Oleh : Rahma Candra
Membaca memang mengasyikkan, tapi dengan dapat menulis ternyata semakin mengasyikkan. Ada rasa bangga saat sebuah naskah berhasil dieksekusi. Bisa membaca dan menulis bagi perempuan di zaman sekarang adalah hal yang biasa. Namun, tidak bagi perempuan yang hidup di zaman penjajahan. Menilik sejarah yang bercerita tentang kehidupan kaum perempuan di zaman kolonial Belanda, kita tahu bahwa pendidikan bagi kaum perempuan adalah suatu hal yang sulit untuk didapatkan. Kecuali, bagi anak-anak perempuan yang berasal dari keluarga bangsawan, atau peranakan kulit putih.
Begitu pula yang terjadi di Jepara, Jawa Tengah pada saat itu. Anak-anak perempuan tidak mengenal bangku pendidikan, tidak diajarkan untuk membaca, apalagi menulis. Mereka hanya berkutat dengan pekerjaan rumah, dan menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya pada usia dini. Belenggu adat inilah yang mendorong seorang Kartini—putri Bupati Jepara—untuk berbagi ilmu dengan kaum perempuan di sekitarnya.
Sebagai anak orang terpandang, beruntunglah Kartini dapat menyelesaikan sekolahnya di ELS (Europese Lagere School). Kemampuan menulis Kartini terbukti dengan beberapa tulisannya yang dimuat di majalah Belanda De Hollandsche Lelie. Pemikiran Kartini yang menginginkan kesetaraan hak bagi kaum perempuan dalam mendapatkan pendidikan dituangkan dalam tulisan-tulisan serta surat-surat yang ia tujukan kepada temannya di Belanda. Tak hanya itu, Kartini bersama dua saudara perempuannya membangun kemandirian kaum perempuan di Jepara dengan mengajarkan membaca, menulis, juga keterampilan seperti membatik dan memasak.
Cita-cita Kartini untuk melanjutkan sekolahnya di Eropa memang tidak terwujud. Akan tetapi, semangat belajar serta keinginannya untuk memajukan pendidikan kaum perempuan terus berkobar. Surat-surat Kartini yang ditujukan pada sahabatnya, dan di kemudian hari dibukukan dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang” seolah menjadi api penyemangat bagi kemajuan pendidikan kaum perempuan di Indonesia.
Dari perspektif agama Islam, apa yang dilakukan seorang Kartini adalah suatu bentuk jihad. Perjuangannya meraih kesetaraan pendidikan untuk kaum perempuan sejalan dengan hadist Rasulullah saw:
طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيْضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
Artinya: “Menuntut ilmu itu wajib atas setiap Muslim.” (HR. Ibnu Majah)
Bahkan, keberhasilan Kartini menyetarakan hak pendidikan bagi kaum perempuan sedikitnya telah mematahkan stigma bangsa barat yang menyebutkan bahwa Islam tidak menghargai perempuan, memasung kebebasan, serta menyebut kaum perempuan sebagai kaum terbelakang.
Kewajiban muslim, termasuk kaum perempuan dalam mencari ilmu tentu saja berdampak luar biasa untuk kemajuan suatu bangsa. Perempuan memiliki peran penting dalam kehidupan sebagai seorang ibu, seorang istri, pendidik, dan contoh utama untuk anak-anak, serta peran sosial di masyarakat. Dalam menjalankan semua peran tersebut, tentu saja dibutuhkan ilmu.
Perempuan yang berilmu, akan mampu memberikan pengarahan dan bimbingan tidak saja dalam kehidupan rumah tangga, tapi juga dalam perannya di masyarakat dan agama. Pembentukan karakter positif pada anak-anak berawal dari didikan seorang ibu yang berilmu. Benarlah pepatah yang dikatakan oleh Moh. Hatta “Jika kamu mendidik satu laki laki, maka kamu mendidik satu orang. Jika kamu mendidik satu wanita, maka kamu mendidik satu generasi.”
Tidak berlebihan rasanya jika kita memberikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Raden Ajeng Kartini dengan predikat Pahlawan Nasional. Berkat kegigihan beliau, kini perempuan Indonesia mendapatkan kemudahan dalam menuntut ilmu. Membaca dan menulis bukanlah hal yang sulit bagi kaum perempuan masa kini. Sepatutnya kita meneladani semangat beliau yang tak kenal menyerah untuk terus berbagi ilmu dengan sesama perempuan dan mencerdaskan kaum perempuan.
Semoga perjalanan kita dalam mencari ilmu senantiasa dipenuhi keberkahan. Sejalan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Tirmidzi, yang berbunyi:
مَنْ خَرَجَ فِى طَلَبُ الْعِلْمِ فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ
Artinya: “Barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu, maka ia berada di jalan Allah hingga ia pulang.”
Selamat Hari Pahlawan!
Wahai kaum perempuan, tetap semangat mencari ilmu!
Referensi:
https://en.wikipedia.org/wiki/Kartini
Penulis: Rahma Candra