Bandung – Lajnah Imaillah (LI) Bandung hadiri undangan konferensi pemuka agama se-bandung raya di Grand Tjokro Premium yang berada di jalan Cihampelas Bandung, pada Selasa, 26 April 2022.
Kegiatan yang dinamai Paguneman (Pemuka Agama untuk Toleransi) ini, diinisiasi oleh Jaringan Kerja Antar Umat Beragama (JAKATARUB) dan Institut Nawang Wulan (INW) yang juga didukung oleh Search for Common Ground.
Program Paguneman itu tidak hanya dihadiri oleh Lajnah Imaillah (LI) Bandung, tapi juga hadir peserta dialog lainnya dari komunitas dan lembaga yang ada di Bandung Raya seperti MLKI Jawa Barat, Puanhayati Jawa Barat, Fatimiyyah IJABI, Masyarakat Baha’i Bandung, PGIW Jawa Barat, PERUATI Priangan, GKI Maulana Yusuf, RSCJ – Katolik, MAKIN Bandung, PHDI Bandung
WBI Jawa Barat, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, PW Fatayat Jawa Barat, PW NU Jawa Barat, PW Muhammadiyah Jawa Barat, FKUB Kota Bandung dan FKUB Kabupaten Bandung.
Program Paguneman
dirancang secara keberlanjutan untuk mewadahi perjumpaan para tokoh agama dalam rangka peningkatan kapasitas melalui diskusi terfokus, pelatihan advokasi, serta praktik advokasi terkait toleransi, KBB, dan HAM.
Hal ini dilakukan karena pemuka agama dianggap memiliki posisi yang strategis untuk memberikan informasi yang baik kepada masyarakat, khususnya yang berkenaan dengan toleransi dan
keberagaman. Mengingat intoleransi dan diskriminasi sering muncul dari individu ataupun kelompok keagamaan sebab perbedaan yang ada.
Menurut salah satu perwakilan JAKATARUB, pihaknya selalu mengusahakan untuk membangun ruang perjumpaan yang aman.
“Setiap orang bebas menampilkan identitas dan aspirasinya. Orang seringkali tidak tahu informasi dari pihak kedua, sehingga memunculkan prasangka. Prasangka itu bebas untuk dikaji ulang dan dikonfirmasi. Begitu juga dengan dialog antara sahabat yang bukan sekadar basa-basi formal atau jargon menghormati dari jauh yang tidak berani membicarakan ketimpangan, atau hal sensitif lainnya”, jelasnya.
JAKATARUB dan Institut Nawang Wulan (INW) pun mengatakan bahwa mereka akan terus berkomitmen untuk mempertemukan para tokoh, pemuka agama, dan pengurus lembaga keagamaan dalam rangka membangun dialog yang positif.
Dalam acara tersebut, banyak terjadi dialog yang membahas topik toleransi keberagamaan, HAM dan tanpa permusuhan serta strategi dialog lintas iman yang relevan dengan konteks Bandung
Raya.
Di Bandung Raya sendiri, dari hasil analisis yang dilakukan oleh INW dan JAKATARUB ada empat permasalahan utama yang terjadi, pertama menguatnya prasangka dan ujaran kebencian terhadap minoritas agama, kemudian kurangnya kapasitas kelompok minoritas untuk upaya advokasi, lalu juga terbatasnya ruang dialog setara antara kelompok intoleran dan kelompok korban diskriminasi, dan yang terakhir adalah minimnya perlindungan dan afirmasi untuk minoritas agama dan kelompok rentan.
Sri Mulyani sebagai pengawas di INW mempimpin jalannya diskusi. Ia membantu para peserta memetakan target dan strategi atau pendekatan. Setiap peserta yang hadir pun memberikan masukannya.
Salah satu satu peserta dari LI Bandung, Liana S. Syam menyatakan pendapatnya bahwa peran media sangat penting untuk mengkampanyekan toleransi.
“Peran media sangat penting untuk mengkampanyekan toleransi termasuk di dalamnya pesan perdamaian, cinta, kasih sayang dan persaudaraan. Karena media merupakan sumber informasi yang powerful untuk menyampaikan pesan dan edukasi”, ucapnya.
Ia juga berharap agar setiap komunitas dapat berkolaborasi untuk mewujudkan toleransi melalui kegiatan-kegiatan yang terus mengkampenyakan toleransi dan kemudian diangkat ke media.
Dari hasil diskusi, strategi atau pendekatan yang dilakukan antara lain: Memberikan perlindungan keamanan pada pembela HAM, Melakukan peningkatan kapasitas terhadap advokasi, Memiliki strategi kampanye, data base dan juga pemantauan, Memperkuat konsolidasi di komunitas, Membuat media kampanye narasi perdamaian dengan penulisan yang simple dan bahasa yang mudah dipahami, Melakukan pendekatan kultural kepada tokoh-tokoh kunci di masyarakat dan pemerintahan, Menguatkan data base bekerjasama dengan akademisi, Membuat pendekatan yang terupdate dan terkonsolidasi terhadap kebebasan beragama dan berkeyakinan (KBB), Melakukan pemantauan reguler terhadap kebijakan, Melakukan pemantauan implementasi kebijakan terhadap KBB di tingkat nasional, Melakukan dialog dengan pihak sekolah terhadap kasus diskriminasi dan kebijakan kondusif, Melakukan edukasi regulasi, Uji kompetensi/ peningkatan kesadaran terhadap wawasan kebangsaan, dan Membangun ruang perjumpaan antar agama juga etnis.
Panitia berharap, dengan diadakan kegiatan ini dapat meningkatkan kapasitas dan peran pemuka agama, untuk menjembatani usaha advokasi kolektif yang mendukung toleransi, dan pelindungan hak asasi manusia serta tanpa permusuhan.
Wawan Gunawan, selaku Ketua INW, pun menyampaikam bahwa program paguneman akan hadir secara keberlanjutan selama dua tahun ke depan untuk advokasi isu toleransi dan keberagaman di Bandung Raya.
Kontributor: Liana S. Syam
Editor: Hajar Ummu Fatikh