Oleh: Mln. Mahmud Ahmad Syamsuri
Allah swt. berfirman di dalam Al-Qur’an:
مَّا يَفْعَلُ ٱللَّهُ بِعَذَابِكُمْ إِن شَكَرْتُمْ وَءَامَنتُمْ ۚ وَكَانَ ٱللَّهُ شَاكِرًا عَلِيمًا
Mengapa Allah akan mengazab kamu jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah itu Maha Menghargai, Maha Mengetahui. (An-Nisa : 148)
Ayat Al-Qur’an di atas memberikan nasihat sekaligus pengingat bagi kita umat manusia bahwasanya dengan kita bersyukur dan beriman akan menjadikan kita mendapatkan jaminan dari Sang Khalik dan Maha Pemelihara untuk terhindar dari azab.
Bencana-bencana alam yang banyak dialami oleh kita baik itu berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, longsor atau yang sedang melanda dunia saat ini yakni pandemi Covid-19, semuanya menjadikan manusia tidak berdaya dan bertanya-tanya, apakah ini ujian ataukah azab? Apakah ini semua terjadi karena kita tidak bersyukur kepada-Nya atau lemah dalam keimanan kita?
Syukur adalah sebuah kata yang mudah untuk diucapkan namun susah untuk dipraktekkan, bahkan timbul kemalasan untuk melaksanakannya. Ucapan syukur dari lisan kita adalah merupakan tanda terimakasih kita sebagai manusia kepada Allah swt., sedangkan pelaksanaan dari syukur itu sendiri adalah sebagaimana yang Allah swt. kehendaki dari hamba-hamba-Nya, yakni hendaknya senantiasa beribadah kepada-Nya. Allah swt. berfirman:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Tidaklah aku ciptakan Jin dan Manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku. (Az Zariyat: 57)
Konsep keimanan bukanlah hanya sekedar percaya akan adanya wujud Allah swt. saja, melainkan perlu diwujudkan dengan pengabdian seorang hamba terhadap Khaliq-Nya dengan jalan berusaha semaksimal mungkin melaksanakan apa yang menjadi perintah-Nya. Dengan melaksanakan ibadah kita akan merasakan kehadiran Allah swt. di dalam kalbu kita dan timbul kesadaran untuk senantiasa menjalin hubungan dengan Sang Khalik. Ketika seseorang melakukan rukuk dan sujud di hadapan Allah swt. dalam shalatnya, dia akan merasakan pengabdian dan penghambaan. Dia memang tidak melihat Allah swt. dalam shalatnya, namun ia sepenuhnya yakin dan sadar bahwa Allah swt. mengetahui apa yang sedang dilakukannya.
Demikianlah mengapa ibadah itu menjadi begitu penting untuk kita laksanakan. kelalaian kita dalam beribadah akan menggerus keimanan dan keyakinan kita kepada wujud Allah swt. Dan ketika kita lemah dalam keimanan kita maka kita akan kehilangan jaminan dari Allah swt. untuk terpelihara dari azab-Nya dan sebaliknya akan mengundang kemurkaan-Nya. Allah swt. menjelaskan di dalam Al-Qur’an bahwa musibah yang menimpa manusia adalah disebabkan oleh kesalahannya sendiri. Dia berfirman:
وَمَآ أَصَٰبَكُم مِّن مُّصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُوا۟ عَن كَثِيرٍ
Dan musibah apapun juga yang menimpamu adalah akibat apa yang telah diusahakan oleh tanganmu sendiri. dan Dia memaafkan banyak dosa-dosamu. (Asy-Syura : 31)
Sejatinya dengan dilahirkannya kita ke muka bumi ini dan menjadi seorang Muslim maka kita telah melakukan suatu perjanjian kepada Sang Khalik untuk ta’at dan beribadah kepada-Nya. Melalui perjanjian ini manusia dapat mewarisi karunia besar dari Allah swt. Yakni jika ia teguh diatasnya, maka Allah Ta’ala akan ridha kepadanya, dan sesuai janji-Nya, Dia akan menurun rahmat dan kasih sayang-Nya kepada kita.Atau sebaliknya, melalui perjanjian ini manusia dapat menjadi seorang pelaku dosa besar, sebab jika ia melanggar janji, berarti dia menghina Allah swt. Seperti halnya apabila manusia berjanji dengan seseorang dan dia tidak menepatinya, maka orang yang melanggar janji itu berdosa.
Demikian pula lah apabila berjanji dihadapan Allah swt. untuk tidak melakukan dosa, lalu melanggarnya maka hal itu menjadikannya sangat berdosa dihadapan-Nya.Allah swt. telah melimpahkan kepada manusia kekuatan-kekuatan dan kemampuan-kemampuan sehingga apabila dipergunakan secara tepat ia dapat mencapai sukses dalam hidupnya, dan apabila dipergunakan secara keliru ia akan terlibat oleh kesukaran. Dengan demikian segala macam kebaikan dikenakan kepada Tuhan, dan semua keburukan dan bala musibah yang menimpanya dikenakan kepada manusia itu sendiri. Sebagaimana firman-Nya :
مَّآ أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ ۖ وَمَآ أَصَابَكَ مِن سَيِّئَةٍ فَمِن نَّفْسِكَ ۚ وَأَرْسَلْنَٰكَ لِلنَّاسِ رَسُولًا ۚ وَكَفَىٰ بِٱللَّهِ شَهِيدًا
Kebaikan apa saja yang sampai kepada engkau itu adalah dari Allah; dan keburukan apa saja yang menimpamu, itu adalah dari diri engkau sendiri. (An-Nisa : 79)Koreksi diri menjadi hal yang wajib kita lakukan ketika ada suatu musibah atau ujian menimpa kita. Boleh jadi ini akibat dari perbuatan manusia itu sendiri. Atau boleh jadi disebabkan tidak bersyukurnya seorang hamba kepada Tuhan-Nya. Allah swt. lah yang lebih mengetahui.