By: Mln. Yusuf Awwab
Makna Manusia Bershalawat Kepada Nabi Saw
Kenapa kita harus berdoa dan bershalawat kepada Rasulullahsaw. Para ulama sepakat bahwa Nabisaw tidak memerlukan shalawat dari siapapun. Dan shalawat yang kita kirim kepada beliausaw sejatinya untuk diri kita sendiri. Imam Fakhrudin Ar-Razi di dalam Mafatihul Ghaib menjelaskan bahwa, “Bershalawat kepada Nabisaw bukan karena beliau memerlukannya. …Hal itu semata-mata karena untuk menampakkan sikap pengagungan kita terhadap beliausaw, juga supaya Allah memberikan ganjaran bagi kita atas pengagungan tersebut.”[1]
Di tempat lain, Hadhrat Masih Mau’udas menjelaskan makna bershalawat kepada Rasulullahsaw. Beliau bersabda meskipun Baginda Nabisaw tidak membutuhkan doa siapapun namun ada alasan yang tersembunyi di balik shalawat yang disampaikan atas beliausaw. Seseorang yang memohon keberkatan bagi orang lain atas dasar kecintaan pribadinya juga akan menjadi penerima keberkatan tersebut. Kemurahan hati yang diberikan kepada orang yang dimintakan keberkatan juga akan diberikan kepada yang meminta keberkatan tersebut. Dan karena kemurahan Allah Ta’ala terhadap Baginda Nabisaw tidak terbatas, maka seseorang yang bershalawat atas beliausaw dengan dasar kecintaan pribadinya, juga senantiasa memperoleh keberkatan yang tak terbatas.[2] Intinya bahwa shalawat yang dipanjatkan atas dasar kecintaan kepada beliausaw akan mengguncangkan arsy Tuhan. Sehingga Tuhan pun memberikan keberkatan-Nya yang tak terbatas sebagaimana hal tersebut diberikan juga kepada Rasulullahsaw.
Oleh karena itu, beliauas melarang bershalawat secara taqlid buta yaitu mengikuti sesuatu tanpa mengetahui ilmunya, atau karena adat kebiasaan belaka, namun bershalawatlah dengan memperhatikan baik-baik akan keindahan, kebaikan, ketinggian martabat dan derajat beliausaw. Serta bershalawatlah dengan sungguh-sungguh serta dengan penuh kecintaan yang membara di dalam hati.
Beliauas bersabda, “Hendaknya shalawat tidak dibaca seperti burung beo sebagaimana yang orang-orang lain lakukan. Mereka tidak mempunyai ketulusan sejati bagi Baginda Nabisaw serta tidak pula mereka memintakan keberkatan atas beliausaw dari Allah Ta’ala. Namun, suatu keharusan bagi seseorang untuk terpatri dalam pikirannya ketika bershalawat kepada Nabisaw, bahwa kecintaannya kepada Rasulullahsaw mencapai suatu tingkatan tertinggi yang mustahil diraih ataupun dilampaui oleh qalbu para pencinta manusia, baik di masa lampau maupun masa yang akan datang.
Lebih jauh beliauas bersabda, “Tatkala keyakinan ini tumbuh, maka shalawat harus senantiasa dibaca dengan tujuan untuk memohon keberkatan yang sempurna dari Allah Ta’ala bagi Baginda Nabisaw, serta untuk menjadikan beliausaw sumber bagi keberkatan seluruh dunia, juga untuk membuat kesucian serta ketinggian martabat dan keagungan beliausaw terlihat jelas bagi orang-orang di dunia ini maupun di dunia selanjutnya.[3]
Lalu seperti apa bershalawat yang benar, Hadhrat Masih Mau’udas bersabda, “seseorang hendaknya membaca shalawat dengan penuh kerendahan hati dan kelembutan. Hendaknya tidak ada niat-niat untuk memenuhi keinginan pribadi serta murni untuk memohon keselamatan, keberkatan, kemuliaan bagi beliausaw yang akan menjadi penerang di dunia ini dan di akhirat kelak. Penjelasan mengenai bagaimana cara mengetahui seseorang telah memberikan perhatian dan konsentrasi penuh selama bershalawat, salah satu tandanya adalah seseorang sering menangis selama bershalawat serta merasakan pengaruh di dalam nadinya.”[4]
Singkatnya bahwa shalawat kita kepada Rasulullahsaw merupakan ungkapan kecintaan kita kepada beliausaw. Hadhrat Khalifahtul Masih V, Mirza Masroor Ahmadaba bersabda Kecintaan yang paling banyak bermanfaat ialah kecintaan Hadhrat Rasulullahsaw. Kecintaan yang paling banyak mendatangkan faedah bagi kita adalah kecintaan kepada Hadhrat Rasulullahsaw. Kecintaan kepada Hadhrat Rasulullahsaw inilah yang membawa kita dekat dengan Allah Ta’ala.[5] Sehingga Allah pun mencintai kita sebagaimana Dia mencintai kekasih-Nya, Rasulullahsaw. inilah makna shalawat yang sebenarnya.
Faedah Mengirimkan Shalawat Kepada Nabi Saw
Hadhrat Masih Mau’udas bersabda: “Shalawat merupakan wasilah (sarana) yang sangat luar biasa untuk meraih istiqamah.[6] Karena dengan banyak membaca shalawat maka keberkatan-keberkatan yang diterima Rasulullahsaw pun akan mengalir kepada kita. Walhasil, kita pun akan memperoleh manis serta lezatnya buah pengabulan doa.
Hadhrat Fudhalah ibn Ubaidra meriwayatkan bahwa “Suatu kali ketika Rasulullahsaw sedang duduk, datang seseorang dan shalat di depan beliausaw setelah itu orang itu berdoa: “Ya Allah ampunilah aku dan kasihanilah aku.” Rasulullahsaw bersabda kepadanya, “Engkau terburu-buru sekali. Hendaknya engkau terlebih dahulu memuji dan mengagungkan Allah kemudian bershalawat atasku dan barulah memanjatkan doa kepada Allah Ta’ala…”[7]
Hadhrat Khalifatul Masih IIra bersabda, “Ketika kita berdoa bagi orang lain maka doa-doa kita menjadi sumber diangkatnya derajat kita. Begitupun membaca shalawat untuk Rasulullahsaw akan mengangkat derajat beliausaw yang pada akhirnya akan mengangkat derajat kita juga.[8]
Lebih tegas beliaura menjelaskan bahwa Shalawat yang kita peruntukan bagi Rasulullahsaw akan sampai pada beliausaw dan kemudian melalui beliau pula shalawat tersebut akan sampai pada diri kita. Hadhrat Khalifahtul Masih IIra memberikan perumpamaan bahwa “Seperti halnya ketika sesuatu ditempatkan pada penyaringan, maka ia akan melewati penyaringan tersebut dan mengalir ke bawah. Demikian pula Allah Ta’ala telah menjadikan Baginda Nabisaw sebagai penyaring bagi umat beliausaw. Pertama-tama Allah Ta’ala menurunkan berkat kepada beliausaw dan kemudian berkat-berkat tersebut juga sampai pada kita melalui beliausaw.[9] Jadi inilah maksud bahwa Shalawat merupakan wasilah atau sarana atas pengabulan doa.
Hadhrat Umar bin Khattabra bersabda,
إِنَّ الدُّعَاءَ مَوْقُوفٌ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَا يَصْعَدُ مِنْهُ شَيْءٌ حَتَّى تُصَلِّيَ عَلَى نَبِيِّكَ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.
“Suatu doa akan ditangguhkan di antara Bumi dan Langit [tidak ada bagian dari doa yang akan sampai ke atas (Allah Ta’ala)], jika Shalawat tidak dipanjatkan atas Nabi kalian shallaLlahu ‘alaihi wa sallam.”[10]
Hadhrat Abdullah ibn Masudra, menyampaikan bahwa Nabisaw pernah bersabda:
أَوْلَى النَّاسِ بِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَكْثَرُهُمْ عَلَيَّ صَلَاةً
“Pada hari pembalasan, orang yang paling dekat denganku adalah mereka yang paling banyak membaca shalawat untukku.”[11]
Di tempat lain Rasulullahsaw juga bersabda:
إِنَّ أَنْجاكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَهْوَالِهَا وَ مَوَاطِنِهَا أَكْثَرَكُمْ عَلَيَّ صَلاَةً في دار الدنيا
“Pada setiap tahap yang menakutkan di hari pembalasan, orang yang paling dekat denganku adalah mereka yang paling banyak bershalawat atasku di dunia.”[12]
Hadhrat Abdullah ibn Amr ibn al-Ashra mendengar Rasulullahsaw bersabda, “Ketika kalian mendengar suara Muazzin memanggil untuk shalat, hendaklah kalian mengulangi kata-katanya kemudian bershalawat atasku. Orang yang bershalawat memperoleh rahmat 10 kali lipat dari Allah Ta’ala. Ada suatu derajat diantara tingkatan-tingkatan di surga yang hanya akan diberikan kepada seorang hamba Allah Ta’ala dan aku berharap bahwa itu adalah aku. Maka carilah sarana bagiku untuk itu. Permohonan seperti ini adalah diperbolehkan bagi siapa saja yang ingin mencari sarana tersebut bagiku.”[13]
Hadhrat Abu Thalhah al-Ansharira menceritakan bahwa, pada satu kali nampak kepada kami wajah Rasulullahsaw yang begitu gembira. Beliausaw bersabda: “Allahswt telah mengirim seorang malaikat dan berkata kepada saya, bahwa: Seseorang di antara umat engkau yang membaca shalawat satu kali dengan sangat baik maka sebagai ganjarannya Allahswt menuliskan sepuluh macam kebaikan baginya. Lalu sepuluh macam keburukan atau dosanya juga akan diampuni”[14]
Hadhrat Anas bin Malikramenceritakan, bahwa Rasulullahsaw bersabda:
مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلَاةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشْرُ خَطَيَاتٍ وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرُ دَرَجَاتٍ
“Barangsiapa yang bersholawat kepadaku satu kali, maka Allah bersholawat kepadanya 10 kali, dihapuskan darinya 10 kesalahan, dan ditinggikan baginya 10 derajat.” (HR. an-Nasa’i).
Dari Hadhrat Abu Bakar Ash-Shiddiq, bahwa Rasulullahsaw bersabda “Perbanyaklah oleh kalian untuk bershalawat kepadaku, karena sungguh Allah telah memberikan perintah kepada seorang malaikat untuk berada di kuburanku, jika ada seseorang dari umatku telah bershalawat kepadaku maka malaikat itu berkata kepadaku: “Wahai Muhammad, sungguh fulan bin fulan telah bershalawat kepadamu saat ini”. (Dihasankan oleh Albani di dalam As Silsilah As Shahihah: 1530)[15]
Semoga Allah Ta’ala membimbing kita untuk bisa bershalawat dengan cara yang benar. Dan Semoga shalawat kita kepada Rasulullahsaw menjadi sumber ditinggikannya derajat kita dihadapan Allah Ta’ala.! Aamin.
[1] Lihat, Fakhrudin Ar-Razi, Mafâtîhul Ghaib, 2000 [Beirut: Darul Fikr, 1981], Jil. XXV, hal. 229
[2] Lihat Khutbah Hudhur 16 Januari 2015, Intisari Shalawat atas Baginda Nabi Muhammadsaw
[3] Surat kepada Mir Abbas Ali, surat nomor 9, Maktubat-e-Ahmadiyah
[4] Lihat, Khutbah Hudhur 16 Januari 2015, Intisari Shalawat atas Baginda Nabi Muhammadsaw
[5] Lihat Khutbah Hudhur, 2 Januari 2009, Shalawat dan Doa, serta cara memperbaiki Perdamian
[6] Lihat Malfuzhat Vol. 3 hal. 8-9, edisi terbaru; dan Khutbah Hudhur 16 Januari 2015, Intisari Shalawat atas Baginda Nabi Muhammadsaw
[7] Sunan At-Tarmidzi; dan Lihat Khutbah Hudhur 16 Januari 2015, Intisari Shalawat atas Baginda Nabi Muhammadsaw
[8] Lihat Khutbah Hudhur 16 Januari 2015, Intisari Shalawat atas Baginda Nabi Muhammadsaw
[9] idem
[10]Lihat, Sunan at-Tirmidzi, Kitab tentang Shalat, bab-bab tentang Witr, hadits 486
[11] Lihat, Abu Bakr Muhammad ibn Ali ibn Tsabit Al-Khatib al-Baghdadi dalam Kitabnya Al-Fashl Lil Washl Al-Mudraj dan Khutbah Hudhur 16 Januari 2015, Intisari Shalawat atas Baginda Nabi Muhammadsaw
[12] Lihat, Khutbah Hudhur 16 Januari 2015, Intisari Shalawat atas Baginda Nabi Muhammadsaw
[13] Lihat Shahih Muslim, Kitab tentang Shalat, bab tentang ucapan seperti ucapan seorang yang adzan bagi siapa yang mendengar adzan lalu bershalawat kepada Nabi saw, hadits No. 849.
[14] Lihat, Jalaaul Afham, karya Hafidz Ibnu Qoyyim al-jauziyah, dari hadits Abu Thalhah Zaid bin Sahal al-Anshari,
[15] https://islamqa.info/id/answers/130214/hadits-tentang-keutamaan-shalawat-kepada-nabi–shallallahu-alaihi-wa-sallam