Disarikan oleh : Harpan Aziz Ahmad, Kebayoran – DKI Jakarta
Dan berilah kabar suka kepada orang-orang yang beriman dan beramal soleh, sesungguhnya untuk mereka ada kebun-kebun yang dibawahnya mengalir sungai-sungai. Setiap kali diberikan kepada mereka buah-buahan dari kebun itu sebagai rizki, berkata mereka; “Inilah rezki yang telah pernah diberikan kepada kami dahulu”. Dan akan diberikan kepada mereka yang serupa. Dan bagi mereka didalamnya ada jodoh-jodoh yang suci dan mereka akan tinggal kekal didalamnya. (Al Baqarah ayat 26)
Firman Allah Ta’ala diatas adalah salah satu ayat yang menjelaskan kepada kita tentang buah yang akan didapat oleh orang-orang yang senantiasa menjaga keimanannya dan memperhatikan amal-amal sholehnya, suatu penggambaran nikmat yang dengan mendengarnya akan memunculkan suatu pengharapan bahwa kiranya Allah memasukan kita ke dalam golongan orang-orang yang mendapatkan nikmat tersebut.
Namun tentunya harapan untuk mendapatkan nikmat tersebut pun harus dibarengi dengan upaya peningkatan kualitas iman dan amal-amal shaleh, yang tanpa itu maka harapan-harapan tadi, untuk meraih nikmat-nikmat dari Allah Ta’ala hanya akan menjadi suatu harapan kosong.
Hazrat Masih Mau’ud, Mirza Ghulam Ahmad as sambil mengemukakan ciri-ciri orang mu’min sejati dan mengingatkan kepada kita tanggungjawab sebagai seorang mukmin :
‘‘Untuk menyebar luaskan tauhid-Nya diatas permukaan bumi ini berusahalah dengan sekuat tenaga dan berbuatlah kasih sayang terhadap hamba-hamba-Nya dan jangan berbuat zalim kepada siapapun melalui tangan ataupun melalui lidah. Dan berbuat baiklah selalu kepada makhluk-makhlukNya. Janganlah berbuat takabbur kepada sesiapapun sekalipun kepada bawahan kalian sendiri. Jangan memaki siapapun sekalipun orang memaki engkau. Berlakulah seperti orang miskin, lemah lembut dan merendahkan diri, selalu berniyat baik di dalam hati dan jadilah hamba Allah yang bersimpati supaya diterima disisi Allah swt. Banyak sekali yang nampak zahirnya lemah lembut namun dari dalam ia seekor serigala. Banyak sekali yang nampak zahirnya bersih namun didalamnya ular berbisa. Maka selama keadaan zahir dan batin kalian tidak serupa, kalian tidak akan diterima disisi Tuhan. Jika kalian menjadi orang besar berbelas-kasihlah kepada yang kecil, jangan berlaku keras kepada mereka. Jika kalian menjadi orang alim (berilmu) berilah nasihat yang baik kepada orang-orang jahil, jangan membesarkan diri dihadapan mereka. Jika kalian menjadi orang kaya khidmatilah orang-orang miskin, jangan berlaku sombong dan tidak acuh terhadap mereka. Takutilah perkara yang membawa kehancuran. Takutlah selalu kepada Tuhan dan berusahalah selalu menjadi orang yang bertaqwa.”
Itulah beberapa macam amal soleh yang secara khas telah dianjurkan untuk mengamalkannya. Karakter semacam itulah yang telah dijadikan syarat oleh Hazrat Masih Mau’ud as untuk menjadi pengikut dari Jema’at beliau ini. Hadhrat Masih Mau’ud as selalu mengingatkan kita untuk menjadi orang-orang bertaqwa dan mengharapkan supaya kita melakukan amal sholeh, maka demi memperkuat iman setiap orang Ahmadi harus memberi perhatian sepenuhnya kepada perkara itu semua. Supaya kita semua menjadi para pewaris nikmat-nikmat Allah Ta’ala.
Perkara pertama yang Hazrat Masih Mau’ud as mengingatkan kita adalah, berusaha untuk menyebar luaskan ajaran tauhid Ilahi diatas muka bumi. Beriman kepada Allah swt tidak cukup hanya dengan mengatakan dengan mulut saja bahwa Aku beriman kepada Allah Yang Maha Esa atau hanya timbul rasa takut di dalam hati. Bahkan kita harus menzahirkannya dalam amal perbuatan. Dan amalan seperti apa? Yaitu berusaha keras untuk menegakkan ajaran Tauhid Ilahi. Dan tauhid Ilahi akan dapat ditegakkan apabila kita telah mengeluarkan dan membersihkan hati kita sendiri dari patung-patung berhala. Mengeluarkan dan melemparkan keluar patung-patung kecil dari dalam hati berupa keinginan harta dan kesenangan duniawi. Didalam urusan dunia tidak akan menggunakan cara-cara yang licik atau dengan cara berdusta. Tidak akan mendahulukan urusan duniawi dan urusan perniagaaan dari pada urusan menunaikan shalat, akan memberi tarbiyyat kepada anak-anak dengan lisan maupun praktek dengan amal perbuatan, dengan contoh-contoh yang baik dihadapan mereka. Akan menyebarkan ajaran tauhid Ilahi dilingkungan sendiri.
Jika hal itu telah diamalkan semuanya sesuai kemampuan sambil berusaha penuh terhadap perbaikan diri masing-masing, barulah tauhid Ilahi akan dapat ditegakkan. Sehingga kita akan mampu memperkuat mutu iman kita sendiri.
Sesudah itu dalam mengingatkan untuk beramal soleh Hazrat Masih mau’ud as juga bersabda;
“Berbuat kasihlah terhadap sesama manusia. Seorang mu’min dengan cara bagaimanapun janganlah berbuat zalim bukan hanya terhadap sesama mu’min lain bahkan kepada sesama manusia secara umum baik dengan lidahnya ataupun dengan tangannya.”
Terkati dengan perkara ini, Nabi Muhammad saw juga menjadikan amalan tersebut sebagai ciri-ciri khas orang mu’min bahwa, “Seorang muslim adalah ia yang semua orang merasa aman dan terlindung dari bahaya tangan dan lisannya.”
Jadi ciri orang mu’min adalah memiliki sifat kasih sayang, dan tidak mungkin perbuatan zalim timbul dari pihak orang mu’min. Apabila setiap waktu perasaan kasih sayang tersimpan di dalam hati orang mu’min, barulah ia akan dapat dikatakan orang yang sungguh-sungguh beriman kepada Allah Yang Rahman. Dan hubungan orang mu’min dengan orang mu’min lainnya seperti keadaan anggota badan manusia. Yang apabila sekecil apapun kesusahan menimpa seorang mu’min maka mu’min yang lain akan merasakannya sebagai kesusahannya sendiri. Dan seperti itulah hendaknya pikiran dan perasaan setiap orang Ahmadi.
Hazrat Masih Mau’ud as ingin menyaksikan mutu iman kita sangat tinggi. Beliau bersabda, “kesusahan orang mu’min lain jangan hanya dirasakan di dalam hati, melainkan harus ditingkatkan dan harus dizahirkan dengan usaha untuk berbuat suatu kebaikan terhadapnya.” Yakni, demi kebaikan orang yang sedang ditimpa kesusahan itu jika harus mengorbankan sesuatu, maka korbankanlah kepadanya. Dan perlihatkanlah kedudukan iman yang istimewa seperti yang telah diperlihatkan oleh orang-orang mu’min sebelumnya. Yang tentang orang-orang itu Allah swt berfirman :
وَيُؤْثِرُوْنَ عَلَى اَنْفُسِهِمْ
“Mereka mengutamakan orang lain dari pada diri mereka sendiri.” (Al Hasyr ayat 9)
Sebelum Nabi Muhammadsaw menda’wakan diri sebagai Rasul, pun beliau selalu menunjukkan contoh teladan yang suci. Apabila ada orang dalam kesusahan dan memerlukan pertolongan beliau selalu berusaha keras mencari jalan demi kebaikan dan kemudahan orang itu. Setelah beliau menda’wakan diri sebagai Nabi, nampak sekali semangat dan gerak cepat usaha-usaha beliau untuk memenuhi keperluan orang-orang yang ditimpa kesusahan dan sangat memerlukan pertolongan laksana hujan lebat menyirami bumi, dan beliau selalu mendambakan orang-orang lain mendapat kehidupan yang baik dan sejahtera. Demikianlah contoh teladan dan quwat qudsiyah beliau (daya ruh qudus beliau) yang sangat luhur sehingga keinginan beliau untuk kebaikan orang-orang lain semakin meningkat.
Dan pada zaman sekarang ini kita juga dapat menyaksikannya pada diri Hazrat Masih Mau’ud, bagaimana beliau berusaha keras untuk menciptakan sarana kebaikan dan kesejahteraan manusia tanpa menghiraukan agama dan kepercayaan mereka. Semua usaha dan upaya beliau itu menjadi contoh teladan bagi kita semua. Tidak sedikit orang lelaki maupun perempuan dan anak-anak datang dari kampung-kampung untuk meminta obat-obatan dari beliau. Dan tanpa merasa berat dan susah beliau melayani mereka dengan sabar yang kadang-kadang memakan waktu sampai berjam-jam lamanya. Beliau sering bersabda, “kasihan mereka ini orang-orang miskin!! Didaerah kita ini tidak ada dokter, mereka tidak mempunyai uang untuk membayar obat-obatan.” Maka untuk menunjukkan rasa simpati dan belas kasih kepada mereka beliau berusaha untuk memenuhi apa yang mereka perlukan. Sekalipun beliau sangat sibuk, mempunyai banyak sekali pekerjaan pada waktu itu menghadapi penentangan dari setiap firqah dan agama.
Sesudah itu beliau mengingatkan supaya kita jangan berlaku takabbur kepada siapapun sekalipun terhadap anak buah sendiri. Jika Allah swt menjadikan seseorang sebagai bawahan kita, menjadikan seseorang sebagai pengkhidmat kita, maka hendaknya kita merasa syukur bahwa Allah Ta’ala telah menyediakan sarana untuk menolong kita. Adalah ciri khas dan kelebihan seorang mu’min berapapun besarnya kekuasaan yang ia miliki, maka perangainya akan semakin merendahkan diri dan semakin banyak bersyukur kepada Allah.
Harus selalu diingat bahwa setiap perbuatan dan perilaku kita harus mendatangkan kesenangan dan keridhoan Allah swt. Dan untuk menjaga diri dari takabbur Allah swt telah berfirman;
“Dan janganlah engkau memalingkan pipimu dari orang-orang dengan angkuh, dan jangan pula berjalan diatas bumi ini dengan takabbur; sesungguhnya, Allah tidak mencintai setiap pembual yang sombong.” (Qs. Luqman, 9)
Allahswt tidak suka kepada orang yang takabbur dan sombong. Maka kewajiban kita adalah berusaha keras untuk meraih kecintaan Allahswt.
Hazrat Masih Mau’ud as telah bersabda bahwa untuk membuat tanaman menjadi subur, diperlukan adanya air. Demikian juga untuk meningkatkan kekuatan dan kesuburan iman, pun diperlukan amal-amal soleh. Kita semua diharuskan untuk melakukan amal-amal soleh yang telah diajarkan oleh Allah kepada kita supaya dapat meraih keridhoan-Nya, dan dapat meningkatkan mutu iman kita.” Semoga Allah Ta’ala memberi taufik kepada setiap kita untuk menjalani kehidupan seperti yang Hadhrat Masih Mau’ud inginkan. Amin!!
Sumber : Khutbah 10 Agustus 2007