Oleh : Mln. Mubasyir Fadhal Ahmad, Melak – Kaltim.
Saat ini dunia kita sedang mengalami kemerosotan dalam berbagai corak, dimana seluruh komponen yang ada didalam nya saling menuntut haknya, yang dengan demikian tanpa disadari telah menjadi pemicu akan ketidak-seimbangan pada setiap apa yang ada didalamnya. Seperti halnya pada tubuh manusia yang setiap bagiannya tidak lagi memberikan perhatian satu sama lain sehingga dapat menimbulkan kerusakan pada fungsi yang semestinya. Niat dalam hati tidak lagi diolah dengan baik oleh pikiran, dan dari pikiran pun tidak lagi didukung dengan pergerakan organ lainnya, sehingga semuanya tidak berjalan menjadi satu kesatuan yang akan menghasilkan suatu tujuan. Kalau sudah seperti itu semuanya menjadi rusak dan kekacauan pun akan menimpa seluruh sistem yang ada pada tubuh.
seseorang yang berniat melakukan sesuatu, apapun itu, mesti didukung dan diolah oleh akalnya, setelah itu semua bagian berpartisipasi dalam tindakan nya, seperti tangan, kaki, mata, dan lainnya, semua terkoneksi dengan baik sehingga apa yang hendak dilakukan menjadi terlaksana.
Sekarang lihatlah, Dunia saat ini pun menjadi kacau karena tidak adanya kerjasama antara sesama manusia, semua saling menuntut hak, tanpa menunaikan kewajibannya, sehingga hilangnya satu kesatuan. Dan semua ini terjadi akibat manusia yg sudah tidak lagi menaruh perhatian terhadap nilai-nilai akhlak didalam dirinya. Semakin jauh seseorang memutuskan perhatiannya terhadap agama, sedemikian jauh pula control keruhanian pada dirinya. Seperti yang telah kita saksikan saat ini, dimana mana terjadi kerusuhan, huru hara, bahkan kerusakan moral dan akhlak yang sedemikian parah sehingga banyak yang sudah melupakan nilai luhur kemanusian dalam dirinya.
Islam jauh-jauh hari sudah mengajarkan kita untuk selalu berbuat keadilan, menebarkan kebajikan dimana pun dan kepada siapapun, memberi kepada kaum kerabat, serta menjauhkan diri dari segala perkara-perkara yang keji, munkar dan permusuhan (QS.16:90).
Kalau saja perintah tersebut diamalkan oleh setiap orang, maka kekacauan pun tidak akan terjadi, semua akan bersinergi dan saling menaruh perhatian satu sama lain. Setiap orang perlu menaruh perhatian untuk menjaga nilai-nilai tersebut, yang dengan mengamalkannya manusia akan menjadi satu kesatuan yang penuh dengan kasih sayang. Bukan menuntut hak, namun memberikan hak, bukan menuntut kebaikan namun memberikan kebaikan. Kitanya ini satu upaya yang dapat dilakukan oleh setiap kita, merekonsiliasi diri untuk berkontribusi dalam membangun negeri ini menjadi lebih damai dan memberi ketentraman didalamnya.
Jangan pernah beranggapan jika seseorang beramal baik maka kita juga baik atau sebaliknya, jika ada orang berbuat tidak baik, maka kita balas dengan perlakuan yang sama. Hal seperti ini juga adalah yang akan memicu keributan yg berkelanjutan dan menjadikan hidup ini menjadi tidak harmonis.
Jadilah pelaku adil, ihsan, dan itaaidzil qurba mulai dari lingkungan terkecil seperti dalam rumah tangga, tetangga terdekat sampai pada lingkungan terbesar bahkan kepada setiap orang, dan kepada siapapun dengan tanpa pandang bulu.
Keberagaman pada suku, ras, bahasa, sosial budaya, bahkan agama sekalipun bukanlah jadi suatu penghalang bagi kita untuk saling berinteraksi, tolong menolong, saling bekerjasama bahu membahu dalam membangun perdamaian ini. Kita semua adalah sama sebagai makhluk yang diciptakan Allah Swt, karenanya toleransi, saling memahami, dan berkerja sama dengan setiap orang dalam membangun keserasian dan perdamaian merupakan tanggungjawab bersama. Ajaran inilah yang telah kita terima seperti yang tercantum dalam Kitab Suci AlQuran Ash-shulhul Khairu, dan Islam sebagai Rahmatan Lil’alamin, tentu tidak membatasi rasa kasihnya hanya kepada kaum tertentu, atau golongan tertentu saja, namun kepada seluruh alam ini kita pun harus menaruh rahmat dan kasih sayangnya.
Oleh karena itu jika jalinan kasih sayang ini menjadi sesuatu yg diutamakan pada diri setiap orang, maka Insya Allah semua itu akan berdampak pada meningkatnya ketentraman dan kedamaian di dunia.