Oleh: Mln. Tatep Wahyu Rohimmulloh
Setiap manusia, khususnya orang Islam harus bisa menyadari bahwa hidup itu adalah ujian. Bentuk ujiannya pun, secara umum, terbagi dua, yakni ujian kesedihan/kesulitan dan kesenangan.
Ujian yang menyedihkan setidaknya memiliki dua tujuan, yaitu ujian supaya kita menjadi orang sabar, sebagaimana Allah swt berfirman di dalam Alquran (Surah al-Baqarah: 155), yang artinya, “dan pasti Kami akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan dalam harta, jiwa dan buah-buahan; dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar.”
Kemudian ujian supaya kita memiliki keteguhan hati, sebagaimana Allah swt berfirman di dalam Alquran (Surah Ali-Imran: 186), yang artinya, “niscaya kamu akan diuji dalam hartamu dan jiwamu dan pasti kamu akan mendengar banyak hal yang menyakitkan dari orang-orang yang telah diberi KITAB sebelummu dan juga dari orang-orang musyrik. Tetapi, jika kamu bersabar dan bertakwa maka sesungguhnya hal itu merupakan urusan keteguhan hati.”
Kemudian berkaitan dengan ujian yang terasa menyenangkan, Allah swt berfirman di dalam Alquran (Surah al-Kahfi : 7), yang artinya, “Sesungguhnya kami telah menjadikan yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya supaya kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalannya”.
Rasulullah saw bersabda dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al Bukhori, “Demi Allah, bukanlah kefakiran atau kemiskinan yang aku kuatirkan atas kalian, akan tetapi justru aku khawatir kemewahan dunia yang kalian dapatkan sebagaimana telah diberikan kepada orang-orang sebelummu. Lalu kalian bergelimang dalam kemewahan itu sehingga binasa, sebagaimana mereka bergelimang dan lalu binasa”.
Kemudian Hadhrat Masih Mau’ud as pun bersabda, “cobaan-cobaan ini merupakan pengobatan bagi beberapa kelemahan manusia. Memang, tidak diragukan lagi bahwa pada diri manusia terdapat kelemahan-kelemahan yang tidak dapat dimengerti oleh manusia. Namun, doa-doa saya adalah sedemikian rupa, yakni akan mencapai istana pengabulan (Malfuzat 1984, jld 7, hal 372).
Apapun kondisi yang menimpa manusia khususnya orang muslim, hendaknya dihadapi dengan penuh hikmah sehingga hal itu, tentunya, akan membawa banyak hal positif. Apa saja hal positif itu?
Satu, orang itu akan dihapuskan dosa-dosanya sebagaimana sabda Rasulullah saw, “tidak henti-hentinya bala menimpa seorang mukmin laki-laki dan perempuan, baik mengenai dirinya maupun mengenai keluarganya atau harta kekayaannya hingga ia menghadap Allah dengan keadaan yang bersih dari dosa” (Tirmidzi, Ahmad).
Dua, membuat seorang hamba dekat dengan Tuhannya. Setiap kali mendapat ujian yang berat, manusia biasanya cenderung pasrah, berserah diri, dan banyak berdoa pada Allah swt. “musibah tidak bisa kita hadapi dengan keluhan. Terima dengan ikhlas, iringi dengan ketaatan, doa, tawakkal, dan ibadah ibadah untuk mendekatkan diri kepada Allah swt.
Tiga, mendapat pahala yang besar. Sebagaimana terdapat dalam hadits, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya besarnya pahala bergantung pada besarnya ujian. Barangsiapa yang ridha, mendapat keridhaan Allah dan barangsiapa yang murka, akan mendapat kemurkaan allah,” (Tirmidzi, Ibnu Majah).
Empat, pertanda akan datang kemudahan, sesuai janji Allah swt dalam Alquran (Surah al-Insyirah: 5-6) “bersama kesulitan akan ada kemudahan”.
Lima, melatih kesabaran. Sabar bukan berarti diam saja, namun mencari jalan keluar sesuai tuntunan syariat. Jangan tergoda mengambil langkah cepat, misalnya pergi ke dukun, praktis memang tapi tidak memberi kita kebaikan sedikitpun.
Untuk itu sebagai penutup, saya akan tuliskan Firman Allah swt dalam Alquran Surah al-Fajr : 15-16:
“Adapun mengenai manusia, apabila Tuhan mengujinya, memuliakannya dan menganugerahkan nikmat-nikmat kepadanya, maka ia berkata, “Tuhanku telah memuliakan aku”.
“Sedangkan, apabila Tuhannya mengujinya dan menyempitkan atasnya rezekinya, maka ia berkata, “ Tuhan- ku telah menghinakan aku” naudzubillah. (part 3, selesai)