By: Mln. Mubarak Achmad, Kerinci – Jambi
Puasa itu ibarat perisai, pada hari melaksanakan puasa janganlah kamu mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan dan tak enak didengar dan jangan bertengkar atau berkelahi.
(Hadits)
Ramadhan merupakan bulan dimana setiap Muslim dan Muslimat setahun sekali melakukan amal ibadah puasa. Puasa di dalam bahasa Arab disebut ‘Shaum’ yang artinya adalah menahan atau berhenti dari sesuatu. Dan di dalam istilah syariat Islam, shaum adalah suatu bentuk amal ibadah berupa menahan diri dari makan dan minum, hubungan suami-istri dan hal-hal yang membatalkan puasa dari sejak terbit fajar sampai waktu terbenamnya matahari dengan niat mencari ridho Ilahi.
Kata shaum di dalam Al-Qur`an Karim salah satu artinya adalah ‘berhenti berbicara’, sebagaimana firmannya;
فَقُولِي إِنِّي نَذَرْتُ لِلرَّحْمَنِ صَوْماً فَلَنْ أُكَلِّمَ الْيَوْمَ إِنسِيّاً
‘Maka katakanlah, ‘sesungguhnya aku telah bernazar kepada Tuhan Yang Maha Pemurah untuk puasa, maka aku tidak akan bercakap-cakap pada hari ini dengan seorang manusiapun’ {Maryam, 19: 27, 1064}.
Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah saw, di dalam berpuasa jangan bicara yang sia-sia;
وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ وَاِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ اَحَدِكُمْ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَصْخَبْ وَاِنْ سَابَّهُ اَحَدٌ اَوْ قَاتَلَهُ فَلْيَقُلْ اِنِّى امْرُؤٌ صَائِمٌ
‘Puasa itu ibarat perisai, pada hari melaksanakan puasa janganlah kamu mengucapkan kata-kata kotor, tidak sopan dan tak enak didengar dan jangan bertengkar atau berkelahi. Jika diantara kalian mengajak berkelahi, katakanlah, ‘sesunggunya aku sedang puasa’. (HR. Bukhari Muslim)
Dilain tempat Rasulullah saw bersabda;
اَلصِّيَامُ جُنَّةٌ مَالَمْ يَخْرِقُهَا مِنَ الْكَذِبِ وَ الْغَيْبَةِ
Puasa itu menjadi perisai seorang selama ia tidak merusaknya dengan berkata dusta dan upat atau bergunjing’ {Thabrani}.
Hadhrat Masih Mau`ud as berkenaan dengan kata Ramadhan bersabda; ‘Ramadhan artinya panas matahari. Di dalam bulan Ramadhan dikarenakan manusia bersabar menahan diri atau terbebas dari makan, mimum dan segenap kelezatan jasmaniah lainnya semata-mata guna mencari keridhoan Ilahi. Serta arti kedua adalah ia menimbulkan suatu panas dan gejolak terhadap perintah-perintah Allah Ta`ala dengan menyatukan panas dan suhu tinggi rohaniah maupun jasmaniah, maka terjadilah ramadhan.
Para ahli bahasa mengatakan bahwa dikarenakan bulan ini datang pada bulan atau musim panas, maka ia dikatakan Ramadhan. Menurut saya hal itu tidak benar, sebab bulan suci ini tidak khusus untuk orang-orang Arab saja. Yang dimaksud Ramadhan rohani adalah minat kecendrungan tinggi serta panas diniyah. Ramdhan pun artinya adalah sesuatu yang darinya batu bisa jadi panas” {Malfuzhat, Jilid I, hal. 209-210}.
Jadi setiap insan yang berpuasa ia harus menahan diri dari makan, minum, berhubungan suami-istri dan hal-hal yang dapat membatalkan puasa pada waktu-waktu yang telah ditentukan. Dan selain itu harus menjaga pembicaraannya yang sia-sia dan menggantikannya banyak-banyak membaca Al-Qur`an Karim, bertahmid, tashbih dan berzikir serta berdo`a kehadirat Illahi. Jika ini yang dilakukan insan selama berpuasa maka insan itu akan mengalami keadaan dua panas ganda yang membangkitkan suatu kondisi panas, panas jasmani yang membakar lemak-lemak tubuh dan panas rohani yang membakar karat-karat dosa insan.
Rasulullah saw menyatakan Kota Madinah itu sebagai suatu tungku api besi, dimana jika besi yang berkarat dibalik-balikan atau dipanggang di atasnya, karat serta noda-noda besi itu akan hangus terbakar dan lenyap serta ia akan menjadi besi yang bersih, maka seperti itu pula dari segi waktu, kata ramadhan pun mengandung sifat tungku api. Dan di dalam kata Ramadhan pun mengandung sifat tungku api serta mempunyai kemampuan membuat sesuatu hangus menjadi debu.
Jadi dari segi ini, jika kita mempersembahkan diri kita di hadapan bulan Ramadhan, maka ia akan berfungsi sebagai pembakar dosa-dosa, kekotoran-kekotoran serta keteledoran-keteledoran kita sebelumnya. Dan di dalam mempersembahkan diri di hadapan bulan ini juga terkandung makna supaya kita mempersembahkan diri kita dari segala sudut atau sisi di hadapannya. Sama seperti halnya seseorang yang sedang memanggang sesuatu di atas api, maka ia senantiasa membolak-balikkannya. Kalau tidak demikian maka sisi-sisi tertentu tidak akan terpanggang.
Semoga setelah Ramadhan berlalu kita pun dapat manfaat dan faedah darinya, serta puasa yang kita jalani mendatangkan kebaikkan dan maghfirah bagi diri. Allah Ta’ala berkenan menganugerahkan karuni tersebut kepada kita semua, Aamiin