By : Mln. Jahid Ahmad Mujtahiddin, Jayapura.
“Sejauh mana kalian mendakwakan telah mencintai Huzur? Kecintaan Huzur kepada kalian beratus-ratus kali lipat diatas itu”.
Teringat sebuah mimpi ketika masih pendidikan di Jamiah dulu. Kala itu saya bermaksud untuk memohon tambahan nama kepada Huzur Atba. Sekali-dua kali menulis surat, Huzur membalasnya dengan do’a beberkat beliau. Dan untuk ketiga kalinya saya pun membuat surat yang sama, dan alhamdulillah Huzur Atba berkenan memberikan tambahan nama untuk saya.
Sebelum mendapat balasan surat dari Huzur, di malam harinya saya bermimpi melihat beliau sedang memberikan hadiah kepada beberapa anak. Di dalam mimpi itu saya melihat Huzur tersenyum berseri-seri. Nampak pancaran senyum beliau yang begitu tulus. Saya pun merasakan kebahagiaan yang sangat saat menyaksikan pemandangan tersebut.
Dan keesokan harinya tiba-tiba datang sepucuk surat dari Huzur. Perlahan saya membukanya, satu kebahagian yang tak terhingga ternyata Huzur Atba berkenan memberikan tambahan nama “Jahid Ahmad” di depan nama kecil saya.
Mengenai pentingnya menjalin ikatan dan berkorespondendsi dengan khalifah, seorang utusan Huzur Atba, Tuan Mir Rafiq yang berkunjung ke Indonesia pada bulan Agustus 2016 mengingatkan bahwa kita sebagai ahmadi dianjurkan untuk menulis surat ke Huzur minimal sekali dalam sebulan. Begitu pentingya amanat ini sehingga beliau menyampaikan di awal ceramahnya hampir di setiap masjid atau tempat yang beliau kunjungi. Dengan senantiasa mengutip kesan Hadhrat Khalifah tentang maqam surat-surat yang ditujukan kepada beliau bahwa, “Ini bukan sekedar surat, melainkan jantung hati saya”.
Tuan Mubarak Siddique menuturkan kisah seorang kawannya yang telah melakukan mulaqat cukup lama dengan Huzur. Saat itu kawan beliau berniat memindahkan satu bundel tumpukan surat untuk digunakan sebagai tempat duduk. Ketika ia hendak menjulurkan tangan untuk mengangkat tumpukan surat tersebut, secepat itu pula Huzur menjulurkan tangan beliau lalu bersabda: “Jangan letakan tumpukan surat itu di bawah, tolong letakkan di pinggir dengan hati-hati. Ini bukan sekedar surat, melainkan jantung hati saya”.
Kisah lainnya disampaikan oleh dokter pribadi Huzur Atba. Saat Huzur terbaring karena baru sembuh dari sakit, sebagaimana biasa beliau meletakan meja kecil dan membaca surat demi surat yang telah disiapkan di meja tersebut. Kemudian ada satu surat yang hendak beliau raih namun tangan Huzur tidak sampai.
Pada saat itu ada salah seorang yang kebetulan sedang berada di ruangan Huzur lalu membantu mengambilkannya, tetapi Huzur menolaknya karena staf itu mengambil dan menyerahkannya dengan satu tangan.
Huzur menyuruhnya untuk meletakan kembali dan mengambilnya dengan dua tangan sampai diserahkan kepada Huzur. Dokter pribadi Huzur mengatakan bahwa beliau atba sangat mencintai kalian semua hanya saja karena kalian jauh sehingga tidak merasakannya. Beliau mengatakan: “Sejauh mana kalian mendakwakan telah mencintai Huzur? Kecintaan Huzur kepada kalian beratus-ratus kali lipat diatas itu”.
Dalam sebuah sesi tanya-jawab seorang khudam bertanya kepada Huzur: Huzur! Apakah mungkin seorang ahmadi dapat terjalin hubungannya dengan Khalifah tanpa mengirim surat kepada Huzur?
Huzur bersabda: Sama sekali tidak mungkin, bahkan yang tidak peduli dan tidak mau mengirim surat, saya rasa mereka juga tidak mendoakan saya. Oleh karena itu setiap ahmadi khususnya Waqf Zindegi harus rutin mengirim surat ke saya sekurang-kurangnya satu atau dua kali dalam sebulan. Supaya saya tahu keadaan mereka dan dapat terjalin hubungan yang erat. Saya dulu juga rutin mengirim surat kepada Hadhrat khalifatul Masih Ats-Tsani dan Ats-Tsalits baik itu masalah pribadi maupun tentang pekerjaan.[1]
Dengan menyimak ulasan-ulasan ini, kiranya tumbuh dalam hati setiap Ahmadi suatu gairah kecintaan yang besar kepada Khalifahnya. Dan salah satu corak kecintaan itu adalah dengan senantiasa berkorespondensi atau berkirim surat kepada khalifah-e waqt, yang dengan jalan itu keberkatan dari doa-doa akan senantiasa kita dapatkan.
[1] Sumber: Tutorial Menulis Surat ke Huzur oleh PPMA