Oleh : Yati Nurhayati
Bila kita menyebut kata pahlawan, setidaknya asosiasi tertuju kepada dua hal: perjuangan dan pengorbanan. Dua kata ini sangat sulit dipisahkan, karena setiap perjuangan pasti menuntut adanya pengorbanan.
Pengorbanan tidak mungkin terwujud jika tidak disertai keikhlasan. Jadi, pahlawan adalah orang yang ikhlas mengorbankan jiwa, raga, ilmu, dan hartanya demi meraih dan mewujudkan cita-cita perjuangan.
Ranah kepahlawanan itu sangat luas dan terbuka. Yang utama adalah meluruskan niat dalam melakukan segala aktivitas. Cita-cita luhur dan perbuatan harus berangkat dari panggilan iman yang direspons oleh hati yang tulus ikhlas untuk mewujudkan cita-cita mulia itu.
Dalam perspektif islam, pahlawan dapat dimaknai sebagai orang islam yang berjuang menegakkan kebenaran demi memperoleh ridho Allah semata.
Memaknai nilai-nilai kepahlawanan saat ini tidak harus dengan mengangkat senjata dan tidak pula harus turun ke medan perang. Namun, sebagai generasi penerus bangsa, seluruh masyarakat Indonesia hendaknya menjunjung tinggi sifat dan sikap kepahlawan yang dapat diteladani melalui perjuangan pahlawan bangsa.
Hari Pahlawan bukan hanya sekedar hadiah atau sekadar seremonial semata, melainkan untuk mengenang jasa para pahlawan yang telah gagah berani, rela mengorbankan jiwa, raga, dan hartanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia.
Beberapa nilai kepahlawanan dalam Alquran di antaranya:
Pertama, keberanian. Firman Allah swt, “Hai orang-orang yang beriman! Barangsiapa diantara kamu murtad dari agamanya, maka Allah segera mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela.
Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas pemberianNya, lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Maidah: 54). Maka keberanian merupakan unsur penting di medan jihad.
Kedua, kesabaran . Firman Allah Swt, “Hai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang. Jika ada dua puluh orang yang sabar diantara kamu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar diantaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan seribu dari pada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti.” (QS. Al-Anfal: 65).
Sabar adalah salah satu sifat kepahlawan yang harus kita miliki. Hal ini dapat kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam mencapai segala tujuan diperlukan sifat sabar.
Rasulullah saw sebagai suri teladan yang memiliki 4 sifat yakni shiddiq, tabligh, amanah dan fathanah. Beliaulah pahlawan sejati yang patut kita teladani. Jihad kita saat ini adalah dengan mengangkat senjata pena. Para penulis bagiku merupakan Pahlawan. Menulis adalah seni memahat kata-kata, demikian sebagian orang ada yang mengatakan. Sebenarnya tidak hanya memahat, tetapi mencipta nilai ini yang penting. Tulisan hadir bukan sekadar menjadi bahan bacaan, tetapi memberikan pencerahan kepada manusia untuk mengenal Allah SWT.
Menulis adalah jalan membumikan empat sifat Rasulullah yakni: shiddiq (benar), tabligh (menyampaikan), amanah (terpercaya), dan fathonah (cerdas).
Menulis juga menjadi jalan penumbuh keberanian. Kartini menulis, “Barang siapa tidak berani, tidak bakal menang. Itu semboyanku. Maju! semua harus dimulai dengan berani. Pemberani-pemberani memenangkan tiga perempat dunia.
Penulis : Yati Nurhayati