Oleh: Mln. Nanang Salman Lesmana
Sifat Allah swt. begitu banyak dan luas, kita berusaha agar dapat mengenalinya. Salah satu sifat Allah swt. itu adalah Rahmat. Tahukah arti dari kata Rahmat itu? Menurut KBBI arti dari Rahmat itu ialah belas kasih, kerahiman, karunia dan berkah. Kata Rahmat disebutkan di dalam Al-Qur’an sebanyak 114 kali.
Sebagaimana Allah swt berfirman didalam Alquran sebagai berikut:
۞قُلۡ يَٰعِبَادِيَ ٱلَّذِينَ أَسۡرَفُواْ عَلَىٰٓ أَنفُسِهِمۡ لَا تَقۡنَطُواْ مِن رَّحۡمَةِ ٱللَّهِۚ إِنَّ ٱللَّهَ يَغۡفِرُ ٱلذُّنُوبَ جَمِيعًاۚ إِنَّهُۥ هُوَ ٱلۡغَفُورُ ٱلرَّحِيمُ
Katakanlah, “Hai Hamba-hamba-Ku yang telah melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari Rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang”. (Qs. Az-Zumar : 54).
Pada ayat di atas dijelaskan bahwa Allah swt. sangat melarang para hamba-Nya berputus asa, karena hal itu akan merugikan diri sendiri. Bahkan rahmat Allah swt. meliputi segala sesuatu serta rahmat-Nya mengungguli kemarahan-Nya.
Ayat ini memberi amanat harapan dan khabar suka kepada orang-orang berdosa. Ayat ini membesarkan hati dan melenyapkan rasa putus asa dan kecemasan. Ayat ini menolak dan mengutuk rasa putus asa, sebab putus asa itu terletak pada akar kebanyakan dosa dan kegagalan-kegagalan dalam kehidupan. Berulang-ulang Al-Qur’an menjanjikan rahmat dan ampunan Tuhan (QS. 6:55; 7:157; 12:88; 15:57; 18:59), tiada amanat hiburan dan penenteraman hati yang lebih bagi mereka yang sedang hati lara dan masygul lebih besar dari pada itu. (Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir singkat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia hal.1603)
Hal ini merupakan ihsan (kebaikan) Allah Ta’ala yang menakjubkan atas hamba-hamba-Nya, bahwa “Rahmat-Ku meliputi segala sesuatu.” Arti rahmat adalah lembut, mengasihi dan menyayangi. Artinya, perlakuan Allah Ta’ala yang lembut dan memaafkan kelemahan hamba-Nya yang tidak ada batasnya. Perlakuan kasih sayang Allah begitu luasnya sehingga meliputi segala sesuatu. Di dalam rahmat-Nya termasuk Rahmaniyyat dan Rahimiyyat. Dibawah sifat rahmaniyyat-Nya, Allah Ta’ala menciptakan segala sesuatu yang tak terhingga jumlahnya bagi manusia di dunia ini. Sedangkan sifat Rahimiyyat Allah Ta’ala akhirkan bagi orang-orang yang melaksanakan kewajibannya, melaksanakan perintah-Nya dan tunduk memohon ke hadirat Allah Ta’ala. Sebagaimana mana Allah swt berfirman :
وَرَحۡمَتِي وَسِعَتۡ كُلَّ شَيۡءٖۚ
Dan rahmat-Ku meliputi segala sesuatu. (QS.Al A’raf: 156)
Mengenai Rahmat Allah swt., Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Imam Mahdi Al-Masih Mauud a.s. mengatakan didalam bukunya Barahin Ahmadiyah sebagai berikut: “Allah swt. adalah nur di langit dan bumi. Setiap sinar yang tampak di dataran tinggi mau pun di lembah, apakah di dalam kalbu atau jasmani, apakah bersifat pribadi atau impersonal, apakah kelihatan atau tersembunyi, apakah di dalam pikiran manusia atau di luarnya, semuanya merupakan berkat dari Rahmat-Nya. Hal ini menjadi tanda bahwa Rahmat dari Tuhan seru sekalian alam menyelimuti keseluruhan dan tidak ada yang dikecualikan dari rahmat tersebut.
Dia adalah sumber dari semua rahmat dan menjadi sumber utama dari semua nur dan menjadi sumber mata air dari semua kerahiman. Wujud-Nya adalah penyangga alam ini dan menjadi tempat berlindung segalanya. Dia itulah yang telah membawa keluar segala hal dari kegelapan dan ketiadaan dan mengaruniakan atas semuanya jubah perwujudan. Tidak ada yang mewujud dan abadi di luar Wujud-Nya dan tidak ada yang tidak menerima Rahmat-Nya. Bumi dan langit, manusia dan hewan, batu dan pepohonan, ruh dan jasmani, semua mewujud berkat Rahmat-Nya. (Barahin Ahmadiyah, Ruhani Khazain,vol. 1, hal. 191-192, London).
Ini sangat jelas sekali bagaimana Rahmat Allah swt. yang begitu lembut juga meliputi semua hamba-hamba-Nya serta penciptaan yang lainnya, maka tidak pantas bagi seorang hamba untuk berputus asa atau lari menjauh dari perlindungan Allah swt. Justru dengan rahmat Allah swt. ini menjadikan sebagai penolong dan pemberi harapan yang pasti akan hamba-hambanya dari segala macam keterpurukan dan dosa-dosanya.
Sebagaimana Nabi Muhammad saw. pernah bersabda :
Anas bin Malik menceritakan bahwa Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda, Allah Ta’ala berfirman, Artinya:
”Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau menyeru dan mengharap pada-Ku, maka pasti Aku ampuni dosa-dosamu tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya dosamu membumbung tinggi hingga ke langit, tentu akan Aku ampuni, tanpa Aku pedulikan. Wahai anak Adam, seandainya engkau mendatangi-Ku dengan dosa sepenuh bumi dalam keadaan tidak berbuat syirik sedikit pun pada-Ku, tentu Aku akan mendatangi-Mu dengan ampunan sepenuh bumi pula.” (HR. Tirmidzi no. 3540.)
Dari hadits Nabi saw. di atas sangat jelas sekali bahwa bagaimana pun Allah swt. akan senantiasa mengampuni dosa hamba-hamba-Nya, seberapa pun besar dosa-dosanya akan Allah swt. ampuni tanpa berbuat syirik kepada-Nya. Ini sangat luar bias sekali bahwa Rahmat Allah swt. mengungguli dari kemarahan-Nya.
Bahkan dibalik cobaan pun ada Rahmat Allah swt. yang menaungi bagi semua hamba-Nya yang berharap dan menggantungkan kepada-Nya. Sebarapa pun cobaan silih berganti datang pasti di situ ada rahmat Allah swt. yang siap akan menolong dan melindungi hamba-hambanya dari cobaan tersebut, yang dengan hal itu seorang hamba akan senantiasa memohon dan mengharap rahmat pertolongan Allah swt. serta menyerahkan semuanya kepada Allah swt.
Mengenai hal tersebut Hadhat Mirza Ghulam Ahmad Imam Mahdi Al-Masih Ma’ud a.s. pernah bersabda sebagai berikut, “Pada hakekatnya, cobaan itu mendatangkan Rahmat yang besar. Yakni di satu sisi sang hamba mengalami penderitaan dan terputus (hubungan) dari segala Arah, lalu timbul perhatian penuh hanya ke arah Sang Pembuat Sarana (yaitu Allah). Dan dari sisi itu Allah bergegas datang membawa lasykar karunia-karunia-Nya untuk memberi ketentraman kepada hambanya tersebut”. (Malfudzat ,add.Nasir Isyaat,London,1984,jld.2,h.117/MI 26.11.2000).
Ini merupakan kebaikan Allah swt. yang dengan Rahmat-Nya akan senantiasa memberi harapan kepada setiap makhluknya dalam situasi dan kondisi apapun. Namun ingat bahwa mengenai itu semua kuncinya itu adalah seluruh hamba-hambanya jangan sekali-kali berbuat berputus asa dan lari menjauh dari Allah swt. juga tidak yakin akan rahmat pertolongan Allah swt., sebaliknya semua hamba-hamba-Nya mehohon dan menarik karunia serta pertolongan Allah swt melalui rahmat-Nya.
Referensi :
- Kamus Besar Bahasa Indonesia, Digital
- Al-Qur’an Terjemah dan Tafsir Singkat, Jemaat Ahmadiyah Indonesia hal.1603
- Barahin Ahmadiyah, Ruhani Khazain,vol. 1, hal. 191-192, London
- Khutbah Jumat Huzur Aqdas atba., pada tanggal 08 Juni 2018
- Kitab Hadits HR. Tirmidzi no. 3540
- Malfudzat ,add.Nasir Isyaat,London,1984,jld.2,h.117/MI 26.11.2000