Oleh : Mln. Adi Suhadi
Pernah suatu hari Hadhrat Abu Bakar ra. termenung, ia sedang berpikir kira-kira amal apa yang pernah dikerjakan oleh Rasulullah SAW. tapi belum beliau kerjakan.
Maka beliau mencari anaknya, Hadhrat Aisyah rha. dan bertanya, “Wahai anakku, apa kira-kira amal yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW. ketika masih hidup, tapi belum aku kerjakan?” Hadhrat Aisyah ra. menjawab, “Rasulullah SAW. selalu memberi makan kepada seorang perempuan Yahudi buta di sudut pasar.” Maka Hadhrat Abu Bakar ra. mengecek apa yang dikatakan oleh anaknya. Dan benar saja, beliau dapati seorang perempuan tua renta yang buta duduk di sudut pasar tanpa ada siapapun yang mempedulikannya.
Hadhrat Abu Bakar ra. segera mendekati perempuan buta Yahudi itu dan mengeluarkan roti yang sudah disiapkan untuk diberikan kepada perempuan buta itu. Dari mulut perempuan buta itu selalu terdengar omongan yang buruk tentang Rasulullah SAW. Ia menghina Rasulullah SAW. dan menyuruh orang yang di pasar untuk tidak mengikuti ajakan Muhammad.
Hadhrat Abu Bakar ra. mendengar itu semua dengan sabar. Beliau tidak bisa membayangkan perasaan Rasulullah SAW. memberi makan perempuan buta itu sambil dihina dan diejek setiap harinya oleh perempuan yang sama. Mulut yang telah diberinya makan tiap hari, tapi membalasnya dengan hinaan dan cercaan. Rasulullah SAW. memang memiliki akhlak yang agung.
Ketika suapan pertama telah masuk ke dalam mulut perempuan buta itu, ia merasa kaget dan memuntahkan makanan yang diberikan oleh Hadhrat Abu Bakar ra. Perempuan buta itu berkata, “Siapa kamu? Kamu bukan orang yang biasa memberi aku makan!” Beliau berkata, “Dari mana kamu tahu kalau aku bukan orang yang biasa memberimu makan?” Perempuan buta itu menjawab, “Makanan yang kamu berikan tidak kamu haluskan lebih dahulu.
Orang yang biasa memberiku makan selalu menghaluskan makanan lebih dahulu karena ia tahu kalau gigiku sudah tak sanggup mengunyah makanan.” Hadhrat Abu Bakar ra. hendak meneteskan air mata, mengingat akan kekasihnya, Rasulullah SAW., yang berakhlak sangat mulia sekalipun kepada orang yang setiap hari menghina dan mencacinya.
Sejenak kemudian Hadhrat Abu Bakar ra. berkata, “Ketahuilah olehmu, wahai perempuan yang buta! Orang yang biasa memberimu makan sudah wafat beberapa hari yang lalu dan aku adalah sahabatnya. Orang yang biasa memberimu makan adalah Muhammad SAW., laki-laki yang tiap hari selalu bersabar meski kamu hina dan caci, sedangkan ia tak pernah berhenti menyuapkan makanan ke mulutmu.”
Perempuan Yahudi yang buta itu kaget bukan main dan tak lama kemudian ia menangis. Benaknya berpikir bagaimana mungkin orang yang selalu bersabar dan memerinya makan sambil terus mendengar hinaan dan cacian bukan seorang yang menjadi pilihan Tuhan untuk menyampaikan risalah kenabian.
Ia menyesal belum sempat minta maaf kepada orang yang sangat peduli dengannya, padahal tidak ada seorang keluarganya pun yang sempat menengok keadaannya. Ia lau bersyahadat di hadapan Hadhrat Abu Bakar ra. dan menjadi Muslimah yang taat.
Kini hari-harinya diisi dengan ibadah. Tidak pernah ia melewatkan waktu kecuali dengan sibuk berzikir dan beribadah. Ia selalu menangis bila ziarah ke makam Rasulullah SAW. Kini iman telah mengisi relung kalbunya dan amal saleh telah menghiasi tubuhnya.
Ketika Rasulullah Saw berdakwa ke penduduk thaif, dan penduduk thaif tidak menerima malam menyerang Rasulullah saw.
Ketika itu malaikat datang kepada Rasulullah Saw. dan menawarkan diri untuk menghancurkan penduduk Thaif yang sudah membuat Rasulullah Saw. menderita sampai wajah dan sekujur badan beliau berlumuran darah sepanjang jalan, akan tetapi mari kita perhatikan, apa yang disabdakan junjungan kita Rasulullah Saw.?
“Wahai Jibril, Tidak ! sabda beliau. Tujuan saya bukan untuk menghancurkan penduduk Thaif, tapi supaya mereka menyembah Allah Ta’ala. Beliau kemudian berdo’a “Allahummahdii Qaumii Fainnahum Laa ya’lamuun.”
Inilah akhlak fadhilah Rasulullah Saw. yang telah mengadakan revolusi serta reformasi secara besar-besaran di dunia ini. Sangat disayangkan, akhlak beliau yang begitu tingginya banyak dilupakan oleh manusia pada umumnya.
Untuk tujuan suci dan mulia inilah Nabi Muhammad Saw. bersabda tentang diri beliau: “Innamaa Bu’itstu liutammima makaarimal Akhlaaq.” Artinya: Aku diutus oleh Allah untuk menyempurnakan nilai-nilai akhlaq yang mulia.