Perang Rusia-Ukraina: Fakta Sains Mengerikan tentang Apa yang akan Terjadi Jika Perang Nuklir Pecah
Konflik Ukraina-Rusia, sanksi dan ketakutan akan perang telah mengguncang semua orang. Gambar yang muncul dan video-video mengganggu di media sosial yang menampilkan peristiwa tentang invasi Rusia ke Ukraina telah memicu percakapan tentang perang global yang menjulang. Berita-berita mengenai Perang Rusia-Ukraina telah memulai kecemasan Perang Dingin dan kemungkinan akan penggunaan senjata nuklir, meskipun Rusia, Amerika Serikat dan Inggris telah menyetujui perdamaian nuklir dengan menandatangani Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir (NPT). Ancaman nuklir yang jelas telah dibuat oleh Vladimir Putin terhadap negara mana pun yang berusaha menghentikan dominasi militer negaranya di Ukraina. Menurut Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Ukraina telah melaporkan bahwa ‘angkatan bersenjata yang tak dikenal’ telah menguasai fasilitas Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir.
Jika Rusia dipaksa menggunakan persenjataan nuklirnya di Ukraina, itu akan melibatkan kekuatan nuklir lain untuk turut serta melakukan hal yang sama dan dengan demikian konflik nuklir global dapat terjadi. Efek riak selanjutnya akan dirasakan oleh seluruh planet ini. Saat dunia daalam krisis yang berada di ambang Perang Dunia III, apakah kita siap menghadapi konsekuensi perang nuklir?
Dalam artikel ini saya akan menguraikan efek bencana dari perang nuklir yang didukung dengan bukti ilmiah.
Konflik Nuklir akan Mengkompromikan Ketahanan Pangan Global
Jika terjadi konflik nuklir, pembatasan perdagangan nasional akan berperan untuk menstabilkan pasar nasional dan lonjakan harga yang meluas akan berdampak pada ketidakstabilan pasar internasional. Hal ini dapat memperburuk kekurangan pangan di masyarakat dengan sumber daya yang lebih sedikit dan berpotensi memicu kelaparan dan implikasi kesehatan manusia yang merugikan lainnya di seluruh dunia.
Serangan Rusia di Ukraina sudah berdampak pada rantai pasok makanan global. Ada potensi keruntuhan total dalam volume perdagangan, dengan semua eksportir utama memberlakukan larangan ekspor makanan. Hal ini akan memiliki implikasi yang parah bagi ketersediaan pangan nasional dan demikian juga ketahanan pangan.
Sebuah makalah penelitian yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America (PNAS) menyatakan, “Bahkan perang nuklir terbatas dapat secara substansial mengganggu produksi tanaman pokok dengan kerugian 20-50%, atau rata-rata 11% secara global selama 5 tahun setelah konflik”.
Menurut Nature, para peneliti memperkirakan bahwa perang yang melibatkan kurang dari 1% dari persenjataan nuklir dunia dapat menghancurkan pasokan makanan planet ini jauh lebih buruk daripada yang pernah tercatat dalam sejarah.
Dampak Konflik Nuklir terhadap Pengasaman Laut
Emisi bahan bakar fosil karbon dioksida (CO2) telah menggeser keseimbangan kimiawi air laut ke keadaan yang lebih asam dengan tingkat pH yang lebih rendah. Karenanya, pengasaman laut adalah masalah lingkungan skala besar yang terus berlanjut. Pengasaman ini berdampak pada ekosistem laut dan jaring makanan dengan mengubah siklus nutrisi laut, berbagai elemen dan senyawa.
Menurut para peneliti di Department of Atmospheric and Oceanic Sciences, University of Colorado, “Bahkan konflik nuklir regional dapat berdampak pada pengasaman laut global, menambah daftar konsekuensi konflik nuklir yang berjangkauan luas bagi masyarakat global”.
Konsekuensi Iklim dan Atmosfer Global dari Perang Nuklir
Selain hancurnya tempat tinggal, kurangnya makanan, kurangnya transportasi dan komunikasi, serta kontaminasi radioaktif, sayangnya para penyintas perang nuklir juga harus menghadapi dampak perubahan iklim yang menantang.
Sebuah penelitian gabungan baru yang dilakukan oleh Pusat Nasional untuk Penelitian Atmosfer dan lembaga lainnya yang diterbitkan dalam Journal of Geophysical Research menunjukkan bahwa kolom asap yang dihasilkan oleh perang nuklir akan secara drastis mengubah iklim dunia pada tahun-tahun mendatang, karena hal itu akan menghancurkan lapisan ozon dengan kerugian global hampir 75%, sehingga mengancam kesehatan manusia.
Para peneliti dari NASA Ames Research Center, Cornell University dan ilmuwan planet Carl Sagan menjelaskan bahwa ketika dikombinasikan dengan penghancuran cepat dari ledakan nuklir, asap dari kota-kota yang terbakar akan menghalangi sinar matahari dan menjerumuskan sebagian besar bumi ke dalam pembekuan yang berlangsung selama berbulan-bulan, bahkan di musim panas, sehingga mencerminkan ancaman serius bagi manusia dan spesies lainnya yang selamat.
Keruntuhan Radioaktif – Masa Depan Anak Kita dan Nasib Generasi Selanjutnya
Menurut The Bulletin of the Atomic Scientists, “Rasa sakit dan penderitaan yang disebabkan oleh pemboman itu [Hiroshima, Nagasaki] hampir di luar pemahaman manusia… [hal tersebut] harus berdiri sebagai pengingat abadi akan perlunya mencegah senjata nuklir digunakan lagi dengan amarah”.
Penghancuran peradaban yang akan mengikuti perang nuklir dapat membuat bencana apa pun yang pernah tercatat menjadi tidak berarti. Efek interaktif yang kompleks dari stres, malnutrisi dan sistem kekebalan yang rusak oleh radiasi akan melemahkan pertahanan fisiologis ke titik di mana orang mungkin menyerah pada penyakit yang saat ini dianggap cukup ganas.
Studi tentang peristiwa mengerikan pengeboman Hiroshima dan Nagasaki mengungkapkan, akan terjadi kecenderungan yang meningkat terhadap anak-anak untuk didiagnosis menderita leukemia dan kanker lainnya selama bertahun-tahun setelah pengeboman. Itu juga memperkuat kematian perinatal dan kasus mikrosefali serta keterbelakangan pada anak-anak yang terpapar bom di dalam rahim juga terungkap. Konflik nuklir skala luas akan membuat generasi mendatang rentan akan kanker, masalah perkembangan, penyakit dan kematian.
Jika ada generasi masa depan setelah perang nuklir, maka isu efek genetik yang diwariskan akan menjadi penting, menurut penelitian yang diterbitkan oleh American Medical Association. Dr Michael S. Kappy dalam Effects of Nuclear War in Children menyarankan bahwa efek genetik dari persenjataan modern tidak akan terhitung dibandingkan dengan studi Hiroshima dan Nagasaki.
Mengenali Sang Pencipta: Obat Esensial
Mengingat konsekuensi dari konflik nuklir yang mengerikan, meskipun sulit untuk membayangkan bagaimana mengatasinya, fokus utama ialah harus pada memahami dan mencegah akar penyebab dari peristiwa semacam itu. Pilihan dan keputusan kita hari ini akan sangat menentukan lintasan mana yang akan diikuti umat manusia. Sebagaimana Yang Mulia, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba, Pemimpin Dunia Jamaah Muslim Ahmadiyah sampaikan pada Simposium Perdamaian tahunan ke-13:
“Saya percaya bahwa kita masih memiliki waktu untuk menghentikan perang seperti itu pada jalurnya. Akan tetapi solusinya tetap sama seperti yang telah saya katakan, yaitu untuk bertindak dengan adil dan mengesampingkan semua kepentingan pribadi… Adalah keyakinan saya bahwa -kecuali jika dunia mengakui Penciptanya dan menerima Dia sebagai Pemelihara umat manusia- keadilan sejati tidak dapat ditegakkan.”
Penulis: Musa Sattar, M.Sc. Beliau memiliki gelar MSc di Pharmaceutical Analysis dari Kingston University. Selain itu juga menjabat sebagai Asisten Manajer dan Wakil Editor bagian Sains dan Agama di majalah The Review of Religions.
Sumber: https://www.reviewofreligions.org/37562/beyond-battlefields-the-global-impact-of-nuclear-war/
Penerjemah: Seruni Fauzia Lestari