Oleh: Mln. Muhammad Jaelani
Di dalam kitab kitab hadis terdapat banyak nubuatan atau kabar ghaib dari Nabi Muhammad saw khususnya tentang keadaan di akhir jaman. Salah satunya nubuatan tetang ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan ada dua macam, yaitu ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan duniawi.
Dalam hal ilmu pengetahuan duniawi di dalam nubuatan itu akan mengalami kemajuan. Tapi ilmu pengetahuan agama mengalami kemunduran.Yurfa’ul ‘ilmu wayuzharul jahlu, Ilmu akan lenyap dan kejahilan akan nampak.
Tidak hanya ilmu saja yang lenyap tapi juga keimanan telah terbang ke bintang Tsuraya. Padahal ilmu agama dan keimanan merupakan satu kesatuan yang mengalirkan mata air ketakwaan dan ma’rifat Ilahi.
Agar umat Islam tidak binasa maka Allah Ta’ala membangkitkan seseorang yang begitu larut dalam kecintaan kepada Allah dan Nabi Muhammad saw yaitu Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as dari Qadian sebagai Imam Mahdi dan Almasih Mau’ud yang akan membagi-bagikan harta yakni khazanah keilmuwan keruhanian dan mengambil kembali keimanan dari bintang Tsuraya.
Ketika para ahli filsafat membangga banggakan kemampuan berfikirnya dan menjadikan akalnya semata sebagai sarana untuk mengukur kebenaran. Hazrat Ahmad as mengemukakan bahwa kebenaran bisa didapatkan tidak hanya dengan akal fikiran semata tapi juga dibarengi dengan wahyu dari Allah swt. Pengetauan yang lahir dari akal fikiran saja layaknya tanah yang gersang. Berbeda dengan pengetahuan hasil dari akal fikiran dan wahyu Ilahi, bagaikan tanah yang disirami air.
Hazrat Ahmad as mendeskripsikan bahwa, ru’ya atau mimpi yang benar, kasyaf atau penglihatan ghaib dan ilham kesemuanya adalah bentuk wahyu. Hanya kadarnya saja yang berbeda, seperti mata uang; ada seribuan, lima ribuan, lima puluh ribuan dan seratus ribuan. Semuanya adalah uang yang kadarnya berbeda. Wahyu syari’at sudah final, dengan diturunkannya Al-Qur’anul Karim, tidak akan ada lagi wahyu syari’at, sudah tertutup. Al-Qur’an merupakan wahyu dalam kadar paling tinggi.
Secara umum memahami bahwa wahyu otentik dengan bidang keagamaan. Menurut Hazrat Mirza Tahir Ahmad rh Khalifatul Masih IV ada banyak kasus otentik tentang wahyu yang terdapat di luar bidang keagamaan. Sebagai contoh para ilmuwan.
Pada tahun 1865 seorang ahli kimia Jerman, Freidrich August Kekule, sedang berusaha keras mencoba memecahkan sebuah problem di bidang kimia yang telah membingungkan para peneliti. Suatu malam ia bermimpi melihat seekor ular melingkar sambil menggigit ekornya sendiri di mulutnya.
Mimpi ini langsung membuka fikirannya ke arah solusi pertanyaan yang selama ini membingungkannya. Melalui mimpi tersebut terurailah rahasia perilaku molekul pada beberapa senyawa organik, sebuah temuan yang telah menciptakan revolusi dalam pemahaman kimia organik. Ia menafsirkan mimpinya yakni dalam molekul Benzena, atom-atom karbon mengikat diri secara bersama-sama membentuk sebuah struktrur cincin.
Pengetahuan ini kemudian melahirkan lompatan penelitian baru di bidang kimia organik sintetik dan kemudian mengalami kemajuan pesat dengan menghasilkan banyak sekali bentuk material sintetik baru.
Elias Howe adalah orang pertama yang melakukan mekanisasi pada proses industri penjahitan. Ia juga memperoleh jawaban melalui mimpi atas sebuah problema yang telah lama menjadikannya frustrasi.
Dalam mimpinya ia melihat dirinya dikelilingi oleh orang-orang liar yang mengancam akan membunuhnya kecuali ia bisa membuatkan sebuah mesin jahit untuk mereka. Karena tidak bisa memenuhi, lalu ia diikat pada sebuah pohon dan orang-orang liar itu mulai menyerang dirinya dengan anak panah dan lembing.
Ia terpesona ketika melihat pada ujung lembing lembing itu terdapat lubang-lubang tali. Ketika terjaga, ia segera menemukan solusi yang menuntunnya untuk membuat sebuah prototype mesin jahit yang telah merevolusi industri konveksi pakaian jadi secara dramatis.
Melalui mimpinya itu ia memahami bahwa ia harus memberikan lubang benang pada setiap jarum jahit mesinnya. Sungguh suatu revolusi yang dicetuskan oleh sebuah wahyu.
Melalui penjelasan di atas menjadi jelas bahwa, dalam kemajuan di bidang selain keagamaan pun memerlukan sebuah ru’yatul shalihah mimpi yang benar yang merupakan bagian dari wahyu Ilahi. Apalagi untuk kemajuan di bidang keagamaan.
Pendiri Jemaat Ahmadiyah Hazrat Mirza Ghulam Ahmad as telah mendakwakan diri mendapatkan wahyu dari Allah Ta’ala sebagai Imam Mahdi dan Masih Mau’ud dan setiap kali beliau mendapatkan wahyu Ilahi baik itu berupa ru’yatul shalihah, Kasyaf dan Ilham senantiasa dituliskan dalam surat kabar pada waktu itu. Kemudian di masa kepemimpinan Hazrat Khalifatul Masih II ra dikompilasikan menjadi sebuah buku dengan judul Tazkirah.
Dalam sesi acara Hazrat Khalifatul Masih V atba dan Waqf e Nou ada salah seorang peserta acara bertanya kepada Huzur tentang bagaimana turunnya wahyu kepada seseorang dana bagaimana pengaruhnya. Huzur atba menjelaskan bahwa mula-mula wahyu turun kepada manusia mempengaruhi hati kemudian akan mempengaruhi fikiran dan setelah itu akan mempengaruhi tubuhnya keseluruhan.