Oleh: Mln. Sufni Ahmad
Nabi Muhammad SAW mendakwahkan ajaran Islam di Mekah selama 13 tahun, diliputi penderitaan dan kesulitan. Kaum kufar Mekah sejak awal senantiasa menimbulkan kesulitan terhadap Rosulullah saw dan para pengikutnya.
Umat Islam pada masa itu tidak diberikan kesempatan sedikitpun, untuk menjalankan ibadah dengan leluasa. Kaum kufar Mekah setiap saat mengejar-ngejar dan tidak sedikit dari para pengikut beliau SAW disiksa hingga mati syahid. Semata-mata demi mempertahankan keimanan. Dalam masa-masa sulit itu, Nabi Muhammad SAW mendapat perintah dari Allah SWT, untuk berhijrah ke suatu negeri yang dapat memberikan kebebasan beribadah kepada umatnya.
Madinah menjadi tujuan akhir hijrah beliau SAW dan para sahabat, setelah sebelumnya mencoba berhijrah ke negeri lain. Perjalanan hijrah beliau dan sahabat ke Madinah, bukanlah perkara mudah.
Mereka harus menghindar dan bersembunyi dari kejaran kaum kufar. Nabi Muhammad saw sendiri mengalami percobaan pembunuhan ketika hendak berangkat berhijrah. Bahkan selama perjalanan, beliau SAW terus diburu dan goa Tsur menjadi saksi bisu tempat persembunyian beliau.
Hijrahnya Nabi Muhammad saw dari Mekah ke Madinah, menjadi awal era baru kebebasan beribadah umat Islam. Ajaran Islam mulai berkembang dan menyebar keseluruh pelosok negeri. Meskipun demikian, bukan berarti tanpa penentangan dan perlawanan.
Kaum kufar Mekah yang melihat pesatnya perkembangan Islam, mulai mengusik dan berusaha menghentikannya. Yang pada akhirnya terjadi beberapa peperangan, yaitu perang untuk mempertahankan keimanan.
Jika menilik proses hijrahnya Nabi Muhammad saw dan para sahabat, ada tiga fase hijrah yang dilalui.
Yaitu ketika hendak MENINGGALKAN Mekah, perjalanan MENUJU Madinah dan saat MENETAP di Madinah. Tiga fase ini bisa menjadi pedoman, ketika kita hendak berhijrah.
Diawali dengan melangkah MENINGGALKAN keburukan, untuk MENUJU kebaikan dan MENETAPKAN diri menjadi pribadi yang baik.
Langkah Pertama, Meninggalkan Keburukan
Meninggalkan keburukan dibutuhkan niat dan tekad yang kuat. Sedemikian lamanya berbuat buruk, seolah keburukan menjadi rumah dan kampung halamannya. Rumah dan kampung halaman yang telah lama ditempati, terasa amat berat untuk ditinggalkan. Tetapi jika tidak ditinggalkan, tidak akan memperoleh perubahan yang lebih baik.
Allah SWT berfirman dalam Surah AtTaubah ayat 41, “Berangkatlah baik ringan maupun berat dan berjihadlah dengan harta dan jiwamu di jalan Allah. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui”
Diawali dengan niat, untuk melangkahkan kaki meninggalkan kebiasaan buruk, serta benar-benar berhenti, menyesal dan tidak akan mengulanginya. Jika kesalahan dimasa lalu merugikan pihak lain, hendaknya memohon maaf dan berusaha mengganti kerugian yang ditimbulkan. Meskipun berat, tetapi Allah SWT menjanjikan kebaikan bagi kehidupan kita di masa mendatang.
Langkah Kedua, Menuju Kebaikan.
Seperti halnya Nabi Muhammad SAW saat berhijrah, beliau harus menghadapi banyak rintangan. Itu pula yang akan dihadapi, ketika melangkahkan kaki berhijrah menuju kebaikan.
Rintangan dan cobaan menghadang langkah kita. Rayuan-rayuan gombal juga siap dibisikkan ke telinga, untuk memalingkan niat baik kita.
Sejatinya Allah SWT menjamin keselamatan para muhajirin yang istiqomah, sebagaimana firman-Nya dalam Surah AnNisa ayat 101, “Dan barang siapa berhijrah di jalan Allah, niscaya akan memperoleh banyak tempat perlindungan dan kelapangan di permukaan bumi. Dan barang siapa keluar dari rumahnya hendak berhijrah kepada Allah dan Rosul-Nya, kemudian sampailah maut kepadanya, maka sesungguhnya telah tersedia ganjaran pada Allah dan Allah itu Maha Pengampun Maha Penyayang”.
Jadi ketika sudah melangkahkan kaki berhijrah menuju kebaikan, tidak perlu lagi timbul kekhawatiran. Karena Allah SWT sendiri yang akan menolong dan memberikan jalan kemudahan, hingga tercapai tujuan hijrah kita.
Langkah Ketiga, Menetapkan Diri Menjadi Pribadi yang Baik
Berhijrah meninggalkan keburukan, untuk melangkah menuju kepada kebaikan telah dilakukan. Dan sampailah pada tujuan akhir hijrah, yaitu metapkan diri menjadi pribadi yang baik. Seperti keadaan Nabi Muhammad SAW, setelah berhijrah beliau menetap di kota Madinah.
Meskipun telah menetap di tempat tujuan hijrah, usaha-usaha musuh untuk mengusik masih terus ada. Demikian pula keadaan kita yang telah berhijrah, menetapkan diri menjadi pribadi yang baik. Harus berusaha menguatkan dan melindungi diri, dari pengaruh-pengaruh buruk yang mengusik.
Untuk menjaga keimanan, Allah SWT memerintahkan kita tinggal bersama orang-orang yang senantiasa berbuat baik. Bergaul dengan pedagang minyak wangi, sedikit banyak akan terpercik bau wangi. Lingkungan memberikan dampak besar, mempengaruhi keadaan perilaku kita.
Sedangkan perlindungan terbaik datangnya dari Allah SWT, jalinlah hubungan dengan ibadah dan doa. Ibadah shalat mencegah perbuatan keji dan mungkar, kita juga berdoa “ihdinash shiratal mustaqim”. Doa ini sangat cocok bagi orang yang berhijrah, tunjukkan jalan MENINGGALKAN keburukan, sampaikan kami MENUJU tempat hijrah dan senantiasa TETAPKAN kami disana, yaitu jalan yang lurus.