Oleh : Harpan Aziz Ahmad, Kebayoran – DKI Jakarta.
Kalian harus bersungguh-sungguh menunjukkan keteladanan kalian dengan amal perbuatan dan harus memiliki kecemerlangan di dalamnya sehingga orang lain dapat menerimanya.
Hadhrat Masih Mau’ud as
Tujuan diutusnya Hadhrat Masih Mau’ud as bukan hanya untuk memperbaiki akidah-akidah, kepercayaan atau keimanan saja. Beliau bersabda bahwa beliau datang untuk menghubungkan manusia dengan Tuhan dan melaksanakan hak-hak umat manusia. Karenanya tujuan ini demikian tergantung pada amal perbuatan.
Hadhrat Masih Mau’ud as bersabda: “Ingatlah, kata-kata dan ungkapan saja tidak bermanfaat kecuali diikuti dengan amal perbuatan.”[1]
Beliau juga bersabda: “Kuatkanlah keimanan kalian. Amal adalah senjata keimanan. Jika gaya hidup manusia tidak benar, maka di sana tidak ada keimanan.”[2]
Jadi harapan untuk meraih manfaat dari tujuan kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud as hanya dapat dimungkinkan ketika masing-masing dari kita berupaya sekuat tenaga untuk menghapus hambatan guna memperbaiki amal perbuatan kita. Karena dengan amal baik itulah kita akan menarik orang lain kepada Jemaat ini, yang dengan itu kita baru dapat membantu pemenuhan tujuan kedatangan Hadhrat Masih Mau’ud as. Jadi kekuatan untuk memperbaiki orang lain hanya dapat terjadi setelah kita memperbaiki diri kita sendiri. Karena kemenangan kita, kemenangan Jemaat ini tidak untuk menundukkan siapa pun ataupun mencapai tujuan duniawi. Tetapi, untuk membuat dunia tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw. Untuk itu, maka jika tidak ada perbedaan antara kita dan yang lainnya, dalam keimanan, dalam amal perbuatan, dalam ibadah-ibadah, apa dunia akan mendengarkan kita?
Tentu ada banyak hambatan dalam hal ini, karenanya perlu untuk terus menanamkan kekuatan rohaniah yang akan membantu menghilangkan hambatan tersebut, khususnya kecenderungan untuk tunduk pada dunia. Dan Ini akan memerlukan pengorbanan khusus lagi berat.
Dunia saat ini seperti sebuah global village (Desa Global) kejahatan yang jauhnya ribuan kilo meter dapat sampai ke setiap rumah tangga melalui media elektronik seperti halnya semua kebaikan mencapai setiap rumah tangga. Namun, tingkat penyebaran kejahatan ini seringnya melebihi penyebaran kebaikan. Standar apa yang baik dan apa yang buruk telah berubah. Sesuatu yang Islam anggap buruk dan berdosa dianggap sepele dalam masyarakat yang tak beragama.
Sebagai contohnya menari merupakan bagian dari budaya Barat. Pada masa dulu budaya itu tidak biasa di lingkungan mayoritas Islam, tetapi sekarang ini terjadi melalui saluran televisi dan internet. Beberapa rumah telah berubah menjadi rumah tari. Di beberapa keluarga menari berlangsung atas nama hiburan selama acara-acara keluarga, terutama selama pernikahan. Pada awalnya pria dan wanita menari hanya dengan memegang tangan saja, kemudian berubah dan mereka mulai menari dengan mendekatkan wajah mereka. Secara bertahap berkembang dan sekarang tari telah berubah menjadi sesuatu yang sangat vulgar, dengan pakaian ketat segala jenis tarian muncul di berbagai televisi.[3]
Jadi, evolusi keburukan itu selalunya beranjak dari sesuatu hal yang dianggap sepele, dan kemudian berkembang (karena dipertahankan) menjadi adat kebiasaan buruk dan jalan masuk kepada dosa. Karenanya, keluarga Ahmadi harus benar-benar terhindar dari amal-amal seperti itu dan perhatian harus diberikan untuk hal ini.
Hadhrat Mushlih Mau’ud ra menjelaskan dengan sangat indah bahwa dalam rangka memperbaiki amal perbuatan kita, ada tiga aspek yang perlu ditanamkan: pertama kekuatan tekad, kedua pengetahuan dan ketiga kekuatan untuk melaksanakan dengan benar dan tepat.
Ini menarik, karena terkedang seseorang memiliki tekad yang kuat untuk melangkah pada kebaikan namun tidak dibarengi dengan pengetahuan bahwa dirinya sendiri berada pada kondisi yang buruk, sehingga upaya-upayanya untuk melangkah pada kebaikan itu tidak menunjukan hasil. Sama halnya dengan sebuah pabrik misalnya, punya cita-cita produksi yang tinggi dengan hanya mengandalkan pada pemenuhan stok bahan saja tanpa pernah memeriksa alat atau mesinnya yang sedang rusak, sebanyak apapun stok bahan yang dipenuhi tidak akan menghasilkan produk yang diharapkan. Karenanya, sebelum melangkah pada meningkatan amal perbaikan seseorang perlu terlebih dahulu menanamkan tekad perubahan itu pada perbaikan diri, baru kemudian melangkah secara konsisten dalam kebaikan-kebaikan.
Singkatnya, perbaikan amal membutuhkan tiga hal: kekuatan tekad yang merupakan kemampuan akan hal yang besar, banyak pengetahuan sehingga kekuatan tekad kita menyadari tanggung jawabnya dalam hal apa yang salah dan apa yang benar dan mendukung apa yang benar dan berusaha untuk mengikutinya dan tidak kalah karena ketidak-tahuan. Ketiga, kita membutuhkan kekuatan untuk melaksanakan sesuatu sehingga anggota badan kita mengikuti niat baik kita dan tidak menolak niat baik apa yang diperintahkan untuk melakukannya. Ini adalah sumber fundamental untuk keluar dari dosa dan memperbaiki amal perbuatan.
Hadhrat Masih Mau’ud as menasehatkan bahwa “Kalian harus bersungguh-sungguh menunjukkan keteladanan kalian dengan amal perbuatan dan harus memiliki kecemerlangan di dalamnya sehingga orang lain dapat menerimanya.”[4]
Jadi, setiap Ahmadi perlu untuk selalu menginstrospeksi diri dan berusaha kuat untuk senantiasa berjalan pada amalan-amalan yang baik sesuai dengan ketentuan syariat. Karena jika keadaan internal kita tidak memiliki kebersihan dan kecemerlangan, maka tidak ada yang akan menerimanya. Jika kita tidak memiliki moral yang tinggi, dan konsisten dalam beramal baik, kita tidak dapat mencapai setiap derajat. Untuk itu, kerja keras terus-menerus dibutuhkan untuk memperbaiki amal perbuatan sehingga setiap kita mampu memenuhi tujuan didirikannya Jemaat ini dan mampu menjadikan kita Muslim sejati sesuai dengan keinginan Hadhrat Masih Mau’ud as.
–000–
Sumber: Khutbah 10 Januari 2014
[1] Malfuzhaat, jilid awwal, halaman 48, edisi 2003, terbitan Rabwah.
[2] Malfuzhaat, jilid awwal, halaman 249, edisi 2003, terbitan Rabwah.
[3] Khutbah 10/01/2014
[4] Malfuzhat, jilid awwal, halaman 116, edisi 2003, terbitan Rabwah.
Masyaallah, jazakumullah Pak pencerahannya