(Seri God Summit: Menemukan Karunia – Bagian 1)
“Aku katakan dengan sejujurnya, jika seseorang menangis dihadapan Allah Taala dengan kerendahan hati yang luar biasa, maka itu dapat menggerakan dan menarik rahmat dan karunia Allah Taala.”
(Hadrat Mirza Ghulam Ahmad AL-Masih Al-Mauud as)
“Review of Religion” dengan program God Summit, telah mengemukakan keindahan menemukan karunia, berkenaan dengan keberadaan wujud Allah Taala. Khalifah Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Masroor Ahmad aba pun menyampaikan amanat terkait hal tersebut.
Sebelum menyampaikan beberapa peristiwa tentang pengabulan doa, beliau terlebih dahulu mengutip sabda Hadhrat Masih Mauud as. Sabda penuh makrifat tersebut menampilkan dengan indah, berkenaan dengan doa seperti apa yang diterima oleh Allah Taala,
“Aku katakan dengan sejujurnya, jika seseorang menangis dihadapan Allah Taala dengan kerendahan hati yang luar biasa, maka itu dapat menggerakan dan menarik rahmat dan karunia Allah Taala.”
Jika dihadapan Allah Taala seseorang menyampaikan sesuatu yang timbul dari hati disertai ratapan, maka Allah Taala akan mencurahkan karunia-Nya dan menganugerahkan pengabulan bagi doa-doanya.
Menemukan Tuhan dengan Berdoa
Hadhrat Masih Mau’ud As kembali bersabda, “Doa seseorang mengambil bentuk yang luar biasa dan menunjukan efek yang menakjubkan dan faktanya adalah dengan doa-doalah, Tuhan kita dapat dikenali.”
Beliau as lebih lanjut bersabda bahwa, “Doa membawa hasil yang luar biasa. Namun, orang yang memanjatkan doa tidak memahami adab berdoa yang diperlukan untuk pengabulan doa.”
Dengan demikian, jika seseorang dapat menemukan karunia dengan memahami hal ini, lalu memanjatkan doa dengan benar, menangis dan meratap dihadapan Allah Taala, menyampaikan segala keperluan dan memenuhi segala persyaratan terkabulnya doa dalam corak yang hakiki, maka Allah Taala akan mendengarkan doa-doa dan dengan itulah Allah Taala memberikan bukti akan keberadaan-Nya.
Dalam satu kesempatan, beliau as bersabda bahwa “Barangsiapa yang ketika menghadapi kesulitan dan musibah, berdoa kepada Allah Taala, lalu mengharapkan solusi dari segala kesulitannya, dengan syarat menyampaikan doa tersebut pada puncaknya, maka ia akan mendapatkan ketentraman dan kebahagiaan hakiki dari Allah Taala.”
Beliau As bersabda, “Perlu diingat, bahkan jika ia tidak mencapai keinginan atau tujuan doanya yang dimaksudkan, dia masih diberikan beberapa bentuk berkat atau ketenangan lain dari Allah Taala.”
Doa untuk Tujuan Keimanan
Sebuah derajat yang sangat mulia terlihat dari kerendahan hati seseorang yang berdoa, bahwa, tidaklah mesti maksud yang diharapkan terpenuhi. Andaipun tidak terpenuhi, setidaknya doa tersebut bersifat hakiki dan dipanjatkan dari dalam hati.
Jikapun tidak dipenuhi persis seperti yang diharapkan, sekurang-kurangnya Allah Taala memberikan ketentaraman dalam hati orang tersebut. Selanjutnya, timbul kepuasan di dalam dirinya, dan ia mendapatkan ketenangan. Lebih jauh lagi, orang yang seperti itu sama sekali tidak gagal.
Sama sekali tidak terfikir olehnya bahwa doa saya tidak terkabul sehingga menyimpulkan bahwa dirinya belum mendapatkan atau menemukan wujud Allah Taala. Melainkan, justru akan meningkatkan keimanan dan keyakinannya kepada Allah Taala.
Baca artikel terkait Menikmati Karunia
Hal ini sesuai dengan sabda Hadhrat Masih Mauud as, “Sama sekali tidak gagal, dan selain menemukan kesuksesan, kekuatan iman dan keyakinannya semakin kuat.” Namun, bagi mereka yang tidak berdoa, beliau as bersabda, “Barangsiapa yang tidak menghadap Allah Taala disertai dengan doa, ia akan senantiasa buta dan mati dalam keadaan buta.”
Beliau as bersabda, “Orang yang berdoa disertai kebenaran ruh, tidak mungkin ia akan tidak berhasil secara hakiki, melainkan kemaslahatan yang tidak hanya dapat diperoleh dengan harta, kekuasaan, dan tidak juga dengan kesehatan. Melainkan ada di Tangan Allah Taala.
Allah Taala dapat menganugerahkannya dengan cara yang dikehendaki-Nya dan itu dianugerahkan berkat doa yang sudah sampai pada puncaknya.”
Dengan sabda ini maka, jika doa-doa dipanjatkan, maka semua ini akan didapatkan. Apa yang diharapkan manusia bukanlah harta yang dapat memberikan kepuasan dan ketenangan. Tidak juga kekuasaan, atau wewenang yang dapat memberikan ketentraman pada seseorang, tidak juga kesehatan dapat memberikan ketentraman. Namun ketika seseorang berdoa, Allah Taala akan mengatur sedemikian rupa dengan karunia-Nya, segala yang diharapkannya dapat terpenuhi. Hal tersebut, tidak dapat dipenuhi oleh sarana duniawi.
Doa dan Perbaikan Amalan
Beliau as bersabda, “Jika Allah Taala menghendaki, ketika seseorang mendapatkan musibah, seorang yang mukhlis dan benar akan mendapatkan kelezatan setelah berdoa, yang mana hal itu tidak dapat diraih oleh seorang raja dengan tahtanya. Inilah yang dimaksud keberhasilan hakiki yang diraih oleh orang-orang yang berdoa.”
Lalu beliau as bersabda, “Adalah benar bahwa barangsiapa yang tidak menampilkan amalan nyata, berarti itu bukan doa yang hakiki.”
Dengan mengatakan bahwa saya sudah berdoa, tetapi tidak menggunakan sarana praktis, maka belum dikatakan berdoa. Berdoa tanpa memperbaiki amalannya, tidak menyeleraskan sesuai dengan keridhoan Allah Taala, maka orang itu tidak bisa mengklaim dirinya telah berdoa.
Dengan demikian, perbaikan amal juga sangat diperlukan dan juga memanfaatkan sarana-sarana. Lalu berdoalah, maka Allah Taala akan mengabulkannya. Dalam kasus di mana tangan orang tersebut diikat, Allah Taala Maha penolong. Jika tidak memiliki jalan lain dan tidak ada sarana yang dapat digunakan, Allah Taala mengetahui niatan seseorang. Dia akan melihat bahwa orang ini mukhlis, amalannya baik, dan datang kepada-Ku dengan penuh ketulusan. Maka, tetap Allah Taala mengabulkan doa-doanya.
Beliau as bersabda, “Jika amalan kalian tidak baik, lalu kalian memanjatkan doa, berarti kalian tengah menguji Allah Taala. Itu tidak mungkin. Janganlah menguji Allah Taala. Untuk itu, sebelum berdoa, perlu untuk mengerahkan segenap kekuatan, dan inilah makna dari doa. Pertama-tama perlu untuk memandang amalan dan i’tikadnya.”
Jadi, perlu diperhatikan bagaimana amalan kita? Bagaimana itikad kita? Apakah kita percaya kepada Allah Taala sepenuhnya? Sudahkah meyakininya serta memahami bahwa selain Allah Taala tidak ada yang dapat memenuhi segala kebutuhan kita?
Demikianlah sejatinya menemukan karunia berkenaan dengan wujud Allah Taala, melalui doa yang dipanjatkan.
Penerjemah: Mln.Mahmud Ahmad Wardi, Shd.
Penyusun: Iman Mubarak Ahmad
Penyunting: Rahma Roshadi
One thought on “Menemukan Karunia Berkenaan Wujud Allah Taala”