By: Mln. Basyir A. Kona, Talang Padang.
Ramadhan merupakan sarana khusus yang diberikan oleh Allah swt bagi umat Islam untuk menghapuskan dosa-dosa. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim, Rasulullah saw pernah bersabda bahwa, Shalat lima waktu; jumat ke jumat dan ramadhan ke ramadhan menghapuskan dosa-dosa selama dosa-dosa besar dijauhi.
Telah diketahui bahwa bulan Ramadhan adalah bulan agung, bulan penuh berkah, dibukanya pintu-pintu surga, ditutupnya pintu-pintu neraka dan setan-setan dibelenggu. Pahala dilipatgandakan bagi orang yang mau melaksanakan ketaatan seperti baca Qur’an dan memahami maknanya, sholat malam, istighfar dan bersedekah dan amalan-amalan lain yang disunahkan. .
Dengan perantaraan berbagai amal ibadah yang dilakukan pada Bulan Ramadhan, Allah swt menghapuskan dosa-dosa, mengampuni kesalahan-kesalahan dan mengganjar amal ibadah dengan surga. Namun, di sana ada golongan manusia yang sebaliknya, menyia-nyiakan waktu-waktu mereka untuk sekedar ngobrol, ghibah, akhlak yang buruk dan bermalas-malasan dari ketaatan.
Beberapa Keutamaan Ramadhan
Dari beberapa hadits jelas betapa Allah swt dengan perantaraan Ramadhan, Dia mengampuni dosa hamba-hambaNya.
Dari Abu Hurairah ra berkata : Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
من صام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه
“Barangsiapa yang berpuasa karena Iman dan Ihtisaban maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR. Al-Bukhari no. 38)
Demikian pula dalam hadits yang lain Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang berpuasa dan melakukan qiyam Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari Allah SWT, niscaya diampuni dosa-dosanya yang telah lalu” (HR. Bukhari-Muslim).
Dengan demikian, puasa ramadhan merupakan wadah bagi setiap muslim untuk mentarbiyati diri dengan amalan-amalan yang baik, meningkatkan kwalitas diri dan mendorong untuk melaksanakan hal-hal yang baik dan meninggalkan pekerjaan atau amalan yang merusak.
Puasa Ramadhan juga bisa mendekatkan seorang hamba kepada Tuhan-Nya, dosa-dosanya diampuni sehingga ia meraih derajat yang lebih tinggi dalam pandangan Allah swt, serta amal kebaikan seseorang diganjar sepuluh kali lipat.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda;
“Puasa adalah perisai, jika seorang diantara kalian berpuasa, janganlah berkata kotor dan jangan pula berlaku jahil. Jika ada seseorang menyerangnya atau mencaci hendaklah ia berkata “Aku sedang berpuasa” (sebanyak dua kali). Demi dzat yang jiwaku ada di tangan-Nya, bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah SWT daripada aroma wanginya kesturi, dia meninggalkan makan, minum dan syahwatnya demi Aku (Allah swt), Puasa itu untuk-Ku dan Aku yang akan mengganjarnya. Karenanya satu kebaikan itu dibalas sepuluh kali lipat kebaikan yang sama.” (Shahih Bukhari III/22, Shahih Muslim III/57).
Tentu saja jika seseorang berpuasa dan berupaya sungguh-sungguh untuk membuat perubahan dalam dirinya, latihan-latihan pengendalian diri melalui puasa, menahan diri dari setiap hal yang disukainya, maka dia akan mampu menguasai dirinya sehingga sekalipun dia mendapatkan serangan (baik serangan fisik maupun verbal), dia akan mengatakan; “tidak! saya sedang berpuasa”. Itulah yang akan mengundang keridhaan Allah SWT.
Sebaliknya, walaupun secara zahir seseorang berpuasa, tetapi amalan dan perkataan layaknya orang yang tidak berpuasa, maka orang yang demikian puasanya hanya mendapatkan haus dan lapar. Sebagaimana Rasulullah saw sabdakan, “Betapa banyak orang yang berpuasa hanya mendapatkan haus dan lapar, dan betapa banyak orang yang sholat malam hanya begadang saja.” (HR. Ahmad no. 8843)
Orang yang merugi
Dalam situasi pandemic penyakit covid-19 seperti sekarang ini, pemerintah meminta masyarakat untuk tidak keluar rumah jika tidak ada kepentingan mendesak, sejatinya waktu berpuasa baik dipergunakan untuk banyak beribadah, dzikir, membaca Al-Quran dan melakukan hal-hal bermanfaat lainnya. Namun disayangkan, banyak orang yang memanfaatkan untuk hal-hal yang keliru bahkan menghasilkan dosa.
Secara fisik orang dihimbau untuk tidak saling berdekatan, tetapi kemajuan tekhnologi menjadikan batas fisik seakan tidak ada. Orang tinggal di rumah namun tetap saja bisa berhubungan dengan yang lain bahkan lebih intens dan instan. Media social menjadi dunia tersendiri, begitu orang-orang larut di dalamnya, sampai-sampai membuat lalai. Banyak yang lalai berdzikir, lalai shalat, lalai baca Al-Quran.
Media social bahkan memudahkan penggunanya untuk berbuat sia-sia walau hanya sekedar meneruskan berita hoaks. Menanggapi postingan orang lain dengan menggunakan diksi yang menyakitkan walau hanya sekadar guyon. Sejatinya kesia-siaan tidak akan berkurang, justeru hampir tidak ada perbedaan antara bulan ramadhan dengan bulan-bulan lainnya. Banyak orang yang terus berakhlak buruk walaupun mungkin ia tidak menyadari, puasanya tidak mencegahnya dari melakukan hal-hal yang diharamkan. Dari Abu Hurairah ra : dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta malah mengerjakannya, maka Allah tidak butuh dari rasa lapar dan haus yang dia tahan.” (HR. al-Bukhari no. 5710)
Jika demikian maka inilah salah satu kelompok manusia yang disebut dalam hadits sebagai mereka yang merugi bahkan bangkrut. Sejatinya nanti tatkala Bulan Ramadhan berlalu dosa akan dihapus dan manusia kembali fitri, tetapi jika amalan baik dilalaikan atau walaupun melaksanakan ibadah dan amalan-amalan yang baik tetapi dalam waktu yang bersamaan amalan buruk juga terus dikejakan, alih-alih meraih fitri bahkan sebaliknya kerugian bahkan kebangkrutanlah yang didapatkan, na’udzubillahi min dzalik.
Rasulullah SAW bersabda, “Tahukah kalian siapakah orang yang bangkrut itu? Mereka menjawab: “orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak punya dirham dan harta benda. Rasulullah SAW bersabda: “sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku adalah adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa pahala shalat, puasa dan zakat, namun ia juga datang membawa dosa kedzaliman. Ia mencela saudaranya, ia menuduh tanpa bukti, ia memakan harta orang, ia menumpahkan darah orang, ia menyakiti orang lain tanpa hak. Maka sebagai tebusan atas kesalahan itu diberikanlah kebaikannya kepada orang-orang itu,. Hingga apabila kebaikannya telah habis dibagi-bagikan kepada orang yang dia dzalimi, sementara belum semua kedzalimannya tertebus, diambillah kesalahan orang-orang yang didzaliminya lalu dipikulkan kepadanya, kemudian dia dilemparkan ke dalam neraka. (HR. Muslim: 6522).
Sangat bijaksana dan beruntung orang yang mendapati ramadhan kemudian ramadhan berlalu ia meraih pengampunan dosa, kembali pada fitri. Jika seseorang tidak memanfaatkan waktunya di bulan Ramadhan untuk ibadah dan amal yang baik, maka kapan lagi ada musim kebaikan dan dilipatgandakanya derajat. Jika seseorang tidak diampuni lantaran bulan Ramadhan, kapan dia akan diampuni? Betapa banyak manusia memahrumkan dirinya dari kesempatan ini. Maka hendaklah kita berdoa kepada Allah SWT agar ibadah dan amal kita di bulan Ramadhan diterima oleh Allah. Bertakwalah kepada Allah dan jangan menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Semoga kita menjadi orang yang meraih keberuntungan melalui Ramadhan, bukan orang yang merugi apalagi bangkrut.
Na’udzubill āhi ‘alā dzālika
aamiin allaahumma aamiin