By: Dina Mahdi, Pulau Numbing – Riau Kepulaun.
Bicara tentang generasi, kita sudah dibayangi dengan pembagian era yang sudah populer terdengar ditelinga masyarakat. Mulai dari generasi yang disebut Baby Boomers atau mereka yang lahir rentang tahun 1944-1946, hingga Gen Z yang lahir antara tahun 1995 sampai 2015.
Dibanding generasi sebelumnya, Gen Z agak berbeda. Gen Z juga dikenal dengan istilah Post-Millennials, Zoomers, iGeneration, Gen Tech, Net Gen, dan Neo-Digital Natives. Bukan tanpa sebab, istilah-istilah ini dipakai berdasarkan fakta di lapangan bahwa anak-anak pada generasi ini lahir ketika internet dan sosial media sudah menjadi trend atau mungkin ‘kebutuhan’ harian.
Fasilitas yang ada ketika Gen Z lahir memang lebih memudahkan generasi ini dalam memperoleh informasi dan belajar. Namun bukan berarti tanpa tantangan. Banyak bahaya dari internet dan sosial media kadang tak terfilter oleh Gen Z, yang akibatnya cukup beragam. Mungkin yang terparah dan saat ini sering dijumpai adalah apa yang kita sebut sebagai krisis moral.
Krisis moral ini menimbulkan begitu banyak ketidak-seimbangan di dalam masyarakat dan menjadi kekhawatiran tersendiri bagi orang tua. Maka solusi yang sangat tepat bagi masalah ini hanya satu, yaitu kembali menempuh jalan Allah, kembali kepada jalan Islam. “Maka, barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan tidak pula mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah : 38)
Membangun karakter islami bisa jadi penawar bagi krisis moral. Apakah membangun karakter sesuatu yang mudah? Jawabannya tentu tidak mudah, tapi bukan berarti tidak bisa diusahakan.
Karakter dapat dibangun seiring seseorang berproses. Untuk membangun karakter islami di era gen z bisa dimulai dengan mengenalkan kepada mereka role model terbaik untuk dijadikan idola dan contoh dalam hidupnya yakni Rasulullah SAW, dimana dalam diri beliau-lah seluruh karakter yang bersesuaian dengan Islam termanifestasikan. Sebagaimana Allah berfirman :
وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (QS. Al Qalam : 4)
Dalam membentuk karakter, Rasulullah Saw menjadikan dirinya suri teladan terlebih dahulu sebelum menuntut umatnya mempraktikkannya. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh para orang tua.
Peran orang tua menjadi faktor yang sangat penting, tugas kita bukan hanya sekedar mengenalkan tapi yang utama kita sendiri memperlihatkan bahwa dalam keseharian, Rasulullah lah yang kita jadikan acuan dalam berperilaku.
Nilai yang ditanamkan Rasulullah dalam setiap kesempatan dalam hidupnya sesegera mungkin harus kita tanamkan juga dalam pribadi anak-anak. Hingga nilai ini menjadi tujuan dalam hidupnya. Tujuan ini akan mempengaruhi tindakan mereka dalam bersikap. Dan tindakan yang dilakukan berulang akan menjadi suatu kebiasaan dan karakter. Jika dalam keseharian kita dan anak-anak telah menjadikan Rasulullah sebagai idola dan contoh dalam menjalani kehidupan akan muncul sikap mental yang mengakar pada jiwa, tampak dalam perilaku yang bersifat natural dan refleks. Dimana anak akan terbiasa mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu apabila Rasulullah melakukannya, juga menjauhi segala sesuatu apabila mengetahui bahwa Rasulullah membenci tindakan itu. Inilah yang disebut sebagai akhlak, obat penawar daripada segala macam penyakit moral.