Oleh: Mln. Mansur Ahmad
Allah SWT berfirman dalam surah Al Baqarah : 214:
“Ataukah kamu menganggap bahwa kamu akan masuk surga padahal belum datang kepadamu seperti keadaan orang-orang yang telah berlalu sebelummu? Kesusahan dan kesengsaraan menimpa mereka dan mereka digoncang dengan hebat, sehingga Rasul itu dan orang-orang beriman yang besertanya berkata, ‘Kapankah pertolongan Allah akan datang?’ Ketahuilah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat.”
Keterangan:Penerimaan ajaran Islam bukan sesuatu yang mudah dan orang-orang muslim diperingatkan bahwa mereka akan terpaksa melalui cobaan, ujian dan kesengsaraan yang berat sebelum mereka dapat berharap mencapai cita-cita agung mereka.Ketika melalui cobaan, ujian serta kesengsaraan itu, maka hedaknya menyikapinya dengan bersyukur kepada Tuhan serta mengucapkan tasbih dan tahmid. Pun, senantiasa bersyukur kepada Allah SWT dalam keadaan suka maupun duka.Dalam kehidupan ini, manusia melalui berbagai daur (ukuran masa keadaan), adakalanya ia mengalami masa bahagia, adakalanya mengalami kesempitan, adakalanya sehat wal afiyat, ada kalanya sakit, adakalanya meraih kedudukan terhormat dan kemuliaan, adakalanya ia tidak dikenal orang dan adakalanya meraih kedudukan dan pangkat tinggi, dan adakalanya kedudukan serta pangkat itu dirampas daripadanya. Jadi, senatiasa bersyukur kepada Allah swt. dalam keadaan suka maupun duka itulah martabat yang sebenarnya bagi penganut Tauhid. Ada suatu misal contoh ungkapan rasa syukur. Suatu ketika seseorang bertanya kepada seorang petani dan meminta supaya mengemukakan sesuatu yang ia memerlukannya yang untuk seseorang tadi bersedia memenuhinya, jawabannya ialah ia tidak berhajat kepada sesuatu. Apa yang Allah telah anugrahkan, memadailah baginya. Telah tersedia makanan untuk makan dua kali sehari. Telah ada balai-balai untuk membaringkan diri dan beristirahat. Pakaian ada untuk menutup badannya se suai dengan keadaan iklim. Selain itu tidak memerlukan apa- apa lagi. Selanjutnya saya akan sampaikan mengenai pentingnya pengorbanan harta. Seberapa sulitnya pun, berusahalah dan jangan sampai tertinggal dalam hal yang beberkat ini.
Keutamaan orang-orang yang membelanjakan harta mereka di jalan Allah Taala
1. Untuk Meraih Rahmat Allah swt.
Allah swt. berfirman:
اِنَّ الَّذِیۡنَ اٰمَنُوۡا وَ الَّذِیۡنَ ہَاجَرُوۡا وَ جٰہَدُوۡا فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ ۙ اُولٰٓئِکَ یَرۡجُوۡنَ رَحۡمَتَ اللّٰہِ ؕ وَ اللّٰہُ غَفُوۡرٌ رَّحِیۡمٌ
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman, yang berhijrah dan yang berjihad di jalan Allah, mereka itulah yang mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 218)
Jihad fisabilillah itu ada dua, yaitu jihad bil amwal (harta) ada jihad bil anfus (jiwa). Sebagaimana Allah swt. berfirman dalam Al Qur’an:
تُؤۡمِنُوۡنَ بِاللّٰہِ وَ رَسُوۡلِہٖ وَ تُجَاہِدُوۡنَ فِیۡ سَبِیۡلِ اللّٰہِ بِاَمۡوَالِکُمۡ وَ اَنۡفُسِکُمۡ ؕ ذٰلِکُمۡ خَیۡرٌ لَّکُمۡ اِنۡ کُنۡتُمۡ تَعۡلَمُوۡنَ
“Kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan kamu berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Hal itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Ash-Shaff: 11)
Jadi, pengorbanan harta itu adalah: untuk mengharapkan Rahmat (kasih sayang) Allah swt.
2.Untuk Meraih Keridhoan Allah swt. dan untuk Memperteguh jiwa
“Dan perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta mereka demi mencari keridaan Allah dan memperteguh jiwa mereka adalah seperti perumpamaan kebun yang terletak di dataran tinggi, hujan lebat menimpanya lalu menghasilkan buahnya dua kali lipat, tetapi jika hujan lebat tidak menimpanya, maka hujan gerimis pun memadai. Dan Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”
(QS. Al-Baqarah: 265)
Arti dari kata air hujan dan gerimis/embun: Air hujan yang turun deras tidak membuat tanahnya hanyut seperti halnya debu/tanah pada permukaan batu keras– apabila hari ini hujan maka besok harinya kelihatan kering dan gersang kembali. Tanah yang kuat dan kadarnya serta letaknya diketinggian, sekalipun hujan sering turun tidak akan berbahaya, demikian pula apabila hujan jarang turun.
Permisalan bukit diterapkan dalam kata “Rabwah”, di dalamnya diterangkan satu topik bahasan yang luar biasa. Di dalamnya terpampang suatu gambaran yang demikian indah bahwa pengorbanan harta orang-orang mukmin dilambangkan sebagai suatu maqom (martabat) yang sangat tinggi.
Pengorbanan-pengorban mereka itu diibaratkan sebagai suatu bukit yang di dalamnya terdapat kebun. Apabila dimisalkannya sebagai ladang yang biasa saja maka kalau hujan lebat turun biasanya tanaman dalam kebun tersebut menjadi rusak. Panen yang bagaimanapun bagusnya apabila hujan lebat turun pasti akan menjadi rusak. Namun, tidak demikian halnya tanaman yang terletak di atas bukit ia tidak akan sia-sia, sebab kelebihan air yang tercurah akan dialirkan kebawah dan aliran air tersebut biasanya tidak merugikan.
Dilereng-lereng pegunungan yang dipetik daun-daun teh hal itu dilakukaan (ditanam) di sana. Sebab, perkebunan teh memerlukan air yang mengalir (tidak tergenang). Kalau ada sedikit saja air yang tergenang maka perkebunan teh tersebut akan rusak. Sedangkan, air yang mengalir–betapapun deras hujan turun–tidak akan menimbulkan kerugian apapun.
Al-Qur’an, dengan menggunakan kata “Rabwah”, menguraikan topik bahasan (pengorbanan) tersebut demikian luasnya dan betapa agungnya, yakni betapa tingginya maqom (martabat) pengorbanan (harta) orang mukmin. Kemudian, topik tersebut dihubungkan dengan nilai-nilai tsibaat (keteguhan), sebab apabila teguh tidak akan tersandung, dalam mengalami ujian tidak akan merugi.
Jadi, air yang disebutkan oleh Allah swt tersebut merupakan keadaan air yang pertama, bukan hujan dipertengahan, melainkan merupakan puncak derasnya hujan yang turun (di musim hujan). Sedangkan, keadaan yang kedua merupakan puncaknya musim kemarau di mana yang turun sekedar air embun (gerimis) saja.
Dengan demikian, yang disebut “tsibaatqadm” (kokohnya pendirian) itu adalah apabila misalnya Allah swt dengan karunia-Nya memberikan harta yang melimpah dan Allah swt menurunkan hujan yang lebat, namun demikian langkah dan kedudukan orang- orang beriman tetap teguh. Ujian-ujian terhadap agamanya, terhadap keimanannya, terhadap keiklasanmya sama sekali tidak akan merugikan dirinya.
Demikian juga sebaliknya, dalam keadaan kemiskinan yang menimpa pun, rezeki yang diperolehnya hanya bagaikan embun (gerimis), namun demikian embun itu pun memberikan kekuatan pada keimanan serta keikhlasan orang beriman tersebut.
Kemiskinan tidak akan menggoyahkan keimanannyan dan tidak pula ujian harta yang berlimpah ruah akan merugikan dirinya. Dan, dalam kedua keadaan tersebut “kebun” apakah yang akan tumbuh? Itu adalah “kebun” membelanjakan harta demi untuk (mencari kwrjdhoan) Allah swt.
Lalu Dia berfirman:
“Bukanlah tanggung jawab engkau memberi petunjuk kepada mereka tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan harta apa pun yang kamu infakkan maka manfaatnya adalah untuk dirimu, dan tidaklah kamu menginfakkannya melainkan untuk mencari keridaan Allah. Dan, harta apa pun yang kamu infakkan niscaya akan dikembalikan kepadamu dengan penuh dan kamu tidak akan dianiaya.” (QS. Al-Baqarah: 272)
3. Akan Mendapatkan Balasan yang Berlipat Ganda
مَنۡ ذَا الَّذِیۡ یُقۡرِضُ اللّٰہَ قَرۡضًا حَسَنًا فَیُضٰعِفَہٗ لَہٗۤ اَضۡعَافًا کَثِیۡرَۃً ؕ وَ اللّٰہُ یَقۡبِضُ وَ یَبۡصُۜطُ ۪ وَ اِلَیۡہِ تُرۡجَعُوۡنَ
“Siapakah yang mau memberi pinjaman suatu yang baik kepada Allah agar Dia nanti melipatgandakannya baginya berlipat ganda, dan Allah menyempitkan dan melapangkan rezeki, dan kepada-Nya kamu akan dikembalikan.” (QS. Al-Baqarah: 245) Jelas, dari ayat tersebut bahwa membelanjakan harta di jalan Allah sangat penting bagi seorang mukmin. Mereka yang akan memperoleh falah (kesuksesan) ialah orang-orang yang membelanjakan di jalan Allah dan difirmankannya kemudian, “pembelanjaan kalian di jalan Allah adalah seolah-olah kalian telah memberikan pinjaman kepada Allah, dan Allah adalah wujud yang mengembalikan yang dipinjamkan kepadanya berlifat ganda.” (Khalifatul Masih IV rh)
Syetan Menakut-Nakuti dengan Kemiskinan
اَلشَّیۡطٰنُ یَعِدُکُمُ الۡفَقۡرَ وَ یَاۡمُرُکُمۡ بِالۡفَحۡشَآءِ ۚ وَ اللّٰہُ یَعِدُکُمۡ مَّغۡفِرَۃً مِّنۡہُ وَ فَضۡلًا ؕ وَ اللّٰہُ وَاسِعٌ عَلِیۡمٌ
“Setan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan, dan menyuruhmu berbuat kekejian, padahal Allah menjanjikan kepadamu ampunan dan karunia dari-Nya. Dan Allah Mahaluas karunia-Nya, Maha Mengetahui (QS. Al-Baqarah: 268)
ASSALAMU MANIT TABA’AL HUDA
Sèlamat bagi orang yang mengikuti petunjuk