Oleh : Mln. Basyarat Ahmad Sanusi
Deklarasi Universal Hak-hak Asasi Manusia (DUHAM) telah dilaksanakan majlis umum PBB pada tanggal 10 Desember 1948 melalui resolusi 217 A (III) yang terdiri dari 30 Pasal.
DUHAM ini bertujuan untuk memberikan standar umum bagi keberhasilan semua bangsa dan semua negara dengan cita-cita mulia agar setiap orang dan setiap badan dalam masyarakat mengajarkan dan memberikan pendidikan kepada semua orang untuk menghargai hak dan kebebasan sesamanya, dengan gerakan bersifat nasional maupun internasional menjamin pengakuan dan penghormatan yang universal dan efektif baik oleh bangsa-bangsa dari negara-negara anggota PBB maupun bangsa-bangsa dari wilayah-wilayah yang ada di bawah kekuasaan hukum mereka.
DUHAM PBB adalah upaya keras manusia untuk memberikan jaminan terpenuhinya hak-hak asasi manusia. Bagaimana dengan ajaran Islam, apakah Al-Qur’an berbicara tentang HAM? apakah nabi Muhammad Saw. memberikan teladan dalam menegakan HAM sesuai ajaran Al-Qur’an yang di bawanya? Maka, untuk menjawab pertanyaan itu atikel ini di buat. Kajian Teori HAM dari Al-Qur’an cukup banyak, antara lain pernah diungkap Muhammad Tahir Azhari, di mana ia menyimpulkan bahwa Islam menekankan HAM pada tiga hal utama : (1). Persamaan Manusia (2). Martabat Manusia (3). Kebebasan Manusia, adapun rinciannya adalah sebagai berikut :
1. Hak Persamaan
2. Hak Manusia untuk Kebebasan
3. Hak Manusia untuk mempunyai tanggung jawab atas dirinya sendiri
Al-Qur’an menjelaskan : “ Hai Manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal, sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Al-Hujurat : 13). Ayat di atas jelas menyebutkan bahwa manusia dari bangsa dan suku manapun dipandang sama rata dihadapan Tuhan, tinggi rendahnya martabat manusia tidak ditentukan oleh asal bangsa dan sukunya tetapi oleh amal dan ketakwaannya.
Islam memandang kebebasan adalah sesuatu yang melekat pada diri dan benak manusia, ikatan itu tidak bisa dilepaskan, setiap orang diberi kebebasan untuk memperjuangkan hidupnya sendiri, tentang hal ini Al-Qur’an mengatakan :
“Tidak ada paksaan dalam agama, sungguh jalan benar itu nyata bedanya dari kesesatan, karena itu barangsiapa ingkar kepada Thagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh ia telah berpegang kepada suatu pegangan yang sangat kuat lagi tidak akan putus, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui” (Al-Baqarah : 256).
Bebas memilih agama diumumkan Tuhan sendiri dengan bahasanya yang tegas bahwa antara benar dan sesat telah Allah Ta’ala bedakan, manusia tinggal memilih dan proses memilihnya itu dilakukan akal. Jadi, jalan kebenaran itu telah Allah Ta’ala ciptakan dan untuk mengenali kebenaran itu manusia di bekali akal, ini merupakan ihsan Allah Swt. yang tak terhingga kepada manusia.
Lebih jauh Allah Swt, befirman : “dan katakanlah, ‘Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu, maka barangsiapa yang ingin beriman, berimanlah dan barangsiapa yang ingin kafir biarlah ia kafir, sesungguhnya kami telah sediakan bagi orang-orang yang zhalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka…..’”. (Al-Kahfi : 29)
Dari ayat ini nampak jelas Allah Swt. sedemikian rupa demokratis memperlakukan manusia dalam menentukan pilihan, tugas manusia selanjutnya hanyalah mempertanggungjawabkan setiap pilihannya.
Salah satu sifat Allah Swt. adalah Al-adlun Yang Maha Adil, atas nama keadilannya itu Allah Swt. tidak pernah memperlakukan manusia dengan aniaya, Allah tidak pernah menghukum seseorang karena orang lain yang melakukan dosa, hal ini jelas sesuai firmannya:
…dan tiada jiwa mengupayakan keburukan meliankan akibatnya akan menipa dirinya sendiri dan tidak pula seseorang memikul beban orang lain …..(Al-An’am : 164) Lebih spesifik di ayat lain Allah Swt. menegaskan : ” bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri, meskipun Dia mengemukakan alasan-alasannya”. (Al-Qiyamah : 14-15)
Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan Hak Asasi Manusia, misalnya tentang persamaan gender Allah Swt. berfirman
“dan barangsiapa berbuat baik, baik laki-laki maupun perempuan, sedang ia itu mukmin akan masuk sorga, mereka akan diberi rizki didalamnya tanpa perhitungan (40:40)
Hal senada dengan ayat ini banyak disebut dalam Al-Qur’an seperti dalam surat 16:96 dan Surat 3 : 40, semuanya penunjukan persamaan hak yang didapat antara laki-laki dan perempuan tanpa membedakan gender.
Sebetulnya, kalau kita mau menggali lebih dalam masih banyak ayat lain dalam Al-Qur’an yang terkait dengan masalah HAM, dan yang tertulis dalam artikel ini hanya sebagian saja.
Kemudian pertanyaan selanjutnya, apakah Rasulullah Saw, memberikan teladan dalam menegakan HAM pada point-point yang di bahas di atas? Jawabannya Rasulullah Swt. menjadi pelaksana utama dari ayat-ayat tentang HAM itu baik secara ucapan maupun tindakan.
Pertama, terkait pengakuan hak persamaan Rasulullah Saw bersabda : ” An-Nasu ka Asnanil Musti-Manusia bagaikan gerigi pada sisir, gerigi pada sisir berdiri dengan ukuran yang sama, hal ini menunjukan kesamaan derajat dan kedudukan manusia. beliau biasa memeluk erat orang-orang miskin disekitarnya tanpa merasa risih, beliau kerap besabda bahwa : “ Allah tidak melihat kepada rupa dan kekayaanmu tetapi Allah melihat kepada hatimu dan perbuatanmu”. .
Kedua, berkenaan dengan hak kebebasan terdapat kisah beliau dalam hadis:
“Nabi memiliki pelayan seorang pemuda Yahudi. Suatu saat pemuda itu jatuh sakit. Nabi pun menjenguknya dan duduk di dekat kepala pemuda Yahudi itu. Nabi pun menawarkan pemuda Yahudi tersebut masuk Islam.
Lalu pemuda Yahudi itu menatap wajah bapaknya seraya meminta izin. “Silakan kamu mengikuti ajaran Abul Qasim, (Muhammad) (ayah rela kamu masuk Islam),” jawab ayah pemuda Yahudi itu kepadanya. Nabi pun keluar seraya berdoa, “Alhamdulillah, semoga dia (pemuda Yahudi) diselamatkan dari api neraka” (HR. Bukhari)
Dari redaksi hadis ini jelas sekali Rasulullah Saw. adalah pelaksana dari laa ikroha fiddin. Beliau menawarkan masuk Islam kepada pemuda Yahudi bukan memaksakan masuk Islam dan pemuda Yahudi yang menjadi pelayan Rasulullah Saw, tertarik kepada agama Tuannya karena kemuliaan akhlak Rasulullah Saw.
Ketiga, contoh keteladanan Rasulullah Saw. dalam masalah tangungjawab terhadap diri sendiri, Rasulullah Saw. bersabda:
“ haruslah kamu perhatikan bahwa setiap kamu adalah pengawas dan setiap kamu akan di tanyai tentang apa yang diawasinya… (HR. Bukhari dan Muslim)
Selain menjadi pengawas atas diri sendiri hadis ini berbicara tentang mengawasi/ memelihra orang yang berada dalam tanggung jawabnya, pemimpin akan ditanyai mengenai siapa yang dipimpinnya. Kepala keluarga akan ditanyai mengenai keluarganya dan seterusnya.
Rasulullah Saw. sedemikian rupa memperhatikan hubungan pribadi beliau dengan Allah Swt, bagian terbesar waktu siang dan malam beliau pergunakan untuk beribadah dan berdzikir kepada Tuhan, kadangkala beliau begitu lama berdiri dalam shalat tahajud hingga kaki beliau bengkak.
Perikeadaan ini disaksikan Hadhrat Aisyah Rha. isteri beliau. Secara hakikat, Rasulullah Saw. telah mendapat jaminan keselamatan dari Allah Swt, namun secara syari’at beliau mengajarkan kepada kita bahwa keselamatan itu tidak datang dari orang lain melainkan harus diusahakan oleh diri sendiri.
Keempat. Berkenaan dengan penghormatan terhadap kaum perempuan (emansipasi), Beliau sangat berhasrat untuk memperbaiki keadaan wanita ditengah masyarakat, menjamin mereka mendapat kedudukan terhormat, perlakuan wajar dan pantas, Islamlah agama pertama yang memberikan hak waris kepada kaum perempuan, anak laki-laki dan perempuan diperlakukan sama.
Sampai-sampai Rasulullah Saw bersabda bahwa surga berada di bawah telapak kaki ibu, istri-istri beliau menjadi saksi akan keluhuran akhlak beliau dalam menghormati kaum perempuan.
Beliau berpesan bahwa yang terbaik diantara kamu ialah dia yang baik terhadap keluarganya dan saya yang terbaik diantara kamu semua dalam memperlakukan keluarga (Ibn. Majah)
Adalah benar bahwa Rasulullah Saw itu Al-Qur’an yang berjalan. Apa yang Allah firmankan dalam Al-Qur’an secara sempurna beliau amalkan. Sungguh merupakan pertalian yang sempurna antara Qauliyah Tuhan dengan amaliyah Nabi Muhammad Saw. Al-Qur’an sendiri mengumumkan sungguh padanya terdapat uswah hasannah bagi sekalian umat manusia.
Itulah sekilas antara Islam dan HAM, Al-Qur’an adalah sumber pemikiran HAM dan Rasulullah Saw. adalah praktisi sempurna dari pelaksana HAM dalam Al-Qur’an.