Oleh: Mln. Muhammad Ali
Setiap orang tentu mempunyai harapan untuk bisa mencapai umur yang panjang. Hal ini adalah manusiawi dan wajar muncul dalam diri kita sebagai makhluk yang dianugerahkan akal pikiran oleh Tuhan. Namun, tentu ada hal-hal yang perlu kita pahami lebih jauh terkait makna umur panjang itu, serta apa parameter seseorang dikatakan berumur panjang.
Apakah artinya hanya sebatas kita bisa menjalani hidup dan menghirup udara dunia dalam rentang hitungan tahun yaitu 70, 80 atau 100 tahun? Atau apakah jika ada seseorang yang meninggal dunia di usia muda, katakanlah 20, 30 tahun, lalu ia dikatakan tidak berumur panjang? Atau ada hal lain yang justru jauh lebih mulia yang bisa dicapai oleh kita, yang kemudian dengannya kita dikatakan berumur panjang, selain hanya terbatas pada perkara besarnya angka-angka saja. Oleh karena itu, perlu kiranya bagi kita untuk memahami hal ini dengan sebaik-baiknya.
Bagi umat Islam tentu yang menjadi pedoman utama dalam kehidupan kita adalah Al-Qur’an dan tuntunan dari yang mulia Nabi Muhammad saw. Kedua pedoman ini, merupakan kunci untuk meraih kesuksesan, kebahagiaan, dan pemenuhan terhadap apa yang menjadi harapan-harapan kita. Oleh karena itu, terkait harapan untuk bisa mendapatkan umur panjang pun tentu hendaknya kita sesuaikan dengan apa yang digariskan Allah swt. dalam Al-Quran, serta diselaraskan juga dengan nasihat serta teladan junjungan kita Rasulullah saw.
Di dalam Al-Qur’an, Allah swt. telah menetapkan bahwa tujuan kita diciptakan tiada lain adalah untuk beribadah kepada-Nya. Allah swt. berfirman :
وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ
Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku. (Az-Zariyat 51 : 56)
Ayat tersebut jelas menerangkan kepada kita bahwa tujuan hidup kita ini hanya satu, yaitu beribadah kepada Allah Ta’ala. Tidak ada dari kita yang dilahirkan atas kehendak masing-masing dengan membawa tujuan sendiri-sendiri. Ya, memang di kemudian hari manusia menetapkan tujuan-tujuan dalam kehidupan sehari-harinya. Namun, itu bukanlah tujuan utama manusia hidup di dunia.
Hakikat tujuan diciptakannya manusia, bukan manusia sendiri yang menentukan. Tujuan utama hidup kita adalah ditetapkan oleh Zat yang menciptakan kita, yaitu Allah Swt. Hal ini tergambar sebagaimana dalam kehidupan sehari-hari kita, bahwa setiap yang diciptakan itu maka yang menciptakannyalah yang menetapkan tujuannya; demikian pula dengan manusia, dikarenakan Allah-lah yang menciptakan, maka Dia pulalah yang menetapkan tujuannya.
Oleh karena tujuan utama hidup kita adalah beribadah dan menjadi hamba Allah swt., maka di setiap waktu yang kita lewati hendaknya selalu dihiasi dengan warna dan nilai ibadah kepada-Nya sebagai bentuk pemenuhan terhadap tujuan kita diciptakan. Sehingga berapa pun usia yang Allah swt. anugerahkan kepada kita untuk hidup di dunia, 30, 50, atau 100 tahun, selama itu pulalah hendaknya kita manfaatkan itu untuk memenuhi tujuan tadi.
Terkait beribadah kepada Allah, tentu cakupannya begitu luas. Namun secara umum, terlepas dari segala kekurangan yang ada dalam diri kita, bahwa ada dua cakupan besar yang hendaknya kita pahami dan berusaha untuk mengamalkannya sebagai bagian dari ibadah-ibadah kita, yaitu semua hal terkait pemenuhan hak-hak Allah swt. (huququllah), dan segala hal terkait pemenuhan hak-hak sesama hamba Allah swt. (huququl-‘ibad).
Pemenuhan terhadap hak Allah swt. itu jelas, karena bukan saja Dia yang telah menciptakan kita, namun juga begitu banyak kebaikan dan kasih sayang-Nya yang Dia anugerahkan kepada kita. Maka sebagai bentuk syukur kita kepada Allah swt., taat kepada semua perintah-Nya, menjauhi setiap yang dilarang oleh-Nya, merupakan cara kita memenuhi apa yang menjadi hak Allah Swt.
Tentu perlu kita pahami bahwa beribadah kepada Allah, taat kepada-Nya, memenuhi hak-hak-Nya, bukan artinya Dia perlu itu semua. Tidak. Bahkan Allah swt. adalah Zat Yang Maha Kaya, Maha Kuasa, dan bahkan Maha segala-galanya.
Apa yang kita lakukan berupa ibadah-ibadah adalah cerminan sebagai rasa syukur kita kepada Allah, dan itu adalah demi kebaikan kita, demi kebahagiaan kita, meskipun seberapa pun kita memperlihatkan rasa syukur tersebut, masih tetap saja tidak akan cukup untuk kita membalas setiap kebaikan yang dianugerahkan Allah swt. kepada kita.
Bahkan, ketika kita berusaha dengan sebaik-baiknya memenuhi apa yang menjadi hak-hak Allah swt., betapa banyak karunia yang kemudian akan kita dapatkan secara khusus dari-Nya, baik di dunia ini, dan juga di akhirat kelak. Bukan hanya itu, Allah swt. pun akan menjadikan kita dikenang oleh banyak orang sebagai hamba yang paling dikasihi-Nya. Lalu, terkait pemenuhan terhadap hak sesama hamba, ini pun sangat penting kita lakukan. Lalu, apakah hak hamba itu?
Dalam kehidupan ini, berkat kuasa dan kasih sayang Allah swt., Dia telah menciptakan bukan hanya dua atau tiga kelompok masyarakat, 10 atau 30 bangsa, bahkan tak terhitung sudah Dia menciptakan umat manusia dari masa ke masa, dari generasi ke generasi. Semua diciptakan oleh-Nya semata-mata agar kita bisa saling mengenal, saling memahami, saling mendapatkan pelajaran dan nisahat, serta tentu agar kita bisa saling mengasihi satu sama lain.
Dalam keseharian kita, sebagaimana kita merasa bahagia ketika ada orang lain membantu kita di saat kesulitan, serta kita senang ada orang yang menghargai dan menyayangi kita, maka demikian itu pulalah menjadi hak bagi mereka untuk mendapatkan bantuan, dihargai dan disayangi.
Allah swt. telah menanamkan segala macam potensi dalam diri kita agar dengan potensi-potensi itu kita bisa mengembangkan diri menjadi lebih baik. Ada kelebihan yang kita miliki, dan tentu kita pun memiliki kelemahan masing-masing. Kesemuanya ini agar kita bisa saling melengkapi satu sama lain, tolong menolong dalam kebaikan, dan pada akhirnya tentu pandangan kita akan tertuju bahwa tidak ada yang sempurna selain hanya Allah swt. semata.
Dikarenakan kelemahan-kelemahan yang ada dalam diri kita tadi, tidak ada cara yang lebih tepat untuk menjadikan diri kita lebih baik selain melalui karunia dan pertolongan Allah swt. Lalu bagaimana mendapatkan karunia dan pertolongan-Nya? Tentu dengan beribadah dan berdoa, memohon langsung kepada-Nya.
Selain itu, karena kita hidup bermasyarakat, dan tidak setiap kelemahan yang ada dalam diri kita kita sadari, maka faedahnya adalah kita bisa saling tolong menolong dalam memperbaiki setiap kelemahan yang dimiliki. Berlaku kasih sayang terhadap sesama, berusaha memenuhi apa yang menjadi hak satu sama lain, ini pun menjadi bagian kehidupan yang hendaknya melekat dalam diri kita, terkhusus kita sebagai umat Islam. Terkait hal ini ada sabda junjungan kita Nabi Muhammad saw. :
الخَلقُ عيالُ اللَّهِ ، فأحبُّ الخلقِ إلى اللَّهِ مَن أحسنَ إلى عيالِهِ
Makhluk adalah keluarga Allah, dan orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling bermanfaat kepada keluarga-Nya. (HR.Ath-Thabrani) Dalam hadits ini dikatakan bahwa segala yang diciptakan Allah Swt. tiada lain adalah keluarga-Nya. Oleh karena itu, siapa di antara kita yang ingin agar Allah begitu mencintainya, maka hendaknya kita pun berusaha berbuat baik dan memberi manfaat kepada satu sama lain. Ketika kita memperlihatkan itu dengan sebaik-baiknya dan dengan tulus ikhlas, maka kita berhak untuk bisa menjadi orang yang paling dikasihi Allah Ta’ala. Mari lihatlah bagaimana contoh teladan dari junjungan kita yang mulia Nabi Muhammad saw. Beliau adalah orang yang paling taat kepada Allah, paling banyak beribadah kepada-Nya. Tiada satu waktu pun terlewat dalam kehidupan beliau untuk tidak mengingat dan berdzikir kepada-Nya.
Semua sisi kehidupan beliau beliau habiskan dalam memenuhi apa yang menjadi perintah Allah Swt. Apa yang difirmankan Allah dalam Al-Quran, dipenuhi dan diperlihatkan dalam bentuk amalan sehari-sehari beliau saw.
Lalu, apa yang didapatkan oleh beliau? Tiada lain adalah kedudukan tertinggi di antara seluruh makhluk Allah Swt., Allah menjadikan beliau sebagai insan yang paling banyak memperoleh karunia dan kasih sayang-Nya.
Selain dari itu, beliau menjadi teladan dan panutan bukan hanya bagi kalangan masyarakat semasa beliau, bahkan beliau menjadi rahmatan lil-‘aalamiin, rahmat bagi sekalian alam, di sepanjang masa. Kita pun saat ini senantiasa mengenang betapa mulianya kedudukan beliau. Kita merasakan betapa teladan beliau itu luar biasa, dan kita pun mendapatkan manfaat yang luar biasa pula darinya.
Selain itu, dalam kehidupan Nabi Muhammad saw., terlihat dengan jelas bahwa betapa lembut hati beliau terhadap sesama. Terhadap keluarga, tidak ada satu pun yang luput dalam mendapatkan perlakuan baik beliau.
Betapa kasih sayangnya beliau, bukan hanya terhadap saudara, bahkan terhadap orang yang paling membenci beliau pun, tidak ada sedikitpun kebencian pribadi yang beliau perlihatkan, justru sikap kasih sayang lah yang begitu kentara tampil dalam diri beliau. Lalu, apa yang didapatkan oleh beliau? Tiada lain adalah curahan kasih dan cinta Allah Swt..
Tidak ada karunia Allah yang tidak tercurah atas beliau. Semua karunia, Allah Ta’ala anugerahkan kepada junjungan kita yang mulia Nabi Muhammad saw. Bahkan, bagi kita saat ini, karunia-karunia Allah Ta’ala yang istimewa itu diperoleh hanya dengan melebur taat kepada-Nya, dan taat kepada Rasulullah saw. sebagai insan yang paling dikasihi-Nya.
Maka oleh karena itu, kembali lagi kepada harapan untuk mendapatkan umur panjang tadi. Ya, memang di satu sisi harapan itu muncul dalam diri kita, dan kalaupun kita mendapat kesempatan mencapai usia yang panjang, ini perlu untuk kita syukuri, karena itu pun adalah karunia dari Allah Swt.
Namun, tentu perlu juga kita perhatikan, seberapa baikkah kita memanfaatkan waktu yang telah Allah anugerahkan itu? Apakah kehidupan kita kita lalui dengan larut dalam ibadah kepada Allah dan juga larut dalam pengkhidmatan terhadap sesama, atau justru sebaliknya?
Inilah yang akan menjadikan umur panjang itu, yaitu menjadi hamba sejati Allah Ta’ala dan senantiasa berkhidmat serta memberikan manfaat bagi sesama. Ini yang akan menjadikan kita berumur panjang dalam kedudukan yang mulia melebihi hanya sebatas angka. Ini yang akan menjadikan kita dikenang oleh banyak orang, dikenang akan kesalehan dan kebaikannya.
Inilah kunci dari umur panjang yang didapatkan oleh Rasulullah saw.. Kita tahu bahwa secara hitungan tahun, usia beliau saw. 63 tahun saja. Namun, ribuan tahun sudah nasihat dan teladan beliau, cahaya petunjuk beliau, hidup di tengah-tengah umat manusia, di tengah-tengah kita, dan kita mendapatkan manfaat yang begitu besar dari beliau saw.. Inilah kiranya nasihat Allah Swt. dalam Al-Quran yang perlu kita renungkan :
…وَاَمَّا مَا يَنْفَعُ النَّاسَ فَيَمْكُثُ فِى الْاَرْضِۗ…
Apa yang bermanfaat bagi manusia, akan tinggal tetap di bumi…. Semoga Allah Ta’ala melimpahkan karunia kepada kita untuk bisa memahami dan mengamalkan hal ini dalam kehidupan kita. Aamiin.