Oleh : Tri Ayu Lestari, Jabar.
Melalui tulisan ini akan dibahas seputar akhlak, satu pegangan hidup yang demikian penting namun terlihat kian memudar pancarannya karena usia zaman yang tengah menuju pada akhir.
Rasulullah SAW bersabda, “Iman memiliki tujuh puluh atau enam puluh cabang lebih. Cabang yang paling tinggi adalah perkataan La ilaha illallah, dan yang paling rendah adalah menyingkirkan duri dari jalan, dan malu adalah salah satu cabang iman.“
Melihat hadis tersebut, pada hakikatnya malu adalah akhlak atau perangai yang mendorong seseorang untuk meninggalkan perbuatan buruk dan tercela. Malu dapat menghalangi seseorang dari melakukan dosa dan maksiat, karena malu juga sebagian dari iman. Namun apa gerangan yang terjadi belakangan ini? Semakin banyak orang yang kehilangan akar malu, sehingga dengan sadar dan terang-terangan melakukan keburukan-keburukan di muka umum.
Salah satu contoh hilangnya rasa malu dari diri seseorang adalah, ketika ia tega mengatakan sebuah kebohongan kepada orang lain, atau bahkan membohongi dirinya sendiri. Banyak orang yang hanya demi uang atau jabatan, tega berbicara atau berperilaku padahal membohongi hati nuraninya. Saat rasa malu mulai terkikis, maka mulailah iman seseorang menipis. Sebagaimana sabda Baginda Nabi salallaahu alaihi wasallam, “Malu dan iman senantiasa bersama-sama. Apabila salah satunya dicabut, maka hilanglah yang lainnya.“
Sahabat beriman, sebenarnya jika kita mau, menanamkan rasa malu tidak lah sulit. Mulailah dari hal terkecil seperti membiasakan diri untuk jujur. Misalnya ketika sedang ujian, cobalah untuk mengerjakannya dengan kemampuan sendiri walaupun kita tidak tahu bagaimana hasil akhirnya. Ketika kita hendak melakukan sesuatu, tanyakan pada diri sendiri apakah kita benar-benar mau dan pantas melakukannya.
Rasa malu yang kita tanamkan dapat membuahkan hasil yang sangat baik. Selain akhlakmu menjadi indah, diri kita pun akan selalu dituntun kepada arah kebaikan. Hal itulah yang akan menjadi nikmat dan bekal untuk kita, di dunia juga di akhirat kelak.
Malu adalah sebagian dari iman, sedang iman tempatnya di surga, dan perkataan kotor adalah bagian dari tabiat kasar, sedang tabiat kasar tempatnya di neraka. (HR. Ahmad ll/51)
Jika engkau tidak malu, maka berbuatlah sesukamu. (HR. Bukhari)
Artinya, orang yang tidak memiliki rasa malu, ia akan berbuat semaunya tanpa peduli perbuatannya adalah maksiat atau bukan. Ia akan terus hanyut dan larut dalam perbuatan maksiat dan mungkar. Karena buah dari rasa malu adalah iffah (menjaga kehormatan), dan buahnya adalah wafa’ (setia menepati janji). Semoga bermanfaat.