Kitab Suci Al-Qur’an secara rinci sekali telah meletakkan berbagai ajaran untuk mewujudkan perdamaian dan kerukunan di dalam masyarakat yang plural. Saya kini akan menyajikan contoh ajaran-ajaran Islam berdasarkan Kitab Suci Al-Qur’an dan hadits mengenai masalah ini.
A. Menghormati Agama Lain dan Para Pendirinya
Saya telah membahas sikap Islam kepada agama-agama lain di dunia ini pada bagian permulaan. Disini saya rasa akan cukup untuk mengutip satu saja ayat Al-Qur’an yang mewajibkan seorang Muslim untuk beriman kepada kebenaran dan menghormati semua nabi atau rasul, atau para pendiri agama-agama lain. Allah taala berfirman:
“Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasul-rasul-Nya dan tidak membeda-bedakan seorang pun diantara mereka, kelak Allah akan memberikan kepada mereka pahalanya.” (Q.S 4:153)
B. Persamaan Semua Utusan Allah
Menurut Al-qur’an semua nabi adalah sama. Hal ini penting sekali untuk tegaknya kedamaian antar agama. Sejauh hubungannya dengan pendakwaan, para nabi harus diperlakukan sama. Para tempat lain Kitab Suci Al-Qur’an memang mengakui bahwa ada perbedaan derajat dari para nabi, tetapi semuanya memiliki keabsahan yang sama dari Tuhan. Allah taala berfirman dalam Al-Qur’an:
“Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian [dari] mereka atas sebagian yang lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata dengan dia dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat.” (Q.S 2:254)
Ayat itu harus dipahami dalam hubungan ini. Dengan menghormati persamaan nabi-nabi sejauh hubungan dengan pendakwaan mereka, peristiwa-peristiwa berikut akan memperjelas hal itu. Salah seorang sahabat Nabi saw menyatakan bahwa Rasulullah saw adalah yang terbaik dari semua nabi. Hal ini terjadi dalam dua kesempatan. Pada suatu peristiwa ketika sedang berbahas dengan orang Yahudi, sahabat itu menekankan bahwa Nabi Muhammad saw lebih tinggi derajatnya dari pada Nabi Musa as. Ketika masalah itu disampaikan kepada Nabi Muhammad saw beliau menjawab bahwa beliau tidak seharusnya dinyatakan lebih tinggi dari Nabi Musa as. Pada waktu lain beliau bersabda bahwa beliau tidak seharusnya dinyatakan lebih tinggi dari Nabi Yunus as, bin Matta.
Prinsip mendasar yang harus diingat adalah bahwa Tuhanlah yang memutuskan dan menyatakan dengan cara apa seorang nabi lebih Dia cintai daripada lainnya. Para pengikut nabi-nabi itu tidak diizinkan untuk memulai pertengkaran atau perkelahian mengenai siapa nabi yang lebih baik.
C. Keselamatan Tak Dapat Dimonopoli
Ini merupakan pernyataan lain yang indah dari Al-Qur’an Suci yang menjadi unsur sangat penting untuk menegakkan kedamaian diantara agama-agama. Allah taala berfirman dalam Al-Qur’an:
“Bagi tiap-tiap umat telah Kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam urusan (syari’at) ini dan serulah kepada [agama] Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus.” (22:68)
“Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja [diantara mereka] yang benar-benar beriman pada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak [pula]mereka bersedih hati.” (5:70)
“Bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang ia berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak [pula] mereka bersedih hati.” (2:113)
Al-Qur’an Suci tidak mengizinkan kaum Muslimin dengan tak pandang bulu mencela mereka yang berasal dari agama-agama lain mengenai peluang-peluang untuk keselamatan mereka. Diajarkan bahwa Islam mengajarkan kalau semua orang bukan Muslim ditakdirkan masuk neraka tetapi sebenarnya adalah bahwa mereka semuanya yang mengaku beriman apakah mereka Yahudi, Nasrani, Shabiin atau dalam hal ini penganut suatu agama lain – jika mereka beriman kepada Tuhan dan hari kemudian dengan ikhlas dan jujur dan mereka beramal saleh – yang merupakan intisari Islam – tak ada ketakutan akan menimpa mereka dan tidak pula mereka berduka cita (2:63)
Disini saya ingin memperjelas lebih lanjut kata ‘Shabi (Shabiin). Kata ini adalah suatu istilah yang digunakan oleh bangsa Arab mengacu pada pengikut-pengikut semua agama bukan Arab dan bukan semitik (diluar Timur Tengah) yang mempunyai kitab-kitab wahyu mereka sendiri. Dengan demikian para pengikut seluruh agama yang berdasarkan wahyu Ilahi telah diberikan jaminan bahwa, dengan syarat mereka tidak secara sengaja gagal untuk mengenali cahaya suatu agama baru dan berpegang teguh dengan jujur dan benar pada nilai-nilai agama nenek moyang mereka, mereka tidak seharusnya takut kepada Tuhan dan tidak akan ditolak [untuk dapat] keselamatan.
Sikap Berpikiran Luas Terhadap Penganut Agama Lain
Dinyatakan dalam kata-kata yang jelas dalam Al-Qur’an Suci bahwa bukan hanya kaum Muslimin yang berdiri teguh dengan kebenaran dan memperingatkan serta memberikan keadilan dengan benar tetapi ada juga orang-orang dari penganut agama-agama lain yang berbuat sama. Merujuk ada seluruh agama di dunia, pada umumnya, Al-Qur’an menyatakan:
“Dan diantara orang-orang yang Kami ciptakan ada umat yang memberi petunjuk dengan hak dan dengan yang hak itu [pula] mereka menjalankan keadilan.” (7:182)
Inilah sikap yang seluruh agama di dunia hari ini harus menerapkan untuk meningkatkan nilai hubungan dengan agama-agama lain. Kedamaian agama dan kerukunan masyakat tidak dapat diperoleh tanpa menanamkan keluasan berpikir seperti itu, dan sikap-sikap pemahaman manusiawi terhadap orang-orang dari agama lain.
D. Perlindungan Tempat-Tempat Ibadah Agama Lain
Allah berfirman dalam Al-Qur’an Suci:
“Dan sekiranya Allah tiada menolak [keganasan] sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah.” (22:41)
Al-Qur’an dalam menyajikan ayat itu yang telah memberikan hak pada kaum Muslimin untuk membela diri, bahkan dengan kehidupan mereka maka seluruh tempat ibadah: gereja, sinagog, kuil, biara dan lain-lain, dan jika orang Muslim dibunuh dalam upaya mempertahankan suatu tempat ibadah yang demikian, maka menurut Islam orang Muslim demikian akan diperlakukan sebagai syahid.
E. Jangan Mencaci Berhala-Berhala
Walaupun Al-Qur’an dengan kuat melarang penyembahan berhala, lihat betapa Tuhan mengajarkan kita cara-cara dan sikap hormat pada kehormatan dan perasaan orang lain. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:
“Dan janganlah kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa pengetahuan.” (6:109)
Ayat itu menunjukkan jika kaum Muslimin tidak mengikuti ajaran ini, maka diri mereka sendiri akan bertanggung jawab jika Tuhan mereka dicaci maki dan selanjutnya mengganggu kerukunan komunal suatu masyarakat.
F. Tidak Ada Paksaan Dalam Urusan Agama
Kitab Suci Al-Qur’an dengan jelas memberitahu bahwa tak ada paksaan yang dapat digunakan dalam menyebarkan pesan Islam. Allah taala berfirman dalam Al-Qur’an:
“Tak ada paksaan dalam agama.” (2:257)
“Barangsiapa menghendaki, hendaklah dia beriman dan barangsiapa menghendaki, biarlah ia kafir.” (18:30).
“Untukmu agamamu dan untukku agamaku.” (109:7)
G. Menghormati Para Pemimpin Kaum Lain yang Bukan Nabi
Islam memerintahkan kaum Muslimin untuk menghormati para pemimpin kaum lain yang bukan nabi, para pemimpin agama dan non-agama.
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Apabila seorang yang dihormati di kalangan kaumnya mengunjungi kalian, kalian juga harus menyambutkan dengan penghormatan.”
Dan mengenai hormat kepada para pemimpin atau orang-orang awam yang sudah meninggal, Nabi Muhammad saw bersabda:
“Ceritakanlah tentang orang-orang mati yang baik-baik saja dan hindari dari berbicara yang buruk-buruk dan jangan membicarakan kelemahan-kelemahan orang yang sudah mati, sebab akan melukai perasaan orang-orang yang masih hidup.”
H. Persamaan Seluruh Manusia
Al-Qur’an dengan jelas meletakkan prinsip persamaan seluruh umat manusia. Allah taala berfirman dalam Al-Qur’an:
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lahi Maha Mengenal.” (49:14)
Ayat itu menunjukkan bahwa seluruh umat manusia adalah sama, sebab setiap orang tanpa kecuali diciptakan dengan cara yang sama, yaitu dari laki-laki dan perempuan, maka tak seorang manusia pun dapat menyebut dirinya lebih mulia daripada orang lain dalam hal apapun. Satu-satunya tanda kemuliaan di sisi Allah adalah takwa.
I. Menyebarkan Perdamaian dan Niat Baik
Allah taala berfirman Al-Qur’an:
“Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung.” (3:105)
Nabi Muhammad saw bersabda:
“Sedekah terbaik adalah meningkatkan kebajikan di kalangan manusia.”
J. Cinta Kasih Kepada Manusia.
Allah taala berfirman di dalam Al-Qur’an:
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. dan berbuat baiklah kepada kedua ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan yang jauh, temat sejawat dan hambasahaya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.” (4:37)
Ayat tersebut diatas mengarahkan seorang Muslim untuk mengamalkan cinta kasihnya sedemikian rupa sehingga meliputi seluruh manusia dimulai dari orang tua, orang-orang yang terdekat, sampai orang-orang asing yang paling jauh.
Islam mengajarkan bahwa Kaum Muslimin tidak seharusnya bersahabat atau berkasih sayang dengan orang-orang bukan Muslim. Hal ini merupakan suatu kesalahpahaman lantaran ayat-ayat Al-Qur’an dan sabda-sabda Nabi Muhammad saw berikut ini akan memperjelas permasalahan ini.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an mengenai hubungan dengan orang bukan Muslim:
“Allah tidak melarang kamu untuk baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak [pula] menghalau kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang yang berlaku adil.” (60:9)
“Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kami karena agamamu dan menghalau kamu dari negerimu dan membantu [orang lain] untuk menghalaumu. Dan barangsiapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.” (60:10)
Nabi Muhammad saw bersabda:
1. Seluruh makhluk Tuhan adalah keluarga-Nya, dan orang yang paling dicintai Tuhan adalah dia yang berbuat paling baik kepada makhluk-makhluk Tuhan.
2. Allah tidak akan mengasihani mereka yang tidak mengasihani manusia.
3. Allah menganugerahkan kasih sayang-Nya hanya kepada hamba-hamba-Nya yang menyayangi sesamanya.
4. Seorang Muslim adalah dia yang kata-katanya dan perbuatannya tak menyakiti (merugikan) orang lain.
5. Seseorang yang melihat orang lain sedang hendak dibunuh dan dia tak turun tangan menolong atau membuat suatu usaha menyelamatkan ada di bawah laknat Tuhan.
Maka Islam memberikan suatu daftar apa-apa yang harus dan tidak harus dilakukan yang sangat mudah dipahami yang kasihnya kerukunan masyarakat pada taraf tertinggi dapat ditegakkan.
Saya ingin mengakhiri tulisan ini dengan mengutip dua peristiwa dari kehidupan Nabi Muhammad saw yang menegakkan keunggulan standar toleransi dan penghormatan dalam masalah-masalah agama dan nilai-nilai manusiawi.
Seorang utusan dari golongan Kristen Najran mengunjungi beliau saw di Madinah untuk bertukar pikiran mengenai masalah-masalah agama. Termasuk pemuka-pemuka gereja. Pembahasan berlangsung di dalam Masjid dan berlanjut hingga beberapa jam. Pada suatu kesempatan pemimpin perutusan Kristen itu meminta izin untuk keluar dari Masjid dan melakukan ibadah keagamaan mereka di suatu tempat yang mereka kehendaki. Nabi Suci Muhammad saw bersabda bahwa tak perlu mereka untuk keluar dari masjid yang merupakan tempat beribadah kepada Tuhan, dan mereka dapat melaksanakan ibadah mereka di dalamnya. Betapa suatu sipak berpikir yang luas.
Suatu ketika Nabi Muhammad saw sedang duduk bersama para sahabat. Suatu arak-arakan jenazah berlalu. Nabi Suci saw berdiri. Melihat beliau, para sahabat juga berdiri. SAlah seorang sahabat mengingatkan: “Ya Rasul Allah, itu jenazah seorang Yahudi.”
Nabi Muhammad saw menjawah: “Bukankah dia manusia?” Dan lebih lanjut beliau bersabda: “kematian adalah suatu perkara yang menyedihkan dan dahsyat, sebab itu, apabila kamu melihat iring-iringan jenazah berlalu, kamu seharusnya berdiri sebagai suatu hadiah penghormatan.”
Betapa suatu contoh rasa dan nilai kemanusiaan yang mengagumkan. Semoga Allah memberikan kita semua kemampuan untuk mengikuti contoh teladan Nabi Muhammad saw.
Sumber: Review of Religions, July 1995, dari artikel “Islam’s Contribution Towards Establighment of Inter-Religions Peace and Communal Harmony.”
Dikutip dari: Majalah Nur Islam, Edisi 9, Tahun ke IV September 2002