Oleh : Harpan Aziz Ahmad, Kebayoran – DKi Jakarta.
Sungguh, Al-Qur’an ini memberi petunjuk kepada apa yang paling benar, dan memberi kabar suka kepada orang-orang mukmin yang berbuat amal shaleh bahwa bagi mereka ada ganjaran yang besar, dan bahwa orang yang tidak beriman kepada akhirat, maka telah disediakan bagi mereka adzab yang sangat pedih.
(Qs. Al-Isra, 17:10-11)
Firman Allah Ta’ala di atas secara jelas menarik perhatian kita kepada manfaat dan pentingnya membaca serta menelaah Al-Quranul Karim, sebab ia adalah petunjuk jalan dan pembawa kabar gembira.
Di zaman sekarang ini dimana terdapat berbagai jenis benda yang memikat hati, munculnya penemuan-penemuan tentang berbagai hal-hal baru, telah sedemikian rupa mengalihkan perhatian orang-orang dari hal penting ini. Orang lebih asyik dengan aktifis-aktifitas lain, entertainment atau pun hiburan. Padahal secara jelas Allah Ta’ala nyatakan “Inna hadzal-quraana yahdii lillati hiya aqwamu wa yubasyiral mu’miniin” bahwa al-Quran ini memberi petunjuk pada apa yang paling benar dan memberi kabar suka kepada orang-orang yang beriman.
Untuk itu maka, merupakan kewajiban setiap mukmin agar mampu menampilkan satu corak kehidupan yang berbeda dari orang-orang pada umumnya, terlebih sebagai Ahmadi. Sebagaimana Hadhrat Masih Mau’ud harapkan bahwa setiap Ahmadi harus menjadi duta-duta Islam, dan untuk menjadi demikian tentu tidak bisa tercapai selama kita tidak menaruh perhatian pada penelaahan al-Quran. Karenanya maka penting sekali bagi setiap Ahmadi untuk mebaca al-Qur’an setiap hari, sambil merenungkan pengertian dan ajaran-ajarannya secara dawam.
Guna mengarahkan perhatian kita ke arah itu, Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda:
“Ada pula bagi kamu sekalian suatu ajaran penting, yaitu bahwa kamu hendaknya jangan meninggalkan Quran Syarif seperti benda yang dilupakan, sebab justru di dalam Quran Syarif-lah terdapat kehidupan kamu. Barangsiapa memuliakan Quran Syarif akan memperoleh kemuliaan di langit. Barangsiapa yang lebih mengutamakan Quran Syarif di atas segala Hadits dan segala ucapan lain akan diutamakan di langit.” [1]
Hadhrat Masih Mau’ud as telah berusaha sangat keras untuk mengalihkan perhatian manusia ke arah hal ini, yang mana untuk itulah maksud kedatangan beliau ke dunia, bahwa agar kita dapat menampilkan al-Qur’an sebagai Kitab yang paling luhur dan paling mulia.
Penghormatan terhadap al-Qur’an tidak hanya sebatas menyimpannya di dalam lipatan kain yang sangat indah, ditempatkan di dalam lemari yang indah atau didalam kotak khas yang indah seperti yang biasa dilakukan oleh orang-orang pada umumnya. Penghormatan dan kecintaan terhadap al-Qur’an yang paling utama adalah berusaha mengamalkan ajaran-ajarannya dengan penuh perhatian, membuat perintahnya dan larangannya menjadi bahagian dari kehidupan kita. Perkara apa pun yang dilarang Allah Ta’ala harus kita tinggalkan dan apa yang diperintahkan untuk mengamalkannya kita harus berusaha mengamalkannya dengan segala kekuatan dan kemampuan kita. Untuk itu maka penting untuk membiasakan diri membaca dan menelaahnya.
Hadhrat Masih Mau’ud as telah menjelaskan pentingnya Kitab Suci al-Qur’an baik dalam berbagai buku beliau as, di dalam Malfuzat maupun dalam majelis-majelis yang beliau selenggarakan. Dan beliau menjelaskan harapan-harapan beliau seperti itu dari setiap orang yang bai’at kepada beliau atau setiap Ahmadi. Sebagaimana tergambar dari sabdanya:
”Ingatlah, al-Quran Syarif adalah sumber keberkatan hakiki dan sarana keselamatan. Orang-orang yang tidak mengamalkan al-Quran Syarif telah melakukan kesalahan bagi dirinya sendiri. Segolongan manusia dari antara mereka yang tidak mengamalkan ajarannya dikarenakan tidak meyakininya dan mereka menganggap al-Quran bukan kalam Ilahi. Mereka itu telah terhempas jauh dari kebenaran. Akan tetapi orang-orang yang beriman dan yakin bahwa al-Quran adalah Kalam Allah Ta’ala dan al-Quran adalah sarana untuk meraih syafa’at dan keselamatan, namun jika mereka itu tidak mengamalkan ajarannya tentu sangat mengherankan dan sangat disesalkan sekali. Diantara mereka itu banyak sekali orang-orang yang tidak pernah membaca al-Quran sepanjang hidup mereka. Orang yang lalai dan tidak menghiraukan Kalam Ilahi seperti itu, keadaannya adalah seperti orang yang sudah tahu betul ada sumber mata air yang sangat jernih dan bening, berkhasiat dan dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit, ia sudah mengetahuinya dengan yakin, namun ia tidak juga pergi ke tempat itu untuk mengambil air sekalipun dia sedang ditimpa banyak sekali penyakit dan ditimpa kehausan. Hal itu menunjukkan betapa malang nasibnya dan bodoh orang itu. Seharusnya ia meletakkan mulutnya ke dalam air itu dan meminum serta menikmati sekenyangnya air yang dapat menyembuhkan penyakit dan membawa kehidupan kepadanya. Namun sebaliknya, sekalipun mengetahuinya ia tetap menjauh dari mata air itu seperti orang yang sama sekali tidak mengetahuinya.”[2]
Setelah memahami dengan penuh kepedihan atas kata-kata yang demikian jelas dalam amanat ini, semoga timbul dalam diri setiap kita kecintaan pada al-Quran. Allah Ta’ala telah berlaku sangat ihsan, sangat baik sekali terhadap kita, Dia telah mengutus Hadhrat Masih Mau’ud as ke dunia, yang telah menjelaskan al-Quran Karim secara terbuka bukan hanya arti secara zahir saja melainkan arti atau makna secara ruhani yang sangat dalam juga. Karenanya, kita harus mengumpulkan permata-permata indah dari sumber khazanah yang telah dikemukakan oleh Hadhrat Masih Mau’ud as kepada kita. Dan hal itu tidak akan dapat diperoleh sebelum kita menjadi para pencinta hakiki Al-Qur’an Karim.
[1] Kisyti Nuh (Bahtera Nuh), Ruhani Khazaain jilid 19 halaman 26-27
[2] Malfuuzhaat jilid cehaaram (IV) halaman 140, edisi 2003, cetakan Rabwah
Giman ya supaya filenya dapat tersimpan, kaya mu di copas
bisa dengan share link simpan di wa pak Nur Khoer