By: Rauhun Thayyibah, Markaz – Jawa Barat.
Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari laki-laki dan perempuan; dan Kami telah menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui, Maha Waspada.
(Qs. Al-Hujurat : 14)
Mendengar kata toleransi secara otomatis yang tergambar dibenak kita adalah sikap saling menghargai dan menghormati segala bentuk perbedaan baik sikap, perilaku, tindakan, maupun ucapan. Toleransi merupakan tali pengikat antar individu-individu yang berbeda karakter, budaya, suku, agama, bangsa maupun bahasa. Pelajaran toleransi tidak didapatkan dari teori belaka namun yang paling utama adalah memberikan contoh atau teladan yang akan dijadikan sebagai acuan.
Sejalan dengan ayat 14 dari surah Al-Hujurat di atas Allah Ta’ala sudah menetapkan adanya perbedaan yang menuntut kita harus menumbuhkan sikap toleransi dalam hubungan sesama manusia.
Sikap toleransi tidak begitu saja tumbuh dalam diri kita bila tidak ditanamkan sejak dini. Dan tempat yang paling relevan mulai menanamkan sikap ini adalah di dalam rumah masing-masing. Karena rumah adalah tempat yang paling ideal bagi setiap orang untuk mulai belajar bermasyarakat. Dari keluarga kita belajar berinteraksi, dari keluarga kita memulai belajar saling menghormati dan menghargai perbedaan satu sama lain. Jika dalam keluarga sudah ditanamkan nilai-nilai toleransi yang tinggi maka setiap anggota keluarga pun akan menerapkan nilai-nilai toleransi itu dalam kehidupan bermasyarakat yang lebih luas.
Lalu bagaimanakah menanamkan toleransi dari rumah masing-masing keluarga? berikut beberapa hal yang bisa diaplikasikan dalam keluarga.
Menunjukkan sikap saling mencintai
Menunjukkan cinta dalam keluarga sangatlah penting. Orang tua memiliki peran utama menunjukkan cinta kepada semua anggota keluarga. Di mata orang tua cintanya kepada anak-anak haruslah sama. Cinta yang tulus dan tidak bersyarat. Tidak ada anak yang paling dicintai semua harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang yang sama. Orang tua harus memperlakukan semua anggota keluarga secara istimewa dan kedudukan yang setara bagaimanapun keadaan mereka sehingga bila mereka terjun dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas mereka akan mengaplikasikan hal yang sama seperti apa yang dicontohkan dalam keluarganya.
Membiasakan menghargai perbedaan
Di dalam sebuah keluarga meskipun memiliki darah yang sama namun masing-masing tentunya memiliki pemikiran yang berbeda. Semua anggota keluarga hendaknya diperboleh berpendapat sesuai jalan pikirannya selama itu mengarah pada hal-hal yang positif. Justru dengan adanya perbedaan itu bisa tercipta suatu harmoni yang akan menumbuhkan sikap saling menghargai dan menghormati antar anggota keluarga. Berbeda pendapat bukan berarti tidak saling menyayangi.
Membiasakan mengajak anggota keluarga bermusyawarah
Untuk menyatukan perbedaan pendapat di dalam keluarga hendaknya dibiasakan untuk bermusyawarah. Meskipun orang tua memiliki peranan besar untuk mengatur anak-anak tidak berarti orang tua bersikap memaksakan kehendak. Mengambil keputusan secara sepihak tanpa mempertimbangkan pendapat anggota keluarga akan menimbulkan sikap egois dan sikap ini bisa jadi akan berpengaruh ketika anak-anak bergaul. Dan sebaliknya dengan membiasakan bermusyawarah maka setiap anggota keluarga pun akan mengedepankan sikap menghargai pendapat orang lain yang berbeda pendapat dengannya.
Membiasakan bersikap adil kepada semua anggota keluarga
Tidak membeda-bedakan hak dan kewajiban setiap anak dalam keluarga sangatlah penting. Dalam hal Pendidikan misalnya, Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang sama. Bukan berarti anak yang lebih pandai dianggap lebih pantas bersekolah tinggi dan yang tidak pandai tidak mendapat dukungan. Hal ini akan sangat berpengaruh besar ketika mereka terjun dalam pergaulan. Orang tua harus bersikap adil kepada semua anggota keluarga tanpa terkecuali. Tidak ada anak yang paling istimewa semua anak harus dipandang sama. Bila sikap adil ini benar-benar diterapkan maka orang tua sudah mempersembahkan jiwa2 yang memilki sikap yang bijaksana dalam lingkungan pergaulan yang lebih luas.
Mengajarkan pada anggota keluarga untuk bertoleransi
Dalam sebuah keluarga bisa jadi tidak semua memiliki keyakinan yang sama. Mungkin saja paman, bibi, atau saudara yang lain menganut keyakinan yang berbeda dengan keluarga inti. Di sinilah peran orang tua membimbing anak-anak menghargai perbedaan keyakinan itu. Hindari mendokrin anak-anak bahwa apa yang diyakini yang paling benar dan akan masuk surga. Masalah keyakinan adalah hak antara hamba dan Tuhannya. Demikian pula urusan siapa yang akan masuk surga atau neraka sebaiknya tidak dijadikan alat untuk menakut-nakuti anak dalam berkeyakinan karena ranah ini biarkan menjadi hak prerogratif Allah Ta’ala. Selayaknya anak diajarkan bagaimana dia menjalankan kewajibannya menjadi penganut keyakinannya yang taat tanpa harus membandingkan atau membawa embel-embel siapa yang paling benar atau paling pantas masuk surga.
Menerapkan sikap saling tolong menolong
Begitu pentingnya sikap ini ditanamkan dalam keluarga. Saling perduli satu sama lain antar anggota keluarga, saling menolong ketika kesulitan menimpa sehingga masing-masing anggota keluarga memiliki rasa empaty satu sama lain, berat sama dipikul ringan sama dijinjing. Hal ini akan sangat berpengaruh pada sikapnya ketika ada di lingkungan pergaulannya.
Saling menghargai dan menghormati
Dalam keluarga hendaknya dibiasakan sikap saling menghargai dan menghormati. Yang muda harus menghormati yang tua dan yang tua pun menghargai yang muda. Sikap saling menghormati akan membangun iklim kehidupan yang sopan lagi damai, karena setiap individu akan memahami batas dan haknya satu sama lain.
Demikianlah beberapa hal yang hendaknya kita perhatikan dalam menumbuhkan sikap toleransi di dalam rumah. Rumah yang di dalamnya diterapkan nilai-nilai toleransi akan dipenuhi oleh suasana yang hangat,saling mendukung dan menghargai setiap perbedaan. Anggota keluarga pun akan selalu merasakan rumah adalah tempat kembali dan berkumpul yang paling nyaman serta membahagiakan. Bila anggota keluarga sudah merasakan indahnya toleransi di dalam rumah maka ketika mereka terjun menjadi warga masyarakat merekapun akan menerapkan apa yang telah di dapatkan dalam keluarganya, membangun lingkungan yang baik, saling menghormati dan menghargai satu sama lain.