Konsep childfree muncul lagi. Bukan kali pertama, malah semakin seru karena dikaitkan dengan “obat awet muda”. Dari berbagai sudut pandang, benarkah konsep ini semata-mata memberikan perhatian kepada perempuan?
Konsep “enggan memiliki dan mengasuh anak” ini sebenarnya bukan hal baru. Istilah ini muncul terkait dengan kepercayaan manikheisme atau aliran gnostic yang mempercayai bahwa membuat anak adalah sebuah sikap amoral.
Namun perkembangan zaman membawa konsep ini kepada latar belakang alasan yang beragam. Mulai dari mengendalikan populasi, tuntutan ekonomi, kesehatan, kekhawatiran pada masa depan, bahkan sebuah alasan menarik: tidak tertarik.
Efek Childfree pada Berbagai Sektor
Ketika berselancar dengan kata kunci “childfree”, sebagian besar orang menempatkan sudut pandang agama sebagai alasan ketidaksetujuan pada konsep ini. Padahal, masih banyak sektor yang akan terimbas jika kita menempatkan konsep ini secara keliru.
Ancaman bagi Populasi
Bagi yang memilih untuk tidak berketurunan secara sengaja, salah satu alasan yang dipilih adalah pengendalian populasi. Mereka beranggapan bahwa bumi sudah semakin padat dan penuh sesak dengan manusia. Maka alih-alih memiliki atau menambah anak, akan lebih bijak jika hanya mengangkat atau mengasuh anak-anak yatim korban perang atau bencana.
Memang tidak keliru, tapi juga tidak serta merta benar. Akan tiba masanya – jika paham ini sukses merebak – maka sebuah negara akan memiliki demografi yang timpang. Usia non-produktif menumpuk tanpa generasi muda yang cukup.
Bukan Solusi Ekonomi
Sudut pandang ini akan sedikit berkaca pada negara maju seperti Jepang, Korea Selatan bahkan China yang memberikan insentif pada keluarga yang memiliki anak lebih dari satu. Menarik, karena ternyata kelahiran anak justru menjadi faktor prediksi tren ekonomi sebuah negara.
Tren angka kelahiran yang rendah dalam jangka panjang dapat menyebabkan krisis sumber daya manusia. Lebih jauh lagi, hal itu memengaruhi ekonomi sebuah negara. Jadi, alasan untuk memperbaiki ekonomi keluarga rupanya tidak relevan jika di saat yang sama kondisi ekonomi negara secara makro bisa terancam.
Kecanggihan teknologi tidak serta merta bisa menggantikan manusia. Mereka yang menggunakan teknologi sebagai pengganti manusia, adalah karena SDM yang sedikit. Terciptalah robot-robot yang membantu manusia.
Ancaman Keamanan Negara
Jangan kira konsep ini akan menjadi penyelamat negara. Bayangkan jika demografi hilang stu generasi karena paham childfree, maka salah satu yang akan terdampak karena tidak memiliki generasi penerus adalah angkatan bersenjata.
Barangkali, angkatan bersenjata hanya salah satu dari sektor “penjaga negara” lainnya yang juga terdampak, namun ambil saja ujung tombaknya. Terbayang ‘kan, kalau aparat tentara kita tua-tua?
Hubungan Sehat Keluarga Childfree
Tujuan melanjutkan keturunan memang bukan satu-satunya, namun pernikahan seharusnya adalah sebuah ikatan healthy relationship. Apakah berarti relasi keluarga yang tidak memiliki keturunan tidak sehat? Bukan juga demikian.
Highlight dari relasi sehat dalam pernikahan adalah adanya tanggung jawab. Cinta hanyalah latar belakang yang membuat seseorang bersikap responsible. Di luar masalah keputusan untuk tidak memiliki anak adalah ranah privat, namun di saat yang sama mereka tidak ingin mengambil tanggung jawab sebagai orang tua.
Studi psikologi bahkan menunjukkan bahwa pernikahan tanpa anak justru rentan menghadapi stigma sosial. Lebih jauh lagi, akan ada resiko kesehatan mental bagi salah satu atau kedua pasangan. Mereka harus memikirkan solusi ketika tiba waktunya terpisah dengan pasangan.
Terlebih jika seseorang paham bahwa pernikahan adalah penyatuan 2 keluarga besar, maka secara sengaja memilih tidak berketurunan bisa saja membawa imbas stigma sosial tersebut kepada keluarga yang lebih luas.
Demand and Supply Industri Generasi
Diksusi tentang childfree ini semakin menarik, terutama ketika pemaknaannya semakin berkembang menjadi “tidak ingin mengurus anak”. Maka pertanyaan berikutnya, apakah orang tua yang sibuk bekerja dan menyerahkan sepenuhnya pengurusan anak kepada pihak lain bisa termaktub dalam konsep childfree?
Kemunculan awal childfree di Eropa dan Amerika ditandai angka kelahiran yang menurun drastis. Kebutuhan ekonomi membuat perempuan masuk ke sektor industri sehingga mereka berorientasi karir. Pada masa setelah perang dunia ke-II kelahiran generasi kembali meledak dan kembali turun seiring penemuan alat kontrasepsi.
Maka, apapun pemahaman dan alasan di balik konsep ini, satu hal yang harus dipahami bahwa childfree hanyalah sekelumit kasus yang terpantik akibat demand and supply industri. Childfree adalah pilihan privat. Maka, jangan gunakan alasan publik ketika memilihnya. Cukup katakan, “saya tidak mau memiliki dan mengasuh anak,” tanpa harus menyambungnya dengan “supaya awet muda”.