Oleh: Mln. Kamran Tarigan (Pasir Pangaraian)
Allah swt berfiman di dalam Alqur’an:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
Dan apa bila hamba Ku bertanya kepada engkau mengenai Aku katakana lah Aku dekat , Aku menjawab Do’a orang-orang ketika ber do’a kepada Ku maka mereka hendak nya mendengar seruan Ku dan beriman kepada Ku agar mereka boleh mengikuti jalan yang benar. (QS. Al-Baqarah: 186)
Perlu diingat bahwa do’a yang telah diwajibkan atas orang-orang Islam yang tertera di dalam Kitab Suci Alqur’an, memiliki empat sebab kenapa diwajibkan. Hadhrat Mirza Ghulam ahmad a.s menjelaskan mengenai hal tersebut:
- Supaya mereka setiap saat dan setiap keadaan selalu menghadap kepada Allah Swt sehingga tauhid akan selalu kokoh di dalam hati mereka, karena memohon kepada Allah swt berarti menyatakan bahwa hanya Allah swt yang dapat mengabulkan.
- Supaya iman mereka menjadi kokoh ketika do’a-do’a itu dikabulkan dan maksud-maksud mereka tercapai.
- Jika di suatu segi sokongan /pertolongan Allah swt itu ada maka hikmah dan ilmu mereka itu bertambah.
- Jika pengabulan do’a itu dijanjikan dengan ilham dan ru’ya lalu seperti itu juga sempurnanya maka makrifat illahi itu semakin bertambah; dari makrifat itu akan timbul keyakinan dan dari keyakinan akan timbul kecintaan; dari kecintaan itu manusia akan terputus dari setiap dosa dan syirik yang mana semua hal ini adalah buah dari najat (keselamatan). (Ayaam-e-sulh h.12-13)
Dari QS. Al-Baqarah ayat 186 tersebut begitu luar biasa besarnya kasih sayang Allah Ta’ala terhadap hamba –hambanya yang berdoa kepada Nya. Baru bertanya tentang keberadaan-Nya, Allah Ta’ala mengatakan ‘fainni qorib’ yang artinya “aku dekat serta aku mengabulkan doa orang yang berdoa kepada-Ku”. Inilah yang diharapkan seorang hamba ketika berdoa yaitu doanya diijabah atau dikabulkan oleh Allah Ta’ala.
Hadhrat Mirza Ghulam ahmad as pernah menjelaskan berkenaan dengan syarat-syarat pengabulan do’a yang sebagian di antaranya adalalah berkaitan dengan orang yang memanjatkan do’a, sedangkan sebagian lagi berkaitan dengan orang yang minta dido’akan.
Sangat penting bagi kedua orang tersebut memperhatikan rasa takut terhadap Allah swt dan setiap saat takut terhadap sifat-sifat-Nya yang Maha Berkecukupan serta supaya sikap cinta damai dan pengabdian terhadap Tuhan dijadikan ciri sikap.
Ia hendaknya menyenangkan Allah Ta’ala dengan ketaqwaan serta kejujuran atau kebenaran. Maka di dalam keadaan demikian bagi doa akan terbuka pintu pengabulan dan jika dia membuat Allah Ta’ala murka serta dia menyulut permusuhan dan peperangan terhadap-Nya, maka kelancangan-kelancangan dan kesalahan-kesalahannya menjadi suatu hambatan bagi mengabulan doa serta pintu pengabulan doa baginya menjadi tertutup.
Jadi, diwajibkan bagi sahabat-sahabat kami agar mereka menghindarkan doa-doa kami dari kesia-siaan serta jangan meletakkan hambatan yang dapat timbul dari tingkah laku mereka yang tidak baik. Mereka hendaknya mengambil jalan taqwa sebab taqwa itu merupakan suatu inti dari syariat. (Malfuzat, Jilid I: 108)
Setiap doa yang dipanjatkan seorang hamba kepada Allah Ta’ala pasti akan didengar dan dikabulkan oleh-Nya. Sebagaimana dalam Al-qur’an Allah swt berfirman, “ Udh uwniy astajib lakum” yang artinya “Berdo’alah kepada-Ku maka Aku akan mengabulkan kalian”.Bagaimana cara Allah Ta’ala di dalam mengijaba atau mengabulkan do’a hamba-Nya terkadang pengabulan do’a itu punya proses yang cukup lama. Tentunya kita harus memiliki usaha yang gigih serta memiliki keyakinan dan kesabaran serta tidak boleh perputus asa.
Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad as menerangkan mengenai proses pengabulan do’a. Beliau bersabda untuk suatu do’a, hal yang pertama diperlukan adalah bahwa si pemanjat do’a hendaknya sampai kapanpun tidak boleh merasa letih dan putus asa serta jangan berprasangka buruk terhadap Allah swt. bahwa do’a itu tidak dikabulkan.
Kadang-kadang tampak bahwa seseorang memanjatkan do’a begitu hebatnya bahwa sudah hampir tiba saatnya do’a itu akan dikabulkan, ternyata si pemanjat do’a itu langsung merasa letih (putus asa) sehingga mengakibatkan kegagalan dan ketidakberhasilan baginya, dan kegagalan itu membawa pengaruh buruk sedemikian rupa sehingga orang itu mulai mengingkarin kemanjuran do’a serta lambat laun dia akan sampai pada suatu tahap di mana dia pun akan mengingkari Tuhan.
Dia mulai mengatakan bahwa seandainya Tuhan itu ada dan mengabulkan do’a, maka kenapa Dia tidak mengabulkan do’a-do’a yang telah aku panjatkan sejak sekian lama ini? Namun, bagi orang-orang yang berpendapat demikian serta yang telah terkecoh seperti itu. Seandainya mereka merenungkan akan ketidakteguhan dan ketidaktetapan hatinya, maka dia akan mengetahui bahwa seluruh kegagalan tersebut adalah karena ketergesan dan ketidaksabarannya sendiri, yaitu hal-hal yang menambah keputusasaan orang-orang yang gagal serta yang beperasangka buruk terhadap kekuatan dan kemampuan Tuhan. Oleh karena itu, sekali-kali jangan merasa letih.
Do’a itu bagaikan seorang petani yang menanam sebuah benih di ladangnya yang pada kenyataannya dia telah menimbun sebuah biji yang bagus /baik kedalam tanah. Pada saat itu, siapa yang tahu bahwa biji tersebut akan menjadi sebuah pohon yang baik dan akan memberikan buah. Sang petani itu sendiri pun tidak dapat melihat bahwa biji tersebut ketika masih berada di dalam tanah telah berubah bentuk manjadi sebuah tumbuhan, yang mana pada hakikatnya adalah beberapa hari kemudian biji tersebut merekah dan mulai menjadi tumbuhan di dalam tanah dan ia akan terus berkembang sampai akhirnya tunas tumbuhan tersebut muncul. Lalu, orang-orang pun dapat melihatnya.
Namun, seorang anak yang lugu pada saat itu tidak dapat mengerti bahwa sang tunas tersebut akan berbuah pada waktunya. Dia menginginkan bahwa kenapa tidak pada saat itu juga tunas tesebut berbuah. Akan tetapi, petani yang bijaksana memahami betul kapan tumbuhan itu berbuah. Dia dengan sabar mengurusnya dan selalu menjaganya. Dengan demikian, tibalah suatu saat ketika tumbuhan tersebut mulai berbuah dan buahnya pun menjadi matang (masak).
Semoga Allah S.W.T senantiasa mengabulkan do’a-do’a kita sesuai dengan keputusan-Nya yang terbaik buat diri kita, Aamiin.