Menjawab Tuduhan atas Pernikahan Beliau saw dengan Aisyah binti Abu Bakar
Oleh : Mln. Yusuf Awwab
Banyak sekali tuduhan yang diarahkan kepada Rasulullah saw disebabkan pernikahan beliau saw dengan Aisyah binti Abu Bakar yang masih berusia 9 tahun.
Tuduhan bahwa beliau saw seorang pedofil atau penyuka anak-anak seketika menyeruak dan menjadi senjata untuk mempertanyakan pangkat kenabian beliau saw. Apakah beliau saw memang benar seorang nabi, dan pantaskah seorang nabi menikahi anak dibawa umur. Atau jangan-jangan naudzubillah beliau saw memang seorang pedofil?
Kita perlu terlebih dahulu memahami dan mempelajari tradisi dan budaya Arab yang berkembang pada masa itu.
Arab sebelum beliau saw lahir terkenal dengan kejahiliannya atau kebodohannya. Kejahilan bangsa Arab bukan hanya karena mayoritas kaum tersebut buta huruf, namun lebih daripada itu mereka dijuluki jahil (bodoh) karena setiap perkara senantiasa diselesaikan dengan otot bukan otak.
Mereka juga lebih percaya takhayul daripada realita. Bahkan berkembang keyakinan bahwa jika seseorang memiliki anak perempuan maka selain kehinaan mereka juga akan mendapatkan kesialan dan kutukan. Karena takutnya dapat kutukan, maka mereka pun beramai-ramai mengubur hidup-hidup setiap anak perempuan mereka.
Mereka juga yakin bahwa orang yang paling hebat dan terhormat adalah mereka yang kuat dalam minum-minuman keras dan berbuat zinah. Wanita-wanita tidak memiliki kehormatan. Mereka bisa dijual belikan bahkan seorang anak bisa mendapatkan dan mewarisi istri-istri ayahnya.
Seorang budak wanita adalah milik majikannya sehingga ia tidak berhak atas dirinya. Jika majikannya menggaulinya maka budak tersebut tidak memiliki kuasa untuk menolak apalagi melaporkan aksi keji majikannya tersebut. Intinya bahwa wanita adalah makhluk rendah dan tidak berharga.
Oleh karena itu adalah sebuah kehormatan ketika ada seorang pria datang untuk menikahi seorang wanita. Berapapun usia anak tersebut para orang tua akan tetap menikahkannya, hal tersebut mereka lakukan bukan hanya agar anak perempuan mereka mendapatkan kehormatan di tengah-tengah masyarakat, tapi yang terpenting adalah agar anak-anak perempuan mereka terhindar dari perbudakan dan diperjual belikan.
Jadi menikah dini adalah sebuah tradisi yang terjadi pada masa itu. Hadhrat Utsman ra. diwarisi harta oleh orang tuanya diusia 20 tahun. Namun saat itu beliau sudah memiliki istri lebih dari empat orang, artinya bahwa beliau menikah diusia yang sangat muda.
Umar bin Khattab ra. masuk Islam pada usia 26 tahun. Beliau saat itu sudah menjadi salah satu pemimpin terkemuka di tanah Arab yang memiliki puluhan orang istri. Dan saat ayat tentang pembatasan istri turun maka beliau pun melepaskan istri-istri lainnya.
Abu bakar As-Siddiq ra. menikahi istri pertama beliau diusia sangat muda, bahkan saat dinikahi istri pertama beliau, Qutailah binti Abdul Uzza baru berusia sekitar 10 atau 11 tahun.
Sahabat lainnya seperti Usamah bin Zaid, Umar bin Abi Salamah, Abdullah bin Amru bin Ash, mereka semua menikah diusia 15 tahunan. Dan masih banyak lagi para sahabat yang menikah disaat muda. Oleh karena itu ketika Muhammad saw mempersunting Aisyah binti Abu Bakar diusia yang masih muda tidak ada pertentangan atau perdebatan di tengah-tengah masyarakat saat itu.
Jika seandainya apa yang dilakukan beliau saw sebuah keganjian atau ketidak pantasan maka pasti para penentang beliau dari kaum Quraisy akan menjadikan peristiwa tersebut sebagai senjata untuk menyerang dan menjatuhkan beliau saw. Namun nyatanya tidak ada satu pun dari para penentang yang melakukannya. Artinya bahwa hal itu memang merupakan sebuah tradisi yang berlaku secara umum pada masa itu.
Rasulullah saw meminang Aisyah bin Abu Bakar diusia 7 tahun dan baru memboyongnya saat usia 9 tahun. Akan tetapi Rasulullah saw baru bercengkrama sebagai suami istri di saat Asiyah binti Abu Bakar berusia 18 tahun. Ini artinya bahwa meski Aisyah diboyong dari rumah orang tuanya, namun selama 9 tahun tersebut Rasulullah saw menjaga Aisyah sedemikian rupa dan ketika dirasa sudah cukup usianya maka beliau saw baru menuntaskan kewajiban beliau sebagai suami.
Sejarah mencatat bahwa beliau saw tidak dikaruniai seorang anak pun dari pernikahan tersebut. Karena pada saat Aisyah berusia 18 tahun beliau saw wafat.
Aisyah binti Abu Bakar sendiri yang menceritakan kisah pernikahan tersebut.
حَدَّثَنَا عَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عُرْوَةَ عَنْ عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزَوَّجَهَا وَهِيَ بِنْتُ سَبْعِ سِنِينَ وَزُفَّتْ إِلَيْهِ وَهِيَ بِنْتُ تِسْعِ سِنِينَ وَلُعَبُهَا مَعَهَا وَمَاتَ عَنْهَا وَهِيَ بِنْتُ ثَمَانَ عَشْرَةَ
Berkata kepada kami Abdu bin Humaid, mengabarkan kepada kami Abdurrazzaq, mengabarkan kepada kami Ma’mar, dari Az Zuhri, dari ‘Urwah, dari ‘Aisyah bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menikahinya pada saat berusia tujuh tahun dan mulai memboyongnya pada saat sembilan tahun, Beliau bercengkerama dengannya dan wafat pada saat ‘Aisyah berusia 18 tahun. (HR. Muslim No. 1422)
Jadi tidak benar jika mengatakan bahwa Muhammad saw seorang pedofil. Bahkan beliau saw adalah sosok yang menjaga kehormatan wanita. Beliau lah orang pertama di Arab yang menempatkan seorang wanita pada kedudukan yang tinggi. Dan demi menjaga kemulian wanita beliau memberitahu kepada kaumnya bahwa Surga berada dibawah telapak kaki seorang Ibu yang juga merupakan wanita.
Buku Rujukan:
- Mukhtashar Shahih Muslim, Imam Al-Mundzir, Pustaka Amani, cet. 1994.
- As-Siddiq Abu Bakar, Muhammad Husein Haekal, Pustaka Litera Antarnusa, Cet. 2008
- Tarikh Khulafa’, Imam As-Suyuti, Pustaka Al-Kautsar, Cet. 2005
- Ad-Daulah Al-Umawiyah, Dr. Yusuf Al’Isy, Pustaka Al-Kautsar, Cet. 1998