Oleh : Mln. Ahmad Zulfadli
Kata “Damai” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)
Damai /da·mai /1n tidak ada perang; tidak ada kerusuhan; aman: dalam masa — perindustrian maju pesat; 2a tenteram; tenang: betapa — hati kami; 3n keadaan tidak bermusuhan; rukun: penduduk kampung itu selalu hidup dengan –; semuanya dapat diselesaikan secara –;
berdamai/ber·da·mai/v1 berbaik kembali; berhenti bermusuhan: kedua negara yang berperang itu telah ~;2 berunding untuk mencari kesepakatan (tentang harga): harga boleh ~;
mendamaikan/men·da·mai·kan/ v 1 mengusahakan agar kedua pihak berbaik kembali: kami akan mencoba ~ pertikaian mereka; 2 merundingkan supaya ada persesuaian: dia datang untuk ~ harga rumah itu dengan kita; 3 menenangkan: tidak ada orang yang dapat ~ hatiku, kecuali aku sendiri;
perdamaian/per·da·mai·an/ n penghentian permusuhan (perselisihan dan sebagainya); perihal damai (berdamai): kongres ~ sedunia;
memperdamaikan/mem·per·da·mai·kan/ v menjadikan berdamai; mendamaikan; membuat berdamai;
terdamaikan/ter·da·mai·kan/ v dapat didamaikan;
pendamai/pen·da·mai/ n orang atau pihak yang mendamaikan: tokoh itu diharapkan dapat bertindak sebagai ~ dalam sengketa itu;
kedamaian/ke·da·mai·an/ n keadaan damai; kehidupan dan sebagainya yang aman tenteram: yang kucari bukan harta, melainkan ~ di hati contoh pemberi dan teladan untuk perdamaian hanya ada dalam wujud agung Nabi Muhammad SAW
Firman Allah dalam AlQuran
Sesungguhnya kamu dapati dalam diri Rasulullah suri teladan yang sebaik- baiknya.” (QS 33: 21) Rasulullah saw tidak hanya memperkenalkan prinsip Al-Quran kepada dunia, ini adalah tugas utamanya, tetapi seluruh hidup beliau merupakan contoh agung untuk menjelaskan dan mengamalkan ajaran-ajaran tersebut.
Satu kali seorang sahabat bertanya kepada Siti Aisyah ra untuk menggambarkan akhlak Rasulullah saw. Jawaban beliau sangat komprehensif, beliau menjawab, “Setiap aspek kehidupan Rasulullah saw adalah contoh nyata dari asas-asas Al-Quran. (Musnad Ahmad Bin Hanbal, Hadith No 23460) Kehidupan pribadi Rasulullah saw adalah contoh yang indah ajaran Al-Quran sehingga hal itu menjadi penjelasan terbaik tentang bagaimana menerapkan ajaran-ajaran tersebut.
Semua kehidupan mulia Rasulullah saw adalah saksi nyata bahwa beliau memperjuangkan perdamaian di seluruh dunia, terlepas dari segala rintangan dan tantangan, beliau membuktikan bahwa perdamaian hanya dapat ditegakkan di dunia ini dengan mengikuti ajaran Al-Quran.
Kedua fase hidup beliau, di Mekkah dan Madinah, penuh dengan contoh bagaimana beliau menjadikan para pengikutnya sebagai pembela perdamaian.
Walau tidak memungkinkan untuk membahas semua detail, tetapi sejarah menjadi saksi bahwa Rasulullah saw lebih menginginkan perdamaian daripada perang atau perselisihan. “…Dan perdamaian itu paling baik…” (QS 4: 129)
Inilah tujuannya sepanjang masa
Perjanjian Hudaibiyah adalah contoh luar biasa permasalahan ini. Perjanjian yang kelihatannya mendapatkan kondisi yang merugikan, namun Allah taala mengubahnya menjadi kemenangan yang nyata. Beliau tidak pernah menginisiasi untuk menyerang musuhnya tanpa provokasi dari mereka sebelumnya. Ketika diserang terlebih dahulu oleh pihak lain, beliau berdoa, dan hanya melalui perintah Ilahi beliau akan melakukan perlawanan yang bersifat defensif, dan itupun akan berhenti seiring berakhirnya permusuhan. Tiada contoh yang lebih baik tentang sifat damai dari akhlak beliau selain kenyataan bahwa beliau menciptakan kode etik selama peperangan bagi kaum Muslimin.
Di dunia saat ini, yang disebut sebagai dunia agama, etika dan kebaikan, kasih sayang dan keadilan benar-benar telah dilupakan. Sendangkan raja perdamaian dunia, Rasulullah saw mempertahankan prinsip damai bahkan saat berada di medan perang, sehingga ini menjadikan panutan yang menjadi pedoman sepanjang masa.
Penaklukan Mekkah (fatah Mekkah) adalah contoh lain dari hal ini. Saat itu, semua musuh beliau yang haus darah dimaafkan, sehingga sekali lagi, ini menjadikannya sebagai contoh yang tak tertandingi untuk waktu yang akan datang.
Menepati syarat-syarat perjanjian adalah hal lain dimana Nabi yang benar dan paling dipercaya ini telah memberikan contoh yang luar biasa. Begitu perjanjian Hilful Fuzul disepakati, beliau mengambil risiko dengan mendatangi musuh bebuyutannya demi memperjuangkan hak orang miskin.
Pada saat perjanjian Hudaibiyah, beliau menjalankan semua prinsip-prinsip perjanjian bahkan sebelum proses kompilasi selesai, sehingga membangun daftar kepercayaan yang lain.
Fakta sejarah yang menarik adalah meskipun musuh Nabi saw memiliki banyak waktu dengan tindakan kasar sepanjang kehidupan beliau, namun mereka sendiri tak pernah mengatakan bahwa Rasulullah saw melalaikan perjanjian.
Resep yang Paling Manjur
Masalah terbesar di dunia saat ini adalah kurangnya perhatian pada Tuhan dan ajaran-ajaran-Nya. Kurangnya keimanan kepada Tuhan Yang Maha Hidup adalah akar penyebab semua masalah ini.
Sebelum kita dapat membangun keimanan hakiki dan kedekatan kepada Allah, baik di tingkat individu maupun sebagai masyarakat, kita tidak akan dapat memenuhi tujuan dalam menciptakan perdamaian dunia. Tanpa prinsip ini, dunia akan terus terjerumus dalam kegelapan, kekacauan dan kesengsaraan.
Satu-satunya solusi yang tepat dan jitu untuk masalah dunia saat ini adalah membangun kembali hubungan kita kepada Tuhan dan patuh terhadap ajaran-ajaran-Nya. Salah satu sifat Allah adalah As-Salam dan Dia telah memberikan kabar suka ini kepada umat manusia: Dan, Allah menyeru ke tempat keselamatan. Dan, memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki ke jalan yang lurus.” (QS 10: 26) Allah menyeru Anda supaya mendekat kepada-Nya dan yakinlah bahwa itu adalah seruan pada kedamaian. Jadi, mendekatlah kepada-Nya. Dan penuhilah diri Anda dengan keberkahan dari-Nya. Hazrat Mirza Tahir Ahmad r.h. telah menjelaskan: “Tidak ada kedamaian tanpa Allah Taala. Inilah rahasianya yang tanpa mengetahuinya maka tidak akan ada kepuasaan bagi individu manapun, dan tidak akan ada jaminan bagi perdamaian di masyarakat.
Tidak ada cara lain yang membawa pada perdamaian dan kepuasan sejati. Merupakan sebuah kekeliruan dan kebodohan belaka menganggap manusia dapat bertahan tanpa Allah Taala. Jika kita tidak ada ruang untuk Allah, maka tidak akan ada perdamaian, pilihan menempuh jalan ini, merupakan puncak dari segala kebijaksanaan. (Islam’s Response to Contemporary Issues, hal. 313-314) Al-Quran telah menunjukkan bahwa keimanan hakiki kepada Tuhan merupakan hal mendasar bagi perdamaian. Salah satu bukti akan hal ini adalah mereka yang memiliki keimanan sejati kepada Allah tidak akan mengalami kesusahan atau penderitaan jiwa sampai pada tingkat mereka kehilangan harapan dalam hidup.
Kita melihat dari teladan mulia Rasulullah saw, beliau juga memenuhi hatinya dengan tingkat kedamaian dan kepuasan semacam itu, meskipun beliau menghadapi berbagai tantangan dan ujian yang besar ia menjalaninya dalam kondisi yang damai.
Tidak ada utusan Allah yang menghadapi kesulitan semacam itu yang memutuskan untuk mengorbankan nyawanya sendiri. Diri mereka selalu menjadi tempat yang damai. Keimanan yang hakiki dan tak tergoyahkan terus menerangi hati mereka. Di saat-saat kekhawatiran, Allah melindungi dan membimbing mereka. Al-Quran telah menyebutkan prinsip ini sebagai berikut:
أَلابِذِكرِاللَّهِتَطمَئِنُّالقُلوبُ
“Ketahuilah, dengan mengingat Allah, hati menjadi tenteram.” (QS 13: 28) Yaitu, kita akan mendapatkan kedamaian sejati dengan mengingat Allah, dan kita akan mendapatkan kondisi yang berharga ini melalui keimanan yang teguh kepada Allah. Sesungguhnya, jika kita mengembangkan keimanan yang teguh terhadap keberadaan Allah, maka ia akan memberikan resep yang nyata untuk perdamaian dunia. Al-Quran menjelaskan: “Ingatlah! Sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada ketakutan atas mereka dan tidak pula mereka bersedih.” (QS 10: 63)