Love for All Hatred for None adalah moto perdamaian universal, keadilan, kesetaraan, cinta, saling pengertian dan kerukunan. Moto ini diciptakan oleh Khalifah Ketiga Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Nasir Ahmad.
Hadhrat Mirza Nasir Ahmad menciptakan moto ini pada kesempatan peresmian Masjid pertama di Spanyol pada 9 Oktober 1980 setelah 700 tahun terakhir (setelah runtuhnya kekuasaan Islam di Andalusia)
Dalam menerangkan moto ini beliau mengatakan: “Islam mengajarkan hidup saling mencintai dan kasih sayang serta penuh kerendahan hati.”
Islam berarti damai dan berupaya menegakkan prinsip-prinsip perdamaian, saling mencintai dan kasih sayang. Bagaimana seseorang dapat memastikan rasa saling mencintai itu bisa terus menyebar? jelas dengan kerendahan hati. Saya percaya aspek kerendahan hati adalah alasan utama mengapa “hatred for none” ada dalam moto itu. Jika seseorang bersikap rendah hati, ia akan mengakui bahwa mereka memiliki banyak kekurangan dan pada saat yang sama ia belajar untuk mengabaikan kekurangan orang lain, sehingga hal itu membantu menumbuhkan sikap meniadakan kebencian kepada siapapun.
Banyak para pejabat mengomentari kekaguman mereka terhadap moto ini, tetapi saya ingin mengambil pendekatan yang berbeda dalam mendapatkan arti sebenarnya dari moto Love for All Hatred for None. Kita harus memahami bahwa moto ini diciptakan oleh seorang pribadi yang harus melalui salah satu keadaan yang paling sulit dalam sejarah Jemaat Ahmadiyah. Beliau harus memimpin seluruh anggota Ahmadiyah yang dinyatakan non-muslim oleh Mahkamah Agung Pakistan yang telah membuka kotak pandora penganiayaan tak berujung. Kepedihan beliau tak dapat digambarkan hanya dengan kata-kata.
Di masa-masa penganiayaan tersebut Hadhrat Mirza Nasir Ahmad mengatakan:
“Saat hari-hari tersebut, terdapat malam-malam tertentu dimana saya tidak tidur selama satu menit tanpa berdoa bagi seluruh anggota Jamaah.”
Hal itu benar-benar mengundang pertanyaan orang-orang bagaimana beliau mampu menganjurkan pesan perdamaian seperti itu saat beliau sendiri dalam keadaan hati yang menderita. Hal ini juga menegaskan kembali bahwa memang Allah taala lah Penolong sejati dari Pemimpin Spiritual yang terpilih.
Meskipun penganiayaan terhadap Jemaat Ahmadiyah terus berkembang beberapa waktu terakhir, Ahmadiyah tetap mempertahankan moto yang sama. Para jurnalis banyak menanyakan bagaimana bisa seseorang bisa benar-benar mencintai semua orang dan tidak membenci siapapun?
Khalifah Ahmadiyah saat ini, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad telah menetapkan definisi moto ini yang berguna seumur hidup.
Beliau mengatakan
“Love for All Hatred for None” mengandung arti kita tidak memiliki permusuhan, tidak ada kedengkian, dan tidak ada dendam bagi siapapun di dalam hati kita.”
Definisi beliau sejalan dengan sunnah Nabi Muhammad saw. Seorang wanita tua biasa melemparkan kotoran kepada Rasulullah saw setiap kali beliau melewati rumahnya. Suatu hari saat beliau lewat, beliau tidak melihat ada yang melemparkan kotoran. Beliau pergi ke rumah wanita tua itu untuk menanyakan mengapa dia tidak melemparkan kotoran dan dia menjawab bahwa dia sedang sakit hari ini. Atas kunjungan Rasulullah wanita itu terpesona oleh sikap beliau.
Sungguh ini sejalan dengan definisi yang diberikan oleh Hadhrat Mirza Masroor Ahmad.
Tidak ada permusuhan dalam hati kita. Beliau pernah mengomentari bahwa Pakistan semakin meningkat dalam hal penganiayaan terhadap warga Ahmadiyah, doa-doa kita juga harus tingkatkan untuk Pakistan supaya diselamatkan dari kondisi mereka saat ini. Moto ini tidak hanya di atas kertas saja atau diucapkan ketika saat wawancara tetapi Jemaat Ahmadiyah berusaha menjadi contoh hidup dari moto ini.
Jemaat Ahmadiyah memiliki organisasi amal yang dikenal dengan Humanity First yang berusaha untuk memberikan bantuan bencana di seluruh dunia. Pada tahun 2005, sekitar 10 warga Ahmadiyah disyahidkan di wilayah Mong, Pakistan. Dalam waktu 24 jam salah satu gempa bumi terburuk melanda wilayah terpencil di Pakistan.
Pada Khutbah Jumat berikutnya, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad memberikan khutbah tentang pengabdian terhadap kemanusian. Dan kemudian bagaimana Humanity First setelah itu langsung memobilisasi upaya pemberian bantuan ke daerah yang tertimpa bencana. Ini adalah bentuk ketinggian dari Love for All Hatred for None. Walaupun berduka karena kewafatan para syuhada Jemaatnya, semangat kemanusiaan mereka tetap menonjol.
Ahmadiyah memang tidak mendukung konflik tertentu yang terjadi antar negara tetapi walau demikian, di United Kingdom, mereka melakukan poppy appeal (penghormatan kepada pahlawan) untuk menggalang dana untuk para veteran Inggris. Di Amerika Serikat, untuk mengenang korban-korban peristiwa 9/11, Ahmadiyah setiap tahun mengumpulkan lebih dari 10.000 kantong darah. Ini adalah contoh-contoh praktis Love for All Hatred For None dan banyak lagi contoh-contoh lainnya di seluruh dunia.
Ketika perdebatan tentang pembangunan Masjid Ground Zero mencapai puncaknya, salah satu pernyataan yang paling islamis datang dari Hadhrat Mirza Masroor Ahmad:
“Jika izin diberikan, maka Jemaat Ahmaidyah menginginkan sebuah Gereja, Sinagog, Kuil dan tempat ibadah semua agama agar dibangun di sepanjangnya. Karena hal ini akan menunjukkan kesatuan sejati dalam masyarakat.” Satu contoh lain bagaimana Love for All Hatred For None telah diterapkan oleh Ahmadiyah.
Love for All Hatred For None benar-benar pesan universal. Kapanpun, dimanapun Hadhrat Mirza Masroor Ahmad menyampaikan pesan-pesan beliau, banyak pejabat non-muslim yang menghadiri pidato beliau. Yang pertama dan paling utama, beliau selalu menghargai mereka atas kedatangannya ke acara yang mana mereka sangat tahu acara tersebut diselenggarakan oleh Ahmadiyah.
Ini adalah tujuan Hadhrat Mirza Masroor Ahmad yaitu memenangkan hati orang dengan Love for All Hatred For None, dan betapa besarnya pekerjaan besar yang beliau lakukan dalam mencapai tujuan ini setelah setiap pidato yang beliau berikan. Banyak para pejabat berkomentar bahwa dengan pesan damai ini, perdamaian dunia sejati tiba-tiba menjadi mungkin.
Islam secara tegas tidak membenarkan penyebaran dengan pedang sebaliknya Al-Qur’an mengajarkan pesan Love for All Hatred For None dalam bentuk teladan. Bahkan ketika Al-Qur’an memberikan izin untuk melawan, hal itu dilakukan dalam rangka membela diri, karena perdamaian bener-benar dipertaruhkan. Jika Allah taala tidak mengizinkan umat Islam untuk berperang pada waktu itu, tempat ibadah dari semua agama lain akan dipertaruhkan. Sebagaimana dalam Surat 22 ayat 40. Ini menunjukkan bahwa Love for All Hatred For None bukanlah pesan ekslusif Ahmadiyah melainkan pesan Islam itu sendiri.
Love for All Hatred For None adalah pesan yang membantu menjaga kehidupan pribadi seseorang. Ketika seseorang dihadapkan pada kekurangan orang lain, seseorang didorong untuk berpikir tentang moto mereka dan menyadari bahwa mereka diberitahu untuk tidak menyimpan kebencian atau permusuhan apapun bagi siapapun.
Jika seluruh dunia mengikuti moto Love for All Hatred For None ini dalam arti sebenarnya, tentu kita akan lebih dekat dengan perdamaian dunia dengan cepat. Hadhrat Mirza Masroor Ahmad menganjurkan berbuat baik bahkan terhadap mereka yang telah berlaku kejam, dengan harapan hati mereka akan melunak. Semoga dunia benar-benar memahami moto perdamaian universal ini – Love for All Hatred For None.
sumber: Source: Luqman Ahmad | cultures-et-croyances.com