Oleh: Mln. Ihsan Tahir Ahmad (Muballigh Manislor, Jawa Barat)
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
Dan, dari antara tanda-tanda-Nya adalah penciptaan seluruh langit dan bumi, dan penciptaan segala mahluk hidup (da’bbah) yang telah disebarkan-Nya di dalam keduanya dan Dia berkuasa menghimpunkan mereka (jam-ihim) semua bilamana Dia menghendaki. (QS. Asy-Syura [42] : 29)
Kalau membaca ayat di atas, ada satu masalah yang sampai sekarang masih diperdebatkan oleh masyarakat kita tentang ada atau tidaknya alien itu. Terlebih lagi kalau kita melihat video Youtube dari kelompok ‘Flat Earth/Bumi Datar’ yang menegaskan bahwa tidak mungkin ada makhluk lain selain di Bumi.
Dapatlah kita simpulkan bahwa pengetahuan mereka tentang planet bumi adalah sebagai berikut:
1. Bumi merupakan massa yang stasioner dengan permukaan yang rata, tidak berputar dan tidak diputari oleh benda-benda langit lainnya.
2. Bumi memiliki posisi unik dalam kosmos, yang tidak ada padanannya di mana pun juga di angkasa. Bumi bersifat tetap dan stasioner pada sumbunya, sedangkan langit berputar terus menerus mengelilinginya.
3. Foto Bumi berbentuk Globe/bulat yang beredar selama ini adalah gambar hasil rekayasa komputer yang dibuat-buat (CGI/Computer Generated Imagery).
4. Ada banyaknya satelit di angkasa tidak bisa menghasilkan foto bumi berbentuk bulat.
Jelas dalam konsep tentang planet bumi di atas mengeliminasi posibilitas adanya kehidupan lain di luar bumi. Satu-satunya tempat kehidupan yang dikenal manusia di masa itu hanyalah bumi ini saja, yang mereka anggap tergantung melayang di tengah angkasa. Berbeda dengan pandangan tersebut di mana pernah satu kali Hadhrat Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad RA menjelaskan berkenaan dengan Alien sebagai berikut: “Ayat ini (Q.S. Asy-Syuro: 29) mengandung suatu kesaksian yang unik tentang kenyataan bahwa Alquran itu berasal dari Tuhan. Tidaklah mungkin bagi seorang manusia biar siapa pun, apalagi bagi seorang putra padang pasir yang buta huruf, mengatakan 1400 tahun yang lalu ketika ilmu perbintangan masih dalam taraf permulaan bahwa selain di bumi kita ada kehidupan dalam satu atau lain bentuk di badan-badan langit lain juga.
Kepada Alquran diserahkan upaya menyingkapkan tabir kebenaran ilmiah yang agung dan ajaib itu seperti ditampakkan oleh kata-kata ayat ini penciptaan seluruh langit dan bumi dan apa yang telah disebarkan di dalam keduanya.
Isyarat dalam kata-kata “Dia berkuasa menghimpunkan mereka” dapat ditujukan kepada kemungkinan bahwa makhluk-makhluk yang hidup di bumi dan makhluk-makhluk yang hidup di badan-badan langit akan menjadi bersatu di kemudian hari.
Penyelidikan kepurbakalaan mutakhir telah mengungkapkan bahwa “Dropas” atau pengunjung-pengunjung dari angkasa luar pernah turun ke bumi 12.000 tahun yang lalu”. (The Pakistan Times, Tanggal 13-8-1967)
Selanjutnya, secara jelas dan rinci diterangkan oleh Hadhrat Mirza Tahir Ahmad RH, Khalifatul Masih IV, sebagai berikut: “Al-Quran tidak ada menyebutkan keunikan bumi dan tidak juga sifatnya yang dikatakan stasioner. Sedangkan mengenai jumlah banyaknya bumi, Al-Quran menyatakan:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَمِنَ الْأَرْضِ مِثْلَهُنَّ
Allah, adalah Dia yang menciptakan tujuh petala langit dan bumi seperti itu juga. . .’ (S.65 Ath-Thalaq: 12)
Perlu dijelaskan disini bahwa angka ‘tujuh’ menggambarkan istilah yang biasa digunakan Al-Quran dalam ayat ini mau pun ayat lainnya. Angka tersebut menggambarkan alam semesta terdiri dari banyak lapisan langit (galaksi), masing-masing terbagi dalam kelompok bertujuh yang sekurang-kurangnya mengandung satu planet seperti bumi yang ditopang oleh keseluruhan sistem dalam galaksinya (langitnya). Menyinggung sistem itu secara umum, ada ayat yang lebih spesifik mengenai eksistensi kehidupan di luar bumi sebagai berikut:
وَمِنْ آيَاتِهِ خَلْقُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَمَا بَثَّ فِيهِمَا مِنْ دَابَّةٍ
Dan dari antara tanda-tanda-Nya adalah penciptaan seluruh langit dan bumi, dan penciptaan segala mahluk hidup (da’bbah) yang telah disebarkan-Nya di dalam keduanya. . .’ Q.S. Asy-Syura [42] : 29)
Yang dimaksud dengan da’bbah mencakup juga segala hewan yang bergerak atau melata di muka bumi. Tidak termasuk di dalamnya hewan yang terbang atau berenang. Jelas, tidak ada berkaitan dengan kehidupan keruhanian dalam bentuk apa pun.
Dalam bahasa Arab, hantu atau pun malaikat tidak akan disebut sebagai da’bbah. Bagian kedua dari ayat di atas tidak saja berbicara tentang kemungkinan adanya kehidupan di luar bumi, malah menegaskan bahwa kehidupan demikian memang ada. Hal ini bahkan ilmuwan yang paling modern pun belum berani menyatakannya secara pasti. Namun, bukan itu saja yang diungkap oleh ayat tersebut. Bertambah takjub hati ini ketika membaca lanjutan dari ayat itu bahwa Dia (Allah) berkuasa menghimpun mereka kapanpun Dia menghendaki:
وَهُوَ عَلَى جَمْعِهِمْ إِذَا يَشَاءُ قَدِيرٌ
‘. . . Dan, Dia berkuasa menghimpunkan mereka (jam-ihim) semua bilamana Dia menghendaki.’ (Q.S. Asy-Syura [42] : 29)
Kata bahasa Arab jam-ihim secara spesifik berbicara tentang menghimpun bersama kehidupan di bumi atau pun di tempat lain. Kapan pertemuan itu akan terjadi tidak disebutkan secara pasti, juga tidak ada dikemukakan apakah pertemuan tersebut akan terjadi di bumi atau di tempat lain. Satu hal yang pasti ialah: kejadian tersebut pasti terjadi saat Tuhan berkehendak.
Perlu diingat kalau kata jama bisa mengandung arti kontak fisik atau juga kontak komunikasi. Hanya masa depan saja yang bisa mengatakan kapan kontak itu akan terjadi, namun kenyataan bahwa posibilitas demikian sudah dinubuatkan lebih dari empatbelas abad yang silam itu saja sudah merupakan mukjizat tersendiri”. (Revelation, Rationality, Knowledge and Truth – Mirza Tahir Ahmad) Kemudian, untuk menjawab point no. 3 di atas sesuai penjelasan dari Prof. T. Djamaluddin, Profesor Riset Astronomi-Astrofisika, LAPAN, sebagai berikut: “Teknologi pembuatan CGI baru ada pada dasawarsa belakangan, sedangkan foto-foto planet sudah diperoleh pada generasi awal penguasaan tentang teleskop dan fotografi. Satelit sudah dikenal sejak 1957.
Foto-foto jarak dekat planet-planet diperoleh setelah adanya wahana antariksa antar-planet sekitar tahun 1970-an dan 1980-an. Gambar-gambar simulasi dengan komputer (CGI) hanya digunakan sebagai bagian edukasi publik agar lebih mudah dipahami awam, tidak sekadar dengan rumus-rumus, grafik, dan tabel yang hanya difahami para ilmuwan. Sebelum ada CGI, ilmuwan memanfaatkan lukisan ilustrasi dari seniman agar dapat difahami awam.”
Selanjutnya, untuk menjawab poin no. 4 yaitu: Ada banyaknya satelit di angkasa tidak bisa menghasilkan foto bumi berbentuk bulat. Prof. T Dmalaudin menjelaskan: “Foto bumi bulat yang tersebar selama ini adalah hasil rekayasa Computer Generated Imaginary (CGI) alias buatan komputer. Sebab, dari data satelit-satelit yang diluncurkan NASA, lokasi satelit-satelit di atmosfer tersebut tidak cukup jauh jaraknya dari bumi untuk bisa memotret bumi secara keseluruhan”.
Analoginya adalah seperti ketika seseorang memotret bangunan rumah, tapi posisi orang itu hanya berjarak 1 meter di depan rumah. Apakah orang tersebut bisa mengambil foto rumah secara penuh? Tentu saja tidak. Jadi, foto-foto bumi yang berbentuk bulat memang merupakan hasil CGI yang dibuat NASA, orang yang tadi hendak memotret rumah tidak bisa mundur dan hanya bisa memotret dari jarak 1 meter. Bagaimana cara agar bisa memperoleh seluruh gambar rumah? Tentu saja dengan berkeliling mengambil banyak foto dan kemudian menggabungkannya.
Hal seperti itulah yang dilakukan NASA terhadap foto bumi melalui satelit-satelit yang beredar di atmosfer sehingga tidak menghasilkan foto bumi bulat yang seutuhnya. Agar menjadi bentuk bumi yang bulat maka foto-foto tersebut digabungkan. Hasil CGI itu dianggap valid karena foto yang ditangkap oleh satelit memperlihatkan bahwa bentuk bumi memiliki lengkungan.
Jadi, ketika kita meyakini bahwa bumi ini bulat secara tidak langsung menegaskan bahwa nubuatan-nubuatan yang ada dalam Al-Qur’an berada jauh di depan dari proses perkembangan Ilmu dan Sains Manusia di mana sejak 14 abad yang lalu, Al-Quran sudah menegaskan bahwa keberadaan alien itu memang ada. Setiap zaman menyaksikan era baru dari pemenuhan beberapa wahyu dalam Al-Quran yang di masa lalu tidak bisa dibuktikan. Oleh karena itu, patut dipahami sepenuhnya kalau nubuatan Al-Quran secara intrinsik berbeda dengan yang dikemukakan dalam buku-buku fiksi ilmiah.