“Saya tidak tahu dengan senjata apa Perang Dunia III akan diperjuangkan, tetapi Perang Dunia IV akan diperjuangkan dengan tongkat dan batu.”
Kata-kata kuat ini diyakini telah diucapkan oleh salah satu ilmuwan paling terkenal di zaman kita, Albert Einstein. Dunia belum pernah melihat begitu banyak cara pemusnah massal, dengan potensi kehancuran yang sangat besar yang dapat menghancurkan begitu banyak bangsa dan negara. Diperkirakan bahwa saat ini negara-negara di dunia memiliki 11.000 senjata nuklir operasional.1 Singkatan “CBRNE” merangkum kekuatan kehancuran yang dimiliki dunia; istilah “CBRNE” meliputi senjata-senjata Chemical, Biological, Radiological, Nuclear, and Explosive (Kimia, Biologi, Radiologi, Nuklir, dan Peledak).2 Kekuatan destruktif dari persenjataan berteknologi maju ini, semakin kurangnya empati terhadap sesama manusia dan keinginan yang luar biasa untuk mengejar agenda yang dipilih dengan cara apa pun, telah membuat kehancuran umat manusia melalui Perang Dunia III (WW3) menjadi kemungkinan yang tidak diinginkan.
Kerusakan yang diakibatkan oleh persenjataan nuklir terhadap umat manusia sebagian besar dipelajari oleh para ilmuwan dari tragedi krisis nuklir Hiroshima, Nagasaki, Chernobyl dan Fukushima. Kehancuran yang disebabkan oleh dua bom atom di Hiroshima dan Nagasaki diketahui semua orang. Jika terjadi serangan nuklir, kekuatan ledakan menyebabkan gelombang kejut yang merusak dan menyebabkan bangunan runtuh serta kematian di sekitarnya, juga diikuti oleh munculnya hawa panas yang hebat. Hal ini menyebabkan badai api menyebar ke area yang lebih luas, kemudian puing-puing nuklir dan debu berjatuhan sejauh ribuan mil yang membawa kehancuran selama beberapa dekade berikutnya.
Dua bom nuklir yang digunakan pada tahun 1945 menewaskan sekitar 200.000 orang, padahal memiliki kapasitas nuklir yang sederhana (15-20 kiloton). Sedangkan kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh senjata nuklir modern berkemampuan 300-500 kiloton ini memang tak terduga. Potensi kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh senjata mematikan ini telah diperkirakan dalam publikasi ilmiah baru-baru ini. Serangan udara dengan 500 kiloton beberapa senjata nuklir ke suatu kota, secara langsung akan mengakibatkan rata-rata 1,5 juta kematian, 140.000 korban luka bakar tingkat tiga dan 24.000 luka bakar tingkat dua.3 Selain itu, dampak nuklir dari peristiwa tersebut akan berlangsung selama beberapa dekade.
Radiasi nuklir dapat merusak DNA, bahan penyusun kehidupan manusia, yang menyebabkan kerusakan jangka pendek dan jangka panjang pada setiap jaringan tubuh.4 Paparan satu radiasi Gray (Gy)5 menyebabkan kerusakan sel-sel tubuh yang sangat sensitif terhadap efek radiasi seperti kulit, sumsum tulang (yang membuat sel darah) dan saluran pencernaan. Paparan radiasi Beta merusak kulit dan radiasi Gamma menyebabkan kerusakan jaringan yang lebih dalam. Paparan radiasi 2 Gy menyebabkan penipisan sumsum tulang, sehingga mengurangi kemampuan tubuh untuk melawan infeksi. Dengan adanya luka bakar dan luka terbuka menyebabkan kurangnya kekebalan tubuh yang dapat menyebabkan sepsis (keracunan darah) yang luar biasa, sehingga akan menambah angka kematian.
Setelah tragedi bom nuklir di Hiroshima dan Nagasaki, Life Span Study mengamati 93.741 korban bom atom selama 60 tahun. Studi ini menegaskan bahwa radiasi secara signifikan meningkatkan risiko kematian (22% pada 1 Gy), penyakit kanker (47% pada 1 Gy), kematian akibat leukemia (310% pada 1 Gy), serta menimbulkan penyakit selain kanker (misalnya nodul tiroid, penyakit hati kronis dan sirosis, mioma uteri, juga hipertensi). Efek signifikan pada kedewasaan (misalnya pengurangan pertumbuhan dan menopause dini) juga diamati.”6 Namun, tidak ditemukan bukti yang menunjukkan bahwa paparan radiasi atom dapat menyebabkan penyakit keturunan multifaktorial.7
Studi tentang bencana nuklir mengungkapkan bahwa cedera radiasi tidak terbatas pada paparan radiasi pada saat tumbukan. Namun, kerusakan radiasi berlanjut untuk waktu yang cukup lama karena kontaminasi. Kontaminasi ini bisa bersifat eksternal, seperti kontaminan yang menempel pada kulit, atau internal melalui konsumsi, inhalasi dan penyerapan radiasi oleh luka terbuka. Radioaktivitas memasuki rantai makanan melalui air laut radioaktif yang mencemari ikan. Lebih jauh lagi, bencana nuklir dapat menyebabkan penipisan ozon secara besar-besaran, memungkinkan lebih banyak radiasi ultraviolet mencapai Bumi, yang selanjutnya meningkatkan resiko kanker.8
Puing-puing dan gumpalan dari perang nuklir, jelaga dan asap dari badai api dapat menghasilkan begitu banyak asap sehingga suhu akan turun melebihi zaman Es Kecil (abad keempat belas hingga kesembilan belas), memperpendek musim tanam di seluruh dunia dan mengancam pasokan pangan dunia.9 Dalam sebuah studi tentang pemodelan dampak global perang nuklir, ditemukan bahwa penggunaan senjata nuklir di India dan Pakistan, yang terletak ribuan mil dari AS, akan memiliki dampak iklim yang signifikan terhadap tanaman pertanian (gandum, jagung, kedelai, dan musim dingin) di Amerika Serikat.10
Dunia sadar bahwa tidak akan ada pemenang dalam perang nuklir. “(Untuk) atau peringatan Perang Dunia III saya merancang jalan yang sia-sia, hampir menakutkan yang tidak berakhir di mana-mana”. Maya Lin, seorang desainer dan seniman arsitektur Amerika, yang terkenal dengan keunggulan dan kedalaman karyanya, telah menyimpulkan dampak PD III pada umat manusia. Untuk menekankan sifat destruktif dari Perang Dunia Ketiga, dia datang dengan desain seperti makam, menyatakan, “Saya datang dengan pernyataan politik yang dimaksudkan sebagai pencegah (PD III).”11
Dalam beberapa tahun terakhir para ilmuwan telah mampu meramalkan dengan tingkat keyakinan tentang keadaan kehancuran total yang direncanakan, dirancang dan dapat ditimbulkan oleh manusia untuk ras mereka sendiri. Bukti ilmiah mendukung bahwa perang nuklir berpotensi menghancurkan kehidupan seperti yang kita ketahui di bumi dalam waktu singkat. Efeknya yang menghancurkan akan terlihat pada iklim dan bentuk-bentuk kehidupan yang bertahan dari bencana nuklir selama beberapa dekade sesudahnya. Setelah kehancuran seperti itu, tidak terbayangkan bahwa umat manusia akan pernah mampu berperang lagi dengan apa pun selain senjata mentah selama bertahun-tahun sesudahnya. Seperti yang dinyatakan Einstein, “dengan tongkat dan batu”.
Ilmu pengetahuan sekarang menemukan apa yang telah diungkapkan kepada para pembaharu Ilahi beberapa dekade yang lalu. Kehancuran yang mengancam dunia karena kapasitasnya yang terus meningkat untuk penghancuran diri telah dinubuatkan oleh Pembaharu Ilahi zaman ini sejak lebih dari satu abad yang lalu. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. dari Qadian memperingatkan bencana besar dengan sabdanya, “Janganlah anda mengira bahwa gempa bumi telah melanda Amerika dan benua-benua lain, tetapi bahwa negerimu sendiri akan tetap aman. Memang, anda mungkin mengalami kesulitan yang lebih besar. Wahai Eropa, anda tidak aman dan hai Asia, anda juga tidak kebal… Saya melihat kota-kota runtuh dan pemukiman-pemukiman ditelantarkan.”12
Peringatan untuk penghancuran diri tersebut telah disorot oleh penerus Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Dalam pidatonya di Wandsworth Town Hall, London, pada tanggal 28 Juli 1967, almarhum Hadhrat Mirza Nasir Ahmad rh, Pemimpin Dunia Ahmadiyah saat itutelah memperingatkan dunia mengenai bahaya dan akibat dari Perang Dunia III. Beliau menjelaskan bahwa nubuatan Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. tentang dua Perang Dunia telah terpenuhi, beliau bersabda bahwa Hadhrat Mirza Ghulam Ahmadas. juga meramalkan bahwa Perang Dunia Ketiga dengan dimensi yang lebih besar akan mengikuti perang yang kedua. Kedua kubu yang berlawanan akan bentrok dengan tiba-tiba sehingga semua orang akan ketahuan. Kematian dan kehancuran akan menghujani langit dan nyala api yang dahsyat akan menelan bumi. Raksasa peradaban modern akan runtuh ke tanah. Orang-orang yang selamat akan terperanjat dan terkagum-kagum dengan tragedi itu.13 Sejak saat itu dunia terus diperingatkan tentang bahaya Perang Dunia Ketiga yang akan datang oleh para penerus Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as. Dalam upaya untuk meningkatkan kesadaran para pemimpin dunia akan bahaya perang nuklir yang akan segera terjadi, Yang Mulia Mirza Masroor Ahmad atba, Penerus Kelima dan Pemimpin Jamaah Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia, menulis surat kepada kepala negara dari negara-negara kunci mendesak mereka agar memainkan peran dalam pencegahan bencana nuklir yang akan datang. Dalam pidatonya di Parlemen Eropa, House of Commons dan Capitol Hill, Yang Mulia meningkatkan kesadaran tentang perlunya keadilan mutlak untuk mencegah Perang Dunia Ketiga.
Bukti ilmiah mendukung bahwa perang nuklir berpotensi menghancurkan kehidupan di bumi seperti yang kita ketahui, dengan efek kehancuran yang akan terlihat pada iklim dan bentuk kehidupan selama beberapa dekade setelahnya.
Sangat tepat untuk menyimpulkan gambaran singkat ini dengan kata-kata Hadhrat Mirza Masroor Ahmad atba:
“Kita hanya bisa berdoa dan memgemukakan fakta dan kenyataan di depan semua orang dalam upaya dan harapan agar dunia dapat diselamatkan dari segala bentuk kehancuran dan bahaya. Ini penting agar kita tidak dipandang dengan kemarahan dan sebagai pelanggar oleh generasi mendatang.”14
Catatan kaki:
1. Lisbeth Gronlund, “How Powerful Are Today’s Nuclear Weapons and, If Used, How Would They Affect the World?”, Union of Concerned Scientists, Accessed October 21, 2013. http://www.ucsusa.org/publications/ask/2010/nuclear-weapons.html.http://www.ucsusa.org/publications/ask/2010/nuclear-weapons.html.
2. Leon Prockop, “Weapons of mass destruction: Overview of the CBRNEs (Chemical, Biological, Radiological, Nuclear, and Explosives),” Journal of the Neurological Sciences 249, no. 1 (November 1, 2006):50-4. Epub 2006 Aug 21.
3. Cham Dallas, William Bell, David Stewart, Antonio Caruso, Frederick Burkle Jr., “Nuclear war between Israel and Iran: Lethality beyond the Pale,” Conflict and Health 7, no. 1 (May 10, 2013): 10.
4. John Christodouleas, Robert Forrest, Christopher Ainsley, Zelig Tochner, Stephen Hahn, Eli Glatstein, “Short-Term and Long-Term Health Risks of Nuclear Power Plant Accidents.” New England Journal of Medicine 364, no. 24 (June 16, 2011): 2334–2341.
5. Gray, a measure of radiation exposure.
6. Sakata, Ritsu, Eric J. Grant, and Kotaro Ozasa. “Long-term Follow-up of Atomic Bomb Survivors.” Maturitas 72, no. 2 (June 2012): 99–103.
7. Yoshimi Tatsukawa, John Cologne, Wan-Ling Hsu, Michiko Yamada, Waka Ohishi, Ayumi Hida, Kyoji Furukawa, “Radiation Risk of Individual Multifactorial Diseases in Offspring of the Atomic-bomb Survivors: a Clinical Health Study.” Journal of Radiological Protection: Official Journal of the Society for Radiological Protection 33, no. 2 (June 2013): 281–293.
8. Alan Robock, Owen Toon, “Self-assured destruction: The Climate Impacts of Nuclear War” Bulletin of the Atomic Scientists 68, no. 5: 66–74.
9. Alan Robock, Owen Toon, “Self-assured destruction: The Climate Impacts of Nuclear War” Bulletin of the Atomic Scientists 68, no. 5: 66–74.
10. David Pimentel, and Michael Burgess, “Nuclear War Investigation Related to a Limited Nuclear Battle with Emphasis on Agricultural Impacts in the United States.” Ambio 41, no. 8 (December 2012): 894–899.
11. Tom Lashnits, Maya Lin: Asian Americans of Achievement (Chelsea House Publications, 2007) 8.
12. Mirza Ghulam Ahmad, Haqiqatul Wahee, 268-267.
13. More details on http://www.alislam.org/library/books/messageofpeace/messageofpeace.pdf
Penulis : Professor Amtul Razzaq Carmichael MD, Med, FRCS (Gen Surg.), MBBS. Beliau adalah seorang konsultan yang memenuhi syarat pada tahun 1987 dengan medali emas untuk keunggulan akademik dan melakukan pelatihan bedah di rumah sakit pengajar besar di London, Edinburgh dan Philadelphia. Beliau juga telah menulis banyak artikel untuk major peer-reviewed scientific journals dan sebagai anggota senior Dewan Editorial serta Asisten Manajer di majalah Review of Religion.
Penerjemah : Mubarak