By: Arsigit H (Lurah Ingu, Sumbar)
Esensi dasar Islam
Spirit dari Islam adalah deklarasi dan kemurnian keesaan Tuhan. Dan itu adalah inti pengajaran yang berulang dari sikap tunduk patuh berserah diri kepada-Nya.
Akar inti Islam adalah bermakna ketundukan yang absolut kepada Sang Khaliq.
Islam merupakan satu paket ajaran yg paling sempurna, dimana yang Mulia Rasulullah saw menekankan makna Islam lebih kepada memanusiakan manusia dengan corak sifat-sifat Allah swt. Tarikh membuktikan bagaimana Rasulullah saw menjadi sosok sentral dalam penyelesaian perselisihan diantara para kabilah Arab pada masanya. Dan dalam hal ini Allah SWT berfirman:
“Sungguh akan kalian dapati dalam diri Rasulullah saw satu suri tauladan yang baik.”
Sunnah fi’liyah dan qouliyah Rasulullah saw membentuk argumen yang hidup sebagai Syarah Kitab Suci Al Quran. Tata cara dan kebiasaan Rasulullah saw bahkan membentuk sebuah konstruksi undang-undang dalam perspektif para sahabat bahkan para penentang beliau pada zamannya.
Begitu luar biasanya pengaruh dan teladan Rasulullah saw. Baik yang dilakukan dengan sepenuh hati atau bahkan disusupi imajinasi oleh mereka yang bangga mengklaim sebagai manifestasi hidup ala nabi. Dan pasti nya, masalah ini tidak bisa dilihat dari sudut pandang parsial.
Rasulullah dalam kancah dakwah Islam
Masa dimana Rasulullah berdakwah secara masif. Beberapa pemuka kabilah Quraisy yang memiliki Kedudukan sosial politik bangsa Arab datang membujuk paman beliau, Abu Thalib agar Muhammad menghentikan aktifitas dakwahnya.
Hal ini tersirat dalam Tarikh Ibnu Hisyam hal 114. Dengan tegas Rasulullah saw menolak seraya bersabda:
Aku bukanlah bermaksud untuk menginginkan harta kalian, juga aku bukanlah menginginkan kedudukan kalian atau berharap menjadi raja atas kalian. Bahwa Allah swt mengurusku sebagai pesuruh-Nya. Dan telah diturunkannya sebuah kitab kepadaku. Dan Dia memerintahkanku untuk menjadi Rasul-Nya selaku basyiira dan nadziira.
Kini sudah aku sampaikan segenap berita dan perintahnya kepada kalian, dan aku pun telah memberi nasihat pada kalian. Andaikan kalian sudi menerima apa yang aku bawa, maka hal itu merupakan kebahagiaan untuk kalian sendiri. Baik dunia maupun akhirat. Dan jika kalian menolaknya atas penyampaianku ini, aku bersabar, akan menurut pada perintah Allah swt sampai Dia yang akan menentukan dan memberi keputusan antara aku dan kamu sekalian.
Dari catatan sejarah tadi, maka akan tergambarkan dengan jelas dan sempurna bagaimana sikap seorang pemimpin negarawan sejati dalam diri Rasulullah saw. Meskipun saat itu jumlah pengikut beliau masih sedikit. Dan sebagai pembawa risalah, beliau telah menegakan asas dakwah yang paling fundamental yakni harus sunyi dari tujuan materi dan target tersembunyi yang bernuansa kepentingan pribadi.
Kontras dengan sirat kehidupan Rasulullah saw, fakta riil yang mengemuka saat ini strategi dakwah para pemimpin negara-negara Islam atau mayoritas Islam saat ini lebih bersifat tendensi politis. Dengan dibalut hasutan pergolakan politik mengusung tema lindungi Islam cintai Nabi saw, namun tidak sejalan dengan apa yang dikumandangkan.
Negarawan tanpa ‘Negara’
Periode tumbuh kembang Islam di Madinah sering dipandang oleh para peneliti sejarah Islam sebagai masa diplomasi, penegakan supremasi hukum Islam dan konsep tata negara Islam. Namun menurut hemat penulis, perlu ada studi komparasi atas narasi sejarah periode Mekah dan periode Madinah yang sering jadi tumpuan pergerakan politik Islam masa kini.
Fakta bahwa Rasulullah saw mendirikan sebuah negara Islam Madinah kurang didukung kuat oleh narasi sejarah yang tercatat generasi setelah sahabat. Akhir periode Madinah ditandai dengan diutusnya para delegasi Islam untuk berkorespondensi (seruan masuk Islam) dengan para pemimpin negara, raja dan kaisar pada masa itu. Sempurna nya kasyaf Rasulullah saw dan ditutup Fatah Mekah.
Ada poin utama dalam masalah surat menyurat kepada raja atau kepala negara pada masa itu, Rasulullah saw menyampaikan maksud tersebut kepada para sahabat. Hal ini tertulis dalam riwayat hidup Rasulullah saw karya Hz. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad halaman 141;
“Beberapa dari antara sahabat yang mengenal akan tata cara kebiasaan yang berlaku di istana para raja mengatakan kepada Rasulullah saw bahwa para raja tidak memperlihatkan surat-surat yang tidak mengandung Cap/stempel pengirim nya. Sesuai dengan kebiasaan itu Rasulullah Saw menyuruh orang membuatkan cap, pada nya terukir Muhammad Rasulullah sebagai penghormatan kata Allah diukir disebelah atas, dibawahnya terukir Rasul dan akhirnya Muhammad”.
Fakta ini semakin menguatkan bukti otentik bahwa, Rasulullah saw tidak mendaulat diri beliau sebagai kepala negara, raja kabilah ataupun kuniah yang lain. Adapun argumen lain yang menyatakan bahwa Nabi mendirikan negara di atas sebuah perjanjian merupakan sebuah ketidaktepatan dalam memahami peran Rasulullah Saw; La siyasah fiddin wa laddina fi siyasah.
Semoga pikiran yang baik datang dari semua arah.
Ref:
1. Al Qur’an terjemah & tafsir singkat JAI
2. Riwayat Hidup Rasulullah Saw karya Hz. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad
3. Muhammad Alwy Al maliki ” risalah dakwah Islamiyyah.
4. Allama sir Abdullah Al Ma’mun Al suhrawardy ” the wisdom of Muhammad.