Oleh: Mln. Nasrun Aminullah Muchtar
Pada dasarnya ada dua macam jenis penyakit yang dialami manusia. Pertama, penyakit jasmani. Kedua penyakit rohani.
Kalau menderita penyakit jasmani biasanya lebih cepat dideteksi oleh penderitanya itu sendiri. Si penderita lebih duluan mengetahui kalau ia sedang sakit dibandingkan orang lain. Misalnya sakit kepala, sakit maag, sakit mata, sakit paru-paru, sakit jantung dan macam-macam penyakit jasmani lainnya.
Sedangkan penyakit rohani, biasanya orang lain yang lebih duluan mengetahui dibandingkan si penderitanya. Bahkan si penderitanya tidak menyadari kalau rohaninya sedang sakit. Misalnya, penyakit hati syirik, dusta, iri, dengki, hasad, serakah, sombong, kikir, pemarah, buruk sangka, ghibat, memfitnah dan lain sebagainya.
Kalau ada orang lain yang mengingatkan, “kamu orangnya agak serakah” atau “kamu bersifat sombong” terkadang si penderitanya tidak merasa, bahkan membantah habis-habisan, “untuk apa kamu mengurusi perilaku orang lain, urus saja dirimu sendiri”. Ujarnya.
Untuk mengobati semua penyakit jasmani, saat ini sudah banyak berbagai macam obat tersedia di toko obat, bahkan ada yang menangani secara khusus, misalnya untuk sakit jantung ada dokter spesialis jantung, untuk sakit paru-paru ada dokter spesialisnya, untuk sakit mata ada juga dokter spesialisnya, untuk penyakit telinga, hidung dan tenggorokan ada dokter spesialisnya, dan berbagai macam penyakit jasmani lainnya.
Yang sulit ini mencari dokter untuk menyembuhkan penyakit rohani, karena dokter rohani itu sangat langka adanya, dokter rohani ini adalah para utusan Allah SWT, para ulama suci, waliyullah dan orang-orang pilihan Tuhan.
Jangan salah, sebagaimana ada dokter jasmani palsu melakukan malpraktek, yakni tidak memiliki sertifikat kelulusan dokter, begitu juga di akhir zaman ini banyak juga dokter rohani palsu, tanpa ada mandat dari Allah Ta’ala begitu mudah saja berfatwa sesat dan kafir terhadap orang lain.
Banyak umat yang tertipu oleh penampilan ustadz atau kiai berjenggot, bersorban, akan tetapi suka menjual ayat-ayat Allah. Dari mulutnya keluar caci-makian, suka memfitnah dan menghina orang lain.
Orang yang seperti ini buruk akhlak dan sama sekali tidak memiliki kerohanian yang sebenarnya. Dokter rohani abal-abal yang model seperti ini pun tidak menyadari kalau ia sendiri sedang sakit rohani.
Resep terbaik untuk mengobati penyakit rohani sudah Allah Ta’ala turunkan 14 abad yang silam kepada dokter rohani terbesar, yakni Baginda Nabi Muhammad SAW dan resep ini akan berlaku sepanjang masa sampai hari kiamat.
Hanya umatnya pada zaman ini banyak meninggalkan resep ini, mungkin resep ini dibaca namun tidak memahami isi petunjuknya, atau salah menafsirkan isi resep tersebut. Atau bahkan bandel tidak mau mengamalkan resep tersebut. Ketika Allah SWT mengirimkan dokter-dokter rohani, yakni para Utusan-Nya dan mujaddid- mujaddid (pembaharu agama/reformer rohani) selalu saja kebiasaan umumnya umat manusia cepat menolaknya, karena merasa tidak lagi sakit dan juga beranggapan tidak membutuhkan dokter rohani.
Manusia suka menolak Utusan Allah sudah merupakan Sunnatullah yang banyak diceritakan dalam Alqur’an, manusia mudah berprasangka buruk. Inilah makhluk yang bernama manusia, hanya orang-orang yang memiliki fitrat hati yang bersih yang batinnya bisa mengenali wujud-wujud dokter rohani tersebut.
Pada setiap abad Allah Ta’ala mengirimkan para mujaddid (dokter rohani) sesuai sabda Yang Mulia Rasulullah SAW:
إِنَّ اللَّهَ يَبْعَثُ لِهَذِهِ الْأُمَّةِ عَلَى رَأْسِ كُلِّ مِائَةِ سَنَةٍ مَنْ يُجَدِّدُ لَهَا دِينَهَا
“Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini, pada setiap seratus tahun, orang yang memperbaharui untuk umat agama mereka” (HR. Abu Dawud, No. 4291, Dishahihkan oleh as-Sakhawi di al-Maqâshid al-Hasanah (149) dan al-Albani di as-Silsilah ash-Shahîhah,No. 599).
Para ulama suci di setiap abad telah mengakui, bahwa sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai pada abad ke 13 Hijriyah mujaddid-mujaddid tersebut telah datang untuk menggenapi Hadits tersebut, dan nama-nama para Mujaddid itu telah tercantum dalam Kitab “Hujajul Kiramah” Karya: Nawwab Shiddiq Hasan Khan (1258-1307H/1832-1889M), yakni sebagai berikut:
- Abad I :Umar Bin Abdul Aziz
- Abad II : Imam Syafi’i
- Abad III : Imam Abu Syarah
- Abad IV : Abu Abdillah Nisyapuri
- Abad V : Imam Al Ghazali
- Abad VI : Syekh Abdul Qadir Al-Jailani
- Abad VII : Imam Ibnu Taimiyah & Khawaja Mu’inuddin Chisti
- Abad VIII : Ibnu HajarAl- Asqalani
- Abad IX : Imam As-Suyuti
- Abad X : Imam Muhammad Tahir Gujrati
- Abad XI : Alif Tsani Sarhindi
- Abad XII : Syah Waliyullah Dhelwi
- Abad XIII : Sayyid Ahmad Barelwi
- Abad IV : Mujaddid yang datang di abad ini akan bergelar Imam Mahdi & Almasih Yang Dijanjikan.
Rasulullah SAW ada bersabda juga:
عن خذيفة بن يمان قال: قال رسول الله صلي الله عليه وسلم : اذا مضت الف ومأتان واربعون سنة يبعث الله المهدي
Dari Hudzaifah bin Yaman r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda : “Apabila sudah lewat 1240 tahun Hijrah, Allah akan membangkitkan Imam Mahdi” (An-Najmu Tsaqib Jilid II, halaman 209).
Sekarang waktunya sudah terlewat, sudah memasuki abad ke-15 sepeninggal Rasulullah SAW. Dan, sejarah mencatat pada awal abad ke-14 Hijriyah banyak ulama yang disebut dan diakui sebagai Imam atau Mujaddid, akan tetapi hanya seorang saja yang mendawakan diri sebagai Mujaddid abad ke-14 Hijriyah, yaitu Hazrat Imam Mirza Ghulam Ahmad (1200-1324H./ 1835-1908 M).
Pada tahun 1882, Hazrat Mirza Ghulam Ahmad mendakwakan diri sebagai Mujaddid, lalu mengumumkannya melalui 20.000 exemplar selebaran pada tahun 1885. Enam tahun berikutnya (1891) beliau mendapatkan wahyu perintah dari Allah Ta’ala untuk mengumumkan lagi bahwa beliaulah sosok yang mendapatkan gelar Imam Mahdi itu, yang juga mendapat gelar dari Allah Ta’ala sebagai Almasih Yang Dijanjikan.
Semoga umat manusia yang membaca ini mampu mempelajari, memahami dan merenungkan. Jangan mudah apriori dan alergi memfatwakan sesat dan kafir tanpa mempelajari terlebih dahulu. Berdo’alah memohon petunjuk kepada Allah Ta’ala agar memberikan petunjuk-Nya, karena Dia yang kita sembah itu bukanlah Tuhan yang bisu apabila diminta.
Semoga bermanfaat.. Wassalamu manittaba’al hudaa..