By: Ai Yuliansyah, Garut – Jawa Barat.
Wanita adalah tiang negara. Apabila wanitanya baik maka baik pula negara. Apabila wanitanya rusak maka akan rusak pula negara.
Ungkapan di atas sudah sangat sering didengar dan disampaikan dalam berbagai kajian, meskipun masih banyak perdebatan apakah ungkapan tersebut sebuah hadits atau sekedar ucapan dari Ulama yang kemudian dikutip oleh banyak orang.
Terlepas dari perdebatan tersebut, kita petik makna berharga dari ungkapan tadi. Mari cermati arti kata ‘Tiang’. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Tiang memiliki arti :
- Tonggak panjang (dari bambu, besi, kayu, dan sebagainya) yang dipancangkan untuk suatu keperluan
- Tonggak panjang yang dipasang di perahu atau kapal untuk memasang layar dan sebagainya
- Tonggak panjang untuk menyokong atau menyangga (atap, lantai, jembatan, dan sebagainya)
- Pilar
- Sesuatu yang menjadi pokok kekuatan, penghidupan, dan sebagainya
Dari arti ini dapat disimpulkan bahwa ungkapan wanita tiang negara adalah suatu bentuk peran dan posisi wanita dalam menopang kehidupan suatu bangsa. Sebagaimana fungsi sebuah tiang, yang mampu menyokong tetap tegaknya sebuah bangunan. Semakin bagus tiang dibuat dan dirancang, maka akan semakin optimal perannya dalam menjaga bangunan tersebut. Sebaliknya, jika tiang dibentuk dan dirancang dengan asal jadi, tentu kekuatannya tidak dapat diharapkan untuk dapat menjaga bangunan tersebut dengan maksimal. Dan sebuah tiang akan menjadi kuat jika didukung dengan komponen yang lain seperti tembok, pondasi dan lainya.
Inilah peran strategis wanita dalam pembangunan suatu bangsa. Sebagai tiang negara, wanita harus mewujudkan dirinya menjadi pribadi-pribadi berkualitas baik lahir maupun batin. Kaum wanita yang lebih banyak mendedikasikan waktunya untuk keluarga, sesungguhnya tengah membangun suatu generasi baru yang akan turut serta membangun bangsanya kelak. Karena keluarga adalah unit terkecil dalam suatu negara, maka pondasi utama pembangunan bangsa terletak pada kualitas yang dimiliki keluarga-keluarga. Dengan demikian, peran wanita sebagai tiang negara sangat signifikan dalam mewujudkan kualitas bangsa dalam suatu negara.
Kiprah wanita di setiap masa tidak dapat dianggap remeh. Jauh beratus abad lalu, banyak sekali wanita yang aktif bekerja dan beraktivitas dan Nabi sendiri tidak melarangnya. Dalam bidang perdagangan misalnya, Khadijah binti Khuwailid, tercatat sebagai seorang perempuan yang sukses dan kaya raya di Jazira Arab. Demikian juga Qilat Ummi Bani Anmar yang tercatat sebagai seorang perempuan yang pernah datang kepada Nabi meminta petunjuk-petunjuk jual-beli. Zainab binti Jahsy juga aktif bekerja menyamak kulit binatang dan hasil usahanya itu beliau sedekahkan. Raithah, istri sahabat Nabi yang bernama Abdullah Ibnu Mas’ud sangat aktif bekerja, karena suami dan anaknya ketika itu tidak mampu mencukupi kebutuhan hidup keluarga. Sementara itu, Al-Syifa’ seorang perempuan yang pandai menulis ditugaskan oleh Khalifah Umar ra sebagai petugas yang menangani pasar kota Madinah.
Pun dari zaman ke zaman, lahir wanita-wanita hebat yang sepak terjang dan perjuangannya bahkan tidak pernah terbayangkan dapat dilakukan seorang wanita, yang sering dilabeli sebagai makhluk lemah.
Di negeri kita, sebut saja Cut Nyak Dien, Cut Nyak Meutia, Nyi Ageng Serang, Raden Dewi Sartika, Raden Ajeng Kartini dan banyak lagi lainnya yang telah gagah berani tampil di medan juang pertempuran maupun dalam perjuangan di bidang politik dan pendidikan. Wanita-wanita hebat ini telah memberikan inspirasi besar bagi lahirnya generasi-generasi hebat lainnya yang terus berkontribusi bagi kemuliaan bangsanya.
Lantas bagaimana wanita masa kini semestinya berkiprah?
Kaum wanita tidak hanya menjadi pembentuk suatu generasi, namun dapat secara langsung terjun berkarya dalam memajukan pembangunan. Salah satu contoh, peran wanita di dalam upaya meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat. Tak sedikit pengusaha-pengusaha sukses dari kalangan wanita, yang karena kepiawaiannya menjalankan sebuah usaha, mampu memberikan peluang pekerjaan dan usaha yang luas bagi wanita lainnya. Jika Anda pernah mendengar Susi Air, maka itulah satu contoh perusahaan besar yang dikendalikan oleh seorang wanita, yang juga sekaligus berkiprah sebagai Menteri pada masa baktinya, atau sebut saja BerryBenka, bagi para pebisnis online, ini adalah toko online terbesar yang juga dimiliki wanita, dan banyak lagi lainnya.
Demikian juga keterlibatan wanita pada bidang-bidang lain, seperti Pendidikan, Politik dan Pemerintahan. Dalam sebuah forum Trading Development and Gender Equality yang berlangsung di sela Asian Development Bank Annual Meeting 2019 di Fiji, Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN/ Bappenas) menyebutkan kaum perempuan (wanita) adalah aset, potensi, dan investasi penting bagi Indonesia yang dapat berkontribusi secara signifikan sesuai kapabilitas dan kemampuannya.
Inilah kata kunci yang bisa lebih mengerucutkan peran wanita, yaitu memberikan kontribusi yang signifikan sesuai kapabilitas dan kemampuannya. Artinya, sebagai apapun profesi dan tugas yang diemban oleh wanita, disana terletak sebuah amanah besar untuk dapat memberikan sebuah kontribusi. Ketika seorang wanita menjadi Pengusaha, Pejabat Publik, Politikus, Akademisi atau apapun juga, maka dari tangannya diharapkan dapat tercipta karya-karya yang mampu memberikan nuansa baru dan menginspirasi banyak pihak. Sekecil atau sesederhana apapun sebuah karya akan tetap memberikan pengaruh dan dampak jangka panjang. Dan pada akhirnya, kembali pada kodrat utama wanita yang begitu erat kaitannya dengan memperbaiki kualitas generasi penerus bangsa yang dimulai dari sebuah keluarga.
Dengan demikian, jika sebuah bangsa ingin maju, maka bangunlah jati diri wanitanya, menjadi wanita-wanita berkualitas yang akan melahirkan generasi hebat bagi kelangsungan pembangunan bangsa tersebut. Diperlukan ruang yang cukup bagi wanita untuk dapat mengembangkan diri dan mempersembahkan karya nyata bagi bangsanya.
Alhamdulillah