Perkembangan masif teknologi informasi yang semakin menyusupi kehidupan kita di tingkatan granular mendorong terjadinya disrupsi pada tatanan norma sosial. Otomatisasi yang didukung oleh adopsi teknologi digital pada aspek kehidupan yang mulanya bersifat konvensional turut menggeser cara kita berkomunikasi dan bersosialisasi. Intervensi teknologi informasi melalui keterlibatan program, source code, serta algoritma mengamplifikasi risiko yang dapat muncul dari interaksi keseharian suatu masyarakat, termasuk di Indonesia.
Layaknya Terminator dalam film The Terminator, teknologi informasi yang didesain untuk melindungi masyarakat justru menjadi ancaman paling besar terhadap umat manusia. Perkembangan teknologi informasi yang mengemuka saat ini pun bukannya tanpa risiko. Entah Terminator akan terwujud atau tidak–semoga tidak–teknologi informasi dengan sifatnya yang mendisrupsi kehidupan kita juga harus diwaspadai.
Seperti pedang bermata dua, perkembangan pesat digitalisasi menghadirkan dilema untuk peradaban manusia. Di satu sisi, ia jelas menjadikan hidup manusia lebih dinamis, efisien, dan berwarna. Digitalisasi mampu membuka lebar-lebar semesta pengetahuan, gagasan, dan wacana, serta memperluas jaringan secara melintas batas. Namun di sisi lain, ia juga membawa mara bahaya baru yang sulit dikendalikan dan menggerogoti sendi-sendi kehidupan bersama dan demokrasi.
Nah, artikel ini membahas tentang akun bot atau akun robot dan buzzer, apakah dari kedua itu merupakan biangnya propaganda? Mari disimak.
Perbedaan Bot dan Buzzer
Bot adalah kependekan dari “robot” yang dapat diartikan sebagai sistem untuk melakukan tugas tertentu secara otomatis dan repetitif. Karena bot beroperasi secara otomatis, mereka dapat bekerja jauh lebih cepat dibandingkan manusia. Selain itu, bot dapat berjalan setiap waktu tanpa harus menunggu manusia mengoperasikannya secara manual. Bot biasanya beroperasi menggunakan jaringan internet dan ia dapat bekerja selama 24 jam penuh. Sedangkan buzzer atau pendengung adalah seseorang yang menyuarakan suatu pendapat secara langsung, dengan menggunakan identitas pribadi atau identitas yang disembunyikan, untuk menyatakan suatu kepentingan di dalam media sosial.
Jika dilihat di akun media sosial, bot dan buzzer ini hampir serupa seperti profile picture kosong, ada yang pakai foto tapi mengambil dari foto orang lain atau pakai profil lain seolah itu akun palsu (fake). Bot bekerja dengan mesin yang dikelola menggunakan software canggih yang bisa memerintah akun untuk melakukan tweet, retweet, mention, like, trending topic dan sebagainya secara otomatis di twitter. Misalnya kita ingin membuat trending topic di twitter memakai hashtag atau tagar #IndonesiaBerani, kita bisa menggunakan mesin akun supaya cepat trendingnya, karena kalau pake teknik organik malah susah untuk menaikkannya. Akun-akun Instagram, facebook, youtube, tiktok dan media sosial lainnya pun dapat melakukan hal serupa seperti repost, restory, reupload video dan sebagainya. Sehingga dengan adanya mesin-mesin bot, tidak perlu dikendalikan oleh manusia.
Sementara buzzer cara kerjanya dengan bantuan manusia tanpa mengendalikan mesin bot, buzzer menggunakan aplikasi media sosial langsung seperti facebook, Instagram, twitter, youtube, tiktok, dan media sosial lainnya. Akun buzzer bisa menggunakan akun pribadi, bisa juga pakai akun yang non pribadi seperti akun organisasi, online shop, media mainstream dan sejenis lainnya. Sama seperti akun bot, beberapa akun buzzer juga suka mengambil foto orang untuk ditambahkan ke profile picture baik akun pribadi maupun non pribadi. Selain itu nama akun pribadi maupun non pribadi sengaja dipalsukan atau disembunyikan supaya identitas pengelolanya sulit terbongkar oleh warganet.
Bot yang dulunya hanya digunakan untuk menjalankan bisnis jasa seperti menaikkan viewers untuk para youtuber agar dapat untung, sekarang sudah meluas di semua lini media sosial untuk diajak diskusi dengan warganet sekaligus memengaruhi opini publik. Sayangnya jarang warganet yang bisa membedakan antara akun asli, palsu, buzzer dan bot. Sama halnya dengan buzzer yang biasanya mempromosikan produk terkenal supaya mendapatkan cuan, kini semakin meluas ke berbagai hal di dunia maya berkat teknologi yang canggih seperti menggiring opini publik dengan mengandalkan isu-isu berita di media sosial dan media online yang tujuannya agar warganet terpancing dengan adanya isu tersebut.
Bahkan yang lebih menarik, buzzer punya 2 jenis, yaitu influencer dan bot. Buzzer bukan hanya dikendalikan oleh manusia saja, bahkan banyak yang dikendalikan oleh mesin-mesin bot. Bisa saja buzzer ini berkedok influencer dan juga bot untuk “mempropagandakan” isu-isu lain di dunia maya.
Kesimpulan
Pada era media sosial ini, akun bot, buzzer dan akun palsu memang tak bisa dihindarkan. Bahkan dari pihak facebook, instagram, twitter, youtube dan tiktok sudah merasa kewalahan untuk memberantas akun akun-akun yang memicu propaganda itu. Dengan hadirnya akun bot, buzzer, akun palsu dan juga akun LSM dan SJW, menyuarakan aspirasi tidak perlu dengan cara demonstrasi di jalanan lagi. Cukup dengan jari-jari kita. Tidak semua akun-akun itu jahat, masih banyak yang memiliki tujuannya baik dan memperjuangkan kebenaran, ibarat baik vs buruk. Giliran warganet lah mencari cara memberantas berita hoax dan fitnah yang kian meresahkan hingga meluruskan berita-berita yang membuat masyarakat simpang siur, apakah berita ini benar atau justru salah. Teruslah optimis dan berpikir rasional.
Penulis: Hafiz Abdul Jabbar