Oleh : Mln Muhammad Jaelani Mas’ud
Ibadah merupakan sebuah ritual penghambaan kepada Tuhan, seperti misalnya shalat dalam agama Islam merupakan ritual untuk menyembah Sang Maha Pencipta alam semesta, yaitu Allah swt. Shalat lima waktu merupakan sebuah kewajiban bagi umat Islam. Sedari umur tujuh tahun sudah harus diajarkan kepada anak-anak gerakan, bacaan dan tata cara pelaksanaan shalat, agar setelah dewasa menjadi terbiasa dan sesuai dengan ketentuan dalam pelaksanaannya.
Jika diperhatikan, shalat pada dasarnya dalam hal gerakan dan bacaan sama, akan tetapi kenapa dalam pelaksanaannya ada yang mengerjakannya hanya lima menit ada yang tujuh menit dan bahkan ada yang lebih lama dari itu. Ada yang konsisten dalam penunaiannya ada juga yang sesuai mood.
Shalat yang hanya dikerjakan secara lahiriah saja, walau pun diiringi dengan bacaan dan gerakannya, namun tidak disertai dengan tawajuh terhadap Dzat Allah Ta’ala, apalagi dilakukan dengan ketergesaan maka yang di dapat hanya kulitnya saja. Agar shalat bisa menjadi buah yang lezat maka perlu kulit dan isi. Kulit berfungsi untuk melindungi isi agar kualitas buah tetap terjaga. Isi nya adalah hasrat menyembah Wujud Yang Maha Agung.
Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad a.s., Imam Mahdi dan Masih Mau’ud dalam bukunya Filsafat Ajaran Islam menerangkan:
“Di antara keadaan- keadaan thabi’i manusia, yang merupakan bagian mutlak fitratnya ialah mencari Wujud Yang Maha Agung. Untuk pencarian itulah di dalam lubuk hati manusia terdapat suatu tarikan. Dan pengaruh pencarian itu mulai terasa pada saat bayi lahir dari kandungan ibu. Jadi, apa sebenarnya tarikan kecintaan yang timbul di dalam dirinya terhadap sang ibu? Pada hakikatnya tarikan itu jugalah yang telah ditanamkan dalam fitrat bayi untuk mencari Ma’bud Hakiki (Tuhan Sejati yang disembah).”
Manusia secara batin memiliki hubungan dengan Tuhan. Setelah kemampuan inderanya mengalami peningkatan dan timbul kecintaan dan hasrat terhadap hal-hal yang bersifat kebendaan sama halnya sedang mencari-cari barang yang hilang, yaitu Wujud Yang Maha Agung. Selanjutnya diterangkan:“
Bahkan hubungan kecintaan yang dijalin manusia di setiap tempat, pada hakikatnya tarikan itu jugalah yang tengah bekerja. Seakan-akan dia membongkar-bongkar barang lain sedang mencari sesuatu yang hilang yang namanya pun dia sudah lupa. Jadi, kecintaan manusia kepada harta, anak keturunan, istri, atau ketertarikan hatinya terhadap suatu nyanyian suara merdu, pada hakikatnya itu merupakan pencarian terhadap Sang Kekasih yang telah hilang.”
Shalat itu merupakan ungkapan lahiriah dari hubungan batin manusia dengan Allah Ta’ala. Ibadah yang sempurna adalah saat ketika jasmani dan rohani keduanya sama-sama berperan. Manakala memperhatikan alam semesta maka akan timbul perasaan takjub dalam hati.
Bumi dengan segala isinya dan langit dengan Matahari dan Bulan yang dihiasi oleh bintang-bintang, semua itu menimbulkan ketakjuban dalam hati manusia akan Keagungan Sang Pencipta, Yang Menghidupkan dan Maha Pemelihara, lantas timbullah hasrat untuk menyembah-Nya dengan jiwa dan raga sebagai rasa syukur atas segala karunia-Nya. Dari situlah muncul niatan untuk berbakti terhadap sesama manusia yang merupakan makhluk ciptaan-Nya.