Berawal dari benih cinta sejati seorang hamba, yaitu Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as terhadap Allah swt dan Rasul-Nya, maka atas ridho-Nya terbitlah limpahan kasih-sayang Allah dalam komunitas Jemaat Ahmadiyah. Cintanya yang sejati terhadap agama Islam mengalahkan segala rintangan yang dihadirkan dunia.
Jalsah salanah adalah kegiatan rutin tahunan yang bertujuan menyegarkan kembali kerohanian setiap orang dan menguatkan jalinan kecintaan terhadap sesama manusia. Ketika dua kebutuhan dasar ini, Haququlloh dan Haqququlibad, dapat diamalkan dalam kegiatan besar ini, maka dua cinta dapat berkumpul dalam satu wadah yang dikaruniakan Allah s.w.t melalui Jemaat Muslim Ahmadiyah.
Huzur (aba) mengatakan bahwa Hadhrat Masih Mau’ud (as) menjelaskan bahwa ini bukan konvensi duniawi biasa, tetapi merupakan kesempatan untuk diingatkan akan ajaran Allah dan teladan Nabi Suci Muhammad s.a.w sehingga kita dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-hari kita. Huzur (aba) mengatakan bahwa akhlak yang baik tidak harus ditunjukkan hanya oleh para sukarelawan, tetapi harus ditunjukkan oleh semua peserta Jalsah. Oleh karena itu, semua yang hadir harus ingat bahwa mereka menghadiri Jalsah untuk meningkatkan hubungan mereka dengan Tuhan dan spiritualitas mereka.
Visi Kegiatan Jalsah Salanah
Kegiatan ini memiliki visi yang begitu luar biasa, mengajak semua yang hadir untuk fokus mengisi kembali cintanya pada Tuhan dan cintanya terhadap sesama manusia, sehingga ruh jihad besar dapat terus di-charge setiap saat dalam kegiatan Internasional ini. Begitu banyak karakter manusia yang akan dijumpai, sehingga kesempatan menempa akhlaq mulia dapat dilewati diiringi do’a kepada Allah swt.
Khalifah Kedua Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hazrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad (ra): “Pengorbanan yang dilakukan demi Allah tidak pernah sia-sia, melainkan diberikan keabadian melaluinya. Oleh karena itu adalah kewajiban setiap makhluk untuk mengorbankan diri mereka di jalan Tuhan untuk mencapai hidup yang kekal.”
Demikian pula, Hadhrat Masih Mau’ud (as) pada satu kesempatan menyatakan, ‘Nabi Ibrahim as, bahkan siap untuk menyembelih putranya untuk memenuhi perintah Allah SWT. Ini adalah indikasi tersembunyi dari fakta bahwa manusia harus menjadi sepenuhnya mengabdi kepada Tuhan; dan nyawanya sendiri, dan darah anak-anaknya, dan sanak saudaranya, seharusnya tampak tidak berarti di hadapan perintah Tuhan.’
Jiwa pengorbanan begitu banyak terjadi baik dari panitia maupun peserta jalsah salanah, mengorbankan: waktu luang/ weekend, kenyamanan pribadi, harta (melakukan perjalanan jauh), dll. Namun demikian melalui semangat pengorbanan tinggi demi meraih cinta-Nya yang abadi, menjadi ‘boosters’ ketika kembali menjalani kehidupan dunia yang fana ini.
Demikianlah, bahwasanya kemerdekaan abadi dapat diraih setelah menjalani pengorbanan-pengorbanan dunia dengan terpenuhinya cinta pada Robbal’alamiin dan cinta pada makhluk-Nya.
Penulis: Maridah Rahmahesti (Yogyakarta)