebenaran tunggal ini, maka Indonesia sebagai bangsa muslim terbesar di muka bumi akan berubah menjadi ladang pertumpahan darah, dan di ujungnya negeri ini akan masuk museum sejarah karena eksistensinya telah dibinasakan oleh anak-anaknya sendiri yang tergiur oleh “misguided Arabism” (Arabisme yang kesasar jalan) dalam bentuk radikalisme dan terorisme itu) [1].
Sebaliknya, aliran Islam damai adalah ajaran Islam yang murni mengajarkan cinta kepada semua dan kebencian tidak terhadap siapapun. Selain NU dan Muhammadiyah, ada lagi ormas Islam damai bernama Ahmadiyah. Kalimat “cinta kepada semua dan kebencian tidak terhadap siapapun.
”Sesungguhnya, umat muslim hanyalah ingin merasakan kebebasan beragama untuk memeluk dan menyebarkan ajaran Islam dengan damai. Karena itu, Allah Taala mengingatkan pada surat Al Anfaal ayat 61:“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allahlah yang Maha-mendengar lagi Maha-mengetahui”.
Dan juga pada Al Baqarah ayat 193, “Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah[3] lagi dan (sehingga) ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan (lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim”.
Ahmadiyah juga memahami bahwa Islam tidak perlu disebarkan lewat kekerasan, pemaksaan, apalagi lewat senjata dan perang. Hal ini sesuai dengan surat Al Baqarah 256, “Tidak ada paksaan dalam beragama. Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat.”
Sebaliknya, cara Ahmadiyah menyebarkan Islam adalah dengan membuktikan keunggulan Al Quran dan Nabi Muhammad SAW dibanding agama lain. Hal ini juga sesuai dengan surat Al Furqon ayat 52, “Maka janganlah engkau mengikuti orang-orang kafir, dan berjihadlah terhadap mereka dengan Al-Qur’an, dengan jihad yang besar”.
Jihad dengan Alquran adalah hal yang selalu dilakukan oleh Hz Mirza Ghulam Ahmad, yang dipercayai para Ahmadi (anggota Ahmadiyah) sebagai Imam Mahdi dan juga pendiri Ahmadiyah. Beliau mendedikasikan seluruh hidupnya hanya untuk berjihad menyebarkan keunggulan Islam kepada seluruh masyarakat India dengan menulis buku hampir 80 buku yang membahas keunggulan Islam dibanding agama lainnnya.
Hingga kini, para murid Mirza Ghulam Ahmad sudah tercatat berada di 210 negara dan memiliki misi yang sama, menyebarkan Islam yang damai, rahmatin-lil-alamin.