Kehidupan yang beradab, sejahtera dan menjunjung tinggi nlai-nilai keberagaman merupakan harapan kita semua. Sebagaimana secara bahasa, kata “masyarakat” sendiri merupakan serapan dari bahasa arab yang artinya bersama. Sehingga untuk mewujudkan keinginan atau harapan-harapan tersebut manusia melakukan interaksi sosial dengan sesamanya. Interaksi itu menciptakan suatu pergaulan hidup yang menumbuhkan kesadaran di antara individu akan pentingnya keberadaan yang lain. Sebagaimana dalam Quran surah Al-Hujurat: 13, Allah Swt berfirman:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقۡنَٰكُم مِّن ذَكَرٖ وَأُنثَىٰ وَجَعَلۡنَٰكُمۡ شُعُوبٗا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓاْۚ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٞ ١٣
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Dalam ayat tersebut Allah Ta’ala hendak memberitahukan kepada kita bahwa penciptaan manusia itu beragam. Kemudian dari perbedaan itu menyuruh kita agar saling mengenal, saling memahami, saling bekerja sama dalam persatuan hingga terbentuklah hubungan sosial yang baik.
Namun dalam mempersatukan perbedaan dan menjalin hubungan sosial, setiap kita memiliki karakter masing–masing yang karenanya terdapat kemungkinan akan terjadinya pertentangan atau konflik.
Oleh karena itu untuk menjaga ketertiban dan menjalin perdamaian di dalamnya maka diperlukan adanya suatu aturan atau norma yang dapat mengatur hubungan sosial tersebut.
Berbicara soal aturan, norma dan moral untuk menjalin perdamaian dan menjaga ketertiban, maka agama merupakan sumber dari moral itu sendiri. Secara etimologis agama berasal dari bahasa sanskerta yang terdiri dari kata A artinya tidak, gama artinya kacau, jadi agama berarti “tidak kacau”.
Sebagian yang lain mengartikan bahwa a adalah cara dan gama adalah jalan. Jadi agama maksudnya “cara berjalan menempuh keridhaan Tuhan”. Dalam bahasa inggris agama disebut religion yang berasal dari bahasa latin yaitu relegere artinya mengumpulkan, membaca. Yang mengandung pengertian “kumpulan cara-cara peribadatan yang terdapat dalam kitab suci yang harus dibaca”.
Lalu kita juga lihat dalam bahasa arab, agama adalah din yang secara etimologis memiliki arti, balasan, pahala, ketentuan, kekuasaan, pengaturan, kebiasaan, taat dan patuh. Oleh karena itu agama memang membawa peraturan, hukum yang harus dipatuhi dan menuntut untuk taat dan patuh terhadap Tuhan dalam menjalankan ajaran-Nya serta membawa kewajiban yang jika tidak dilaksanakan akan menjadi hutang yang akan membawa balasan baik kepada yang taat dan memberi balasan buruk kepada yang tidak taat.
Dari sini kita dapat memahami bahwa dalam corak pengertiannya saja agama merupakan jalan bagi kita untuk mendapatkan kemaslahatan dalam kehidupan, memberikan solusi-solusi terbaik dan menjauhkan dari kekacauan-kekacauan di dalamnya. Kesimpulannya bahwa agama itu adalah sumber kebaikan yang menjadi dasar pedoman bagi umat manusia. Dan bukan sumber kekacauan yang dengan adanya agama malah timbul kerusakan, atau bahkan pertumpahan darah akibat salah memahami agama dan mengklaim dirinya adalah yang paling benar.
Oleh karena itu dari tulisan singkat ini penulis mengajak kita untuk sama-sama berperan aktif dalam menegakan perdamaian mulai dari lingkungan terkecil kita, sehingga persatuan dan kesatuan dapat tercipta atas dasar kesadaran diri sendiri dan bisa memberikan dampak kepada yang lainnya.
Didalam Al-Quran, Islam telah mengajarkan beberapa prinsip untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, antara lain:
- Prinsip Persatuan dan Persaudaraan
Dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah: 213 tertulis:
كَانَ ٱلنَّاسُ أُمَّةٗ وَٰحِدَةٗ فَبَعَثَ ٱللَّهُ ٱلنَّبِيِّۧنَ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ وَأَنزَلَ مَعَهُمُ ٱلۡكِتَٰبَ بِٱلۡحَقِّ لِيَحۡكُمَ بَيۡنَ ٱلنَّاسِ فِيمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِۚ وَمَا ٱخۡتَلَفَ فِيهِ إِلَّا ٱلَّذِينَ أُوتُوهُ مِنۢ بَعۡدِ مَا جَآءَتۡهُمُ ٱلۡبَيِّنَٰتُ بَغۡيَۢا بَيۡنَهُمۡۖ فَهَدَى ٱللَّهُ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ لِمَا ٱخۡتَلَفُواْ فِيهِ مِنَ ٱلۡحَقِّ بِإِذۡنِهِۦۗ وَٱللَّهُ يَهۡدِي مَن يَشَآءُ إِلَىٰ صِرَٰطٖ مُّسۡتَقِيمٍ ٢١٣
Artinya: “Manusia itu adalah umat yang satu. (setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”
Ayat ini secara tegas mengatakan bahwa manusia pada mulanya adalah satu kesatuan, atau dalam istilah ayat diatas adalah satu umat. Allah Ta’ala menciptakan mereka sebagai makhluk sosial yang saling berkaitan dan saling membutuhkan yang memiliki persamaan dan keterikatan. Tentu mereka berbeda-beda, itu karena kepentingan mereka banyak, sehingga dengan perbedaan tersebut masing masing dapat memenuhi kebutuhannya.
2. Prinsip Persamaan
Allah SWT berfirman sebagaimana termaktub dalam Al-Quran Surah An-Nisa ayat 1:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن نَّفۡسٖ وَٰحِدَةٖ وَخَلَقَ مِنۡهَا زَوۡجَهَا وَبَثَّ مِنۡهُمَا رِجَالٗا كَثِيرٗا وَنِسَآءٗۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَ ٱلَّذِي تَسَآءَلُونَ بِهِۦ وَٱلۡأَرۡحَامَۚ إِنَّ ٱللَّهَ كَانَ عَلَيۡكُمۡ رَقِيبٗا ١
Artinya: “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
Jika kita perhatikan bahwa ayat diatas didahului dengan panggilan يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ (Wahai Manusia), padahal ayat tersebut turun setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah, yang biasanya salah satu cirinya adalah menggunakan panggilanيَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ (Wahai orang-orang yang beriman). Namun demi persaudaraan, persatuan dan kesatuan, ayat ini mengajak kepada semua manusia yang beriman maupun yang tidak beriman untuk saling membantu dan saling menyayangi, baik laki-laki dan perempuan, kecil maupun besar, serta beragama maupun tidak beragama. Semua dituntut untuk mewujudkan persatuan dan rasa aman dalam masyarakat serta saling menghormati hak-hak asasi manusia.
Kemudian yang kedua ayat ini memerintahkan untuk bertakwa kepada رَبَّكُمُ , disana tidak menggunakan kata Allah. Maksudnya untuk lebih mendorong semua manusia berbuat baik, karena Tuhan yang memerintahkan ini adalah Rabb, yakni yang memelihara, dan membimbing.
Dari sini kita melihat bahwa semua pemilihan kata itu membuktikan adanya hubungan antara manusia dengan Tuhan yang tidak boleh putus. Selain itu juga menuntut agar setiap orang senantiasa memelihara hubungan antara manusia dengan sesamanya, sebagai bentuk implementasi dari hubungan manusia dengan Tuhannya.
3. Prinsip Kebebasan
Kebebasan adalah salah satu hak yang paling asasi yang dimiliki manusia. Namun yang perlu digaris bawahi adalah bentuk ekspresi kebebasan tentu tidak boleh melanggar kebebasan yang juga dimiliki oleh orang lain. Tentunya kebebasan yang dimaksud dengan adanya batas batas tertentu.
Ada beberapa jenis kebebasan yang diajarkan oleh Islam, namun saya akan menuliskan satu saja berkaitan dengan prinsip ini, yaitu, kebebasan untuk memeluk agama. Maksud poin ini adalah bahwa Allah SWT memberi kebebasan kepada setiap manusia untuk memeluk agama yang diyakininya masing-masing. Seseorang tidak boleh dipaksa untuk memeluk agama tertentu, karena itu berarti dapat mencederai kebebasan yang dianugerahkan Allah SWT kepada manusia. Namun demikian bukan berarti semua agama itu benar.
Kebebasan memeluk agama adalah bagian dari pilihan manusia yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak, apakah pilihannya itu sesuai dengan petunjuk Allah atau sebaliknya.
Al-Quran surah Al-Baqarah: 256 menjelaskan:
لَآ إِكۡرَاهَ فِي ٱلدِّينِۖ قَد تَّبَيَّنَ ٱلرُّشۡدُ مِنَ ٱلۡغَيِّۚ فَمَن يَكۡفُرۡ بِٱلطَّٰغُوتِ وَيُؤۡمِنۢ بِٱللَّهِ فَقَدِ ٱسۡتَمۡسَكَ بِٱلۡعُرۡوَةِ ٱلۡوُثۡقَىٰ لَا ٱنفِصَامَ لَهَاۗ وَٱللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ ٢٥٦
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam agama sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Ayat diatas secara gamblang menyatakan bahwa tidak ada paksaan dalam berkeyakinan. Allah Ta’ala menghendaki agar setiap orang merasakan kedamaian. Kedamaian tidak dapat diraih kalau jiwa tidak damai. Oleh karena itu jika prinsip ini diamalkan maka dari sisi ini saja perdamaian akan terwujud dan manusia sama sama berpegang atas keyakinan yang dianutnya.
4. Prinsip Tolong Menolong
Manusia adalah makhluk sosial, tidak mungkin seseorang dapat bertahan hidup sendirian tanpa bantuan pihak lain. Sebagaimana yang disebutkan Al-Quran surah Al-Maidah: 2:
وَتَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡبِرِّ وَٱلتَّقۡوَىٰۖ وَلَا تَعَاوَنُواْ عَلَى ٱلۡإِثۡمِ وَٱلۡعُدۡوَٰنِۚ وَٱتَّقُواْ ٱللَّهَۖ إِنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلۡعِقَابِ ٢
Artinya : “..Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.”
Tolong menolong adalah prinsip utama dalam kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Ayat tersebut secara jelas memerintahkan manusia untuk bekerja sama dalam hal-hal yang baik demi untuk kesuksesan bersama. Dan secara tegas melarang bekerja sama dalam hal perbuatan dosa dan keburukan. Apabila sesama manusia tidak mengamalkan prinsip ini, maka yang terjadi adalah kehancuran sebagaimana yang diisyaratkan dalam ayat tersebut adalah azab yang pedih.
5. Prinsip Perdamaian
Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, terlebih seperti Indonesia yang sangat majemuk, menjadi sangat penting untuk menegakan perdamaian. Karena manusia tetaplah manusia dengan segala keunikannya, sesekali pasti akan muncul konflik dan perselisihan yang disebabkan berbagai hal. Maka perlu untuk menegakan nilai-nilai perdamaian, sebagaimana yang dikutip dari Al-Quran bahwa وَٱلصُّلۡحُ خَيۡرٞۗ (perdamaian itu baik).
6. Prinsip Musyawarah
Kata musyawarah berasal dari bahasa arab yang merupakan bentuk isim masdar dari kata Syawara-Yusyawiru. Dalam Al-Quran kata syawara dengan segala bentuk perubahannya terulang sebanyak 4 kali yang ada kaitannya dengan kehidupan rumah tangga, kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Seperti pada surah Al-Baqarah :223, Ali Imran: 159, Asy-Syura: 38. Kesimpulannya adalah kapan saja menghadapi persoalan-persoalan dan perselisihan-perselisihan maka jalan yang dapat diambil adalah dengan cara bermusyawarah.
Oleh karena itu dalam menciptakan persatuan dan kesatuan bangsa, maka perlu dibentuk suatu lembaga syuro untuk mengatur segala macam persoalan. Tujuannya agar terjalinnya kesepakatan dan solusi yang memberi keputusan dengan adil dan bijaksana. Bentuk dan sistem musyawarah tersebut bisa disesuaikan dengan tuntutan zaman dan kebutuhan masyarakat.
Yang terpenting adalah prinsip-prinsip Islam tentang musyawarah harus dipegang teguh oleh semua peserta syuro dengan mengedepankan kebebasan, keadilan dan persamaan hak dalam berbicara dan menyampaikan pendapat. Semua itu dilakukan untuk kemashlahatan umat sehingga perdamaian, persatuan dan kesatuan dapat terwujud.
Demikianlah tulisan ini dibuat tentu masih banyak hal yang bisa disampaikan berkaitan dengan hal ini. Semoga tulisan ini menjadi motivasi kita untuk tidak saling bersitegang dalam kehidupan serta tidak saling mengklaim dirinya adalah yang paling benar. Semoga kita selalu mengedapankan nilai-nilai persatuan dalam anugerah keberagaman ini, terutama dalam situasi dunia yang semakin tidak baik. Kita harus membangun peradaban yang harmonis untuk kemajuan negeri kita tercinta ini.
Kontributor: Mubasyir Fadhal Ahmad