Gelaran tahunan Jalsah Salanah di UK akan dilaksanakan dalam hitungan hari. Bagi sebagian orang, barangkali ini hanya sebuah pertemuan biasa. Namun bagi Jemaat Ahmadiyah, Jalsah Salanah adalah salah satu manifestasi keberadaan Tuhan di tengah hamba-Nya.
Sejarah Islam di Inggris
Sedikit yang menyadari bahwa masa abad keenam belas merupakan periode awal bagi umat Muslim untuk mulai tinggal, bekerja dan menjalankan ajarannya secara terbuka di Inggris. Ratu Elizabeth yang bersitegang dengan Paus Pius V, membuat negara membuka pintu perdagangan dengan berbagai negara Islam.
Ratu Elizabeth pun menciptakan aliansi komersial dan politik dengan berbagai negara Islam, termasuk dinasti Saadi Maroko, kekhalifahan Usmaniyah dan kekaisaran Persia Syiah. Sri Ratu bahkan mengirim para diplomatnya ke negara Islam untuk memanfaatkan celah teologis itu.
Padahal – sebelum sang Ratu memerintah – sejarah kelam Islam pernah tercatat dalam lembaran “Perang Salib.” pemahaman kaum Kristen di Inggris tentang agama Islam pun didominasi oleh pengalaman perang yang berdarah-darah.
Bahkan, ada orang Kristen yang tidak mengetahui kata “Islam” atau “Muslim,” karena baru resmi tercatat secara leksikal ke dalam Bahasa Inggris pada abad ke-17. Mereka memanggil orang-orang Islam dengan sebutan “Saracen,” nama yang diambil dari salah satu keturunan Nabi Ibrahim yang diyakini mendirikan dua belas suku asli Arab.
Kerjasama Elizabeth dengan kekalifahan Usmaniyah, Persia dan Maroko juga memuat lebih banyak lagi umat Muslim elit masuk ke London. Catatan-catatan menunjukkan bahwa para diplomat Turki diutus sekitar tahun 1580-an ke sana.
Ahmadiyah dan Inggris
Banyak beterbaran asumsi bahwa Jemaat Ahmadiyah termasuk yang “dibentuk” oleh Inggris. Padahal pada saat itu, tak sedikit juga yang menganggap Mirza Ghulam Ahmad (pendiri Jemaat Ahmadiyah) sebagai orang yang berbahaya dan melaporkannya kepada pemerintah Inggris.
Beliau menulis dalam salah satu bukunya, “perhatikanlah ini, wahai orang-orang bebal, bahwa aku tidak menyampaikan pujian kepada Pemerintah ini. Yang benar adalah menurut Al-Qur’an, dilarang memerangi penguasa yang tidak mengganggu Islam serta ibadahnya dengan cara apapun, atau menggunakan kekuatan melawan agama kita.” (Kisti Nuh, hal. 68).
Jadi, pujian-pujian beliau kepada pemerintah Inggris saat itu bukanlah bentuk sanjungan berlebihan, tetapi karena ketaatan kepada tuntunan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ajaran Islam menyebutkan bahwa penguasa yang mencintai keadilan atau penguasa yang adil adalah sifat Islam.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad berterima kasih kepada pemerintah Inggris, karena telah memberikan perlindungan dan pertolongan kepada umat Islam, bukan karena beliau menjadi antek Inggris. Sikap beliau itu justru menunjukkan seorang muslim sejati, sebab Rasulullah saw bersabda: Siapa yang tidak berterima kasih kepada manusia berarti ia tidak bersyukur kepada Allah.
Jalsah Salana Sebuah Wujud Cinta Kasih Tuhan
Inggris akan kembali menggelar pertemuan akbar tahunan Jemaat Ahmadiyah. Pertemuan tersebut sejatinya menunjukkan jalan kepada Tuhan. Cinta Kasih Tuhan terwujud dalam suasana bersatu, saling menghormati, melayani tamu dan sesama tanpa membedakan hal ikhwal duniawi seperti latar belakang suku, ras, bahkan agama. Semua orang datang untuk melihat kebersamaan dan mendengar ajaran Tuhan yang dismapaikan oleh Sang Khalifah tercinta.
Pertemuan ini terbuka untuk siapapun, bukan hanya untuk kelompok muslim Ahmadiyah. Tentu saja, karena setiap pesan yang akan disampaikan, pastilah sebuah nasihat yang universal untuk kemaslahatan dunia. Sama sekali bukan arahan yang bersifat individualistik atau untuk kepentingan kelompok minoritas belaka.
Pada suatu masa, banyak orang yang ingin tahu apakah ada cara untuk membuktikan bahwa Allah itu ada, sehingga mereka berbondong-bondong pergi ke Qadian untuk menemui Mirza Ghulam Ahmad, Mesias yang Dijanjikan dan Imam Mahdi (as), dan sering kali mereka mengeluarkan uang dalam jumlah yang banyak untuk menghadiri pertemuan tersebut.
Beliau dengan tegas menyatakan, “Kalian tidak boleh menyamakan konvensi ini dengan pertemuan-pertemuan biasa lainnya. Ini adalah sebuah fenomena yang murni berdasarkan Pertolongan Ilahi, untuk penyebaran Islam.” (Majmoo`ah Ishtiharat Vol. I, Page 341)
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad Al-Masih Al-Mau’ud (as) sangat memperhatikan para tamunya, terutama selama hari-hari Jalsa Salana. Beliau selalu memperhatikan kesejahteraan dan kebahagiaan mereka. Ini adalah salah satu dari sekian banyak warna Ilahi yang beliau tunjukkan.
Mukjizat-mukjizat ini tidak hanya diperuntukkan bagi orang-orang yang dicintai oleh Masih Mau’ud as. Jalsah menyediakan sarana bagi para penentang yang pahit untuk berubah menjadi simpatisan yang tulus.
Seorang penentang keras pada tahun 1892, Mir Nasir Nawab datang ke Jalsah Salana. Mir Nasir Nawab berangkat ke Qadian dan bertemu dengan orang yang dianggapnya sebagai pembohong. Beliau sangat terkejut karena Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad (as) mengetahui bahwa Mir Nasir Nawab menganggapnya sebagai seorang pembohong, namun tetap menemuinya dengan penuh cinta dan hormat.
Tiga hari Jalsah telah mengubahnya. Hari pertama, ia menjelaskan bahwa matanya terbuka terhadap kebenaran karena kebaikan dan kefasihan dari Masih Mau’ud as. Hari kedua, beliau mendengar kisah hidup yang menarik dari seorang pengacara yang mencelupkan kakinya ke setiap agama: Sunni, Syiah, dan Sufi, Hindu Brahmu dan Arya namun pulang dengan kekecewaan. Ia kemudian mengatakan kepada Mir Nasir Nawab bahwa saat ini ia merasakan kecintaan Tuhan sebagai seorang Muslim Ahmadi yang setia.
Malam itu, Masih Mau’ud as duduk bersama para hadirin Jalsah, dan menceritakan tanda-tanda diterimanya doa beliau, dengan para saksi yang memberikan kesaksian. Maka, di Jalsah, hati Hazrat Mir Nasir Nawab (ra) menjadi yakin.
Khalifah kedua Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hazrat Mirza Basyiruddin Mahmood Ahmad (ra) dengan tepat menyatakan tentang Jalsah Salana:
“Jalsah Salana adalah tanda agung, yang meminta kita setiap tahun untuk melihat bagaimana komunitas yang tulus ini bangkit dan berhasil, dan bagaimana para penentangnya mengalami kegagalan dan kekecewaan. … Pertemuan tahunan ini memetik banyak manfaat, yang menunjukkan bahwa barangsiapa yang berdiri tegak karena Allah, Allah tidak akan pernah membiarkannya disia-siakan.”
Ini bukanlah kisah-kisah di masa lalu. Bahkan hingga kini, Tuhan terus membimbing orang-orang kepada Islam Ahmadiyah dari tahun ke tahun, melalui Jalsah Salana. Di bawah kepemimpinan Yang Mulia Hazrat Mirza Masroor Ahmad (atba) orang-orang akan kembali menyaksikan keberadaan Tuhan pada gelaran acara ini.
Ini bukanlah dongeng dari orang-orang dahulu. Mereka adalah orang-orang nyata yang menyaksikan keberadaan Tuhan pada pertemuan Jalsah Salana di abad modern ini. Sebagaimana bulan purnama membawa gelombang menjadi lebih kuat, hari-hari Jalsa Salana juga akan membawa hempasan yang lebih dahsyat akan keberadaan dan warna Tuhan.