Merdeka bisa diartikan bebas. Maka bulan Agustus adalah bulan yang identik dengan kebebasan. Artinya, semua rakyat Indonesia akan merayakan sejarah bangsanya, terbebas dari belenggu penjajah. Di zaman sekarang, banyak yang mengartikan merdeka adalah bebas dari segala rutinitas, meskipun sesaat.
Definisi itu jugalah yang membuat Minggu pagi kali ini semakin bersemangat. Diiringi sinar matahari yang masih tersipu malu untuk memancarkan sinarnya, tampak ibu-ibu dan anak-anak kecil menyusuri jalanan menuju tempat berolahraga. Kegiatan hari itu rupanya sudah terjadwal. Senam bersama, dilanjutkan dengan jalan santai, ditambah pameran buku dan bazar makanan. Kegiatan sederhana namun membawa kegembiraan serta keceriaan tersendiri.
Dengan ceria mereka berolahraga. Ibu-ibu dan anak-anak tertawa bersama. Jalan santai dimulai, keseruan memuncak. Peserta akan menemui beberapa pos di sepanjang jalan. Ada secarik kertas berisi poin yang bisa ditukar dengan hadiah dari panitia. Bukan barang yang mewah, hanya botol minum atau keranjang sampah. Bahkan anak-anak hanya mendapatkan bolpoin atau minuman kemasan. Namun, ada rasa terima kasih yang terucap dengan bahagia.
Melepas kesibukan sesaat, untuk meninggikan tawa bahagia, adalah cara sederhana untuk merdeka dari rutinitas. Jujurlah, berapa orang yang mulai penat dengan keseharian? Padahal, kesehatan yang kita butuhkan bukan hanya untuk fisik, tetapi juga mental, yang salah satunya bisa didapat dengan tertawa, olahraga, dan mencari sumber bahagia lainnya.
Merdeka bagi kaum ibu, sebenarnya sederhana. Melihat kegembiraan anaknya, keceriaan tetangganya, dan kebahagiaan keluarganya. Mereka, emak-emak, yang terkadang harus diidentikkan dengan kaum pengurus anak, juga berhak merdeka dengan caranya.
Penulis: Rahmatunisa (Tenaga Pendidik SMP Amal Bakti Manislor)