Oleh: Mln. Iman Mubarak Ahmad
Hadhrat Nabi Muhammad Rasulullah S.A.W. memiliki Sahabat-Sahabat yang begitu istimewa sehingga Allah Ta’ala ridho kepada mereka dan mereka pun ridho atas apapun yang telah diputuskan oleh Allah Ta’ala untuk mereka (rodhiyallaahu ‘anhum wa rodhuu ‘anhu).
Di antara para Sahabat Nabi Muhammad S.A.W. terdapat 4 (empat) Sahabat mulia yang juga menjadi para khalifah sepeninggal Hadhrat Nabi Muhammad Rasulullah S.A.W., yaitu Hadhrat Abu Bakar Shiddiq r.a., Hadhrat Umar bin Khattab r.a., Hadhrat Utsman bin Affan r.a. dan Hadhrat Ali bin Abi Thalib r.a.
Berkenaan dengan 4 (empat) Sahabat Nabi S.A.W. tersebut, Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad As (Pendiri Jamaah Muslim Ahmadiyah) telah menjelaskan:
“Aku mengetahui bahwa tidak ada orang yang dapat menjadi Mukmin dan Muslim sejati, sebelum timbul dalam dirinya warna seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali ridwaanallaahu ‘alaihim ajma’iin. Mereka tidak mencintai dunia, justru mereka mewakafkan kehidupan mereka di jalan Allah Ta’ala.” (Pidato Ludhiana, hal.68)
Berikut adalah Kisah Teladan Empat Sahabat Nabi S.A.W. yang dikutip dari penjelasan Hadhrat Mirza Masroor Ahmad a.t.b.a. (Khalifah / Imam Jamaah Muslim Ahmadiyah) pada Khutbah Jum’at yang beliau sampaikan di Masjid Baitul Futuh (London, UK) tanggal 15 Desember 2017.
1. Hadhrat Abu Bakar r.a.
Pernah satu ketika Hadhrat Abu Bakar r.a. berselisih pendapat dengan Hadhrat Umar r.a.. Mereka berdua berdebat cukup lama sampai-sampai nada suara mereka berdua meninggi karena kemarahan. Hadhrat Umar r.a. marah dan berbalik meninggalkan perdebatan itu. Selang beberapa lama setelah perdebatan itu berakhir, Hadhrat Abu Bakar r.a. mendatangi Hadhrat Umar r.a. dan meminta maaf karena dalam perdebatan tersebut, beliau menggunakan kata-kata yang keras dan nada suara tinggi. Tapi, Hadhrat Umar r.a. menolak permintaan maaf tersebut.
Hadhrat Abu Bakar r.a. akhirnya pergi menghadap Hadhrat Rasulullah S.A.W. menceritakan semua kejadian tersebut. Beliau r.a. berkata, “Wahai Rasulullah, antara saya dan putra Khattab terjadi perselisihan, saya pun segera mendatanginya untuk meminta maaf, saya memohon kepadanya agar memaafkan saya namun beliau enggan memaafkan saya, karena itu saya datang menghadap engkau sekarang.”
Lalu Nabi S.A.W. bersabda, “Semoga Allah mengampuni engkau wahai Abu Bakar” sebanyak tiga kali. Sementara itu Hadhrat Umar r.a. mulai merasa menyesal dan malu serta menyadari kesalahannya. Hadhrat Umar r.a. pun bergegas pergi ke rumah Hadhrat Abu Bakar r.a. untuk meminta maaf. Sesampainya disana, Hadhrat Umar r.a. tidak menemukan Hadhrat Abu Bakar r.a. di rumah tersebut. Hadhrat Umar r.a. pun akhirnya pergi menghadap Hadhrat Rasulullah S.A.W.
Ketika Hadhrat Rasulullah S.A.W. melihat Hadhrat Umar r.a., wajah Hadhrat Rasulullah S.A.W. memerah karena ketidaksukaan dan kemarahan Hadhrat Rasulullah S.A.W. kepada Hadhrat Umar r.a.
Melihat perubahan wajah Hadhrat Rasulullah S.A.W., Hadhrat Abu Bakar r.a. merasa kasihan kepada Hadhrat Umar r.a. dan memohon sambil duduk di atas kedua lututnya, “Wahai Rasulullah, Demi Allah sebenarnya saya-lah yang bersalah. Maafkanlah Umar!”
2. Hadhrat Umar r.a.
Satu ketika ada seseorang berkata kepada Hadhrat Umar r.a. bahwa beliau r.a. itu lebih baik daripada Hadhrat Abu Bakar r.a. Hadhrat Umar r.a. pun geram sambil menangis menjawab, “Demi Allah, malam dan siangnya Abu Bakar r.a. itu lebih baik daripada seluruh kehidupan Umar dan anak-anaknya.”
Lalu Hadhrat Umar r.a. berkata, “Maukah saya beritahukan bagaimana malam dan siang hari Abu Bakar tersebut?” Orang itu berkata, “Ya, terangkanlah, wahai Amirul Mukminin!”
Hadhrat Umar r.a. berkata, “Malamnya Abu Bakar adalah ketika Rasulullah S.A.W. hijrah pada malam hari dan Abu Bakar menemani Rasulullah S.A.W. Siangnya adalah tatkala Rasulullah S.A.W. wafat, dan orang-orang Arab meninggalkan sholat serta menolak bayar zakat.
Pada saat itu,bertentangan dengan nasihat saya, Abu Bakar memutuskan untuk melakukan jihad dan Allah Ta’ala menganugerahinya kesuksesan. Hal itu membuktikan tindakan Abu Bakar itu benar.”
3. Hadhrat Utsman r.a.
Hadhrat Aisyah r.a. menceritakan bahwa Hadhrat Utsman r.a. merupakan orang yang sangat dalam menyambung tali silaturrahim dan penyayang daripada siapapun dan juga paling takut pada Allah Ta’ala.
Ketika Masjid Nabawi diperluas, Hadhrat Rasulullah S.A.W. bersabda tentang rumah-rumah yang terkena perluasan Masjid tersebut dan rumah-rumah itu perlu dibeli. Seketika itu Hadhrat Utsman r.a. melangkah maju dan mengajukan diri untuk membeli rumah-rumah tersebut, lalu menyerahkan 15.000 Dirham guna membeli area tersebut.
Lalu, satu peristiwa pernah orang-orang Islam menghadapi kekurangan air. Hanya ada satu sumur milik orang Yahudi, namun sulit untuk mendapatkan air dari sana. Hadhrat Utsman r.a. pun membeli sumur itu dengan harga berapapun yang ditetapkan orang Yahudi, kemudian Hadhrat Utsman r.a. pun mengatur persediaan air tersebut untuk Kaum Muslimin.
4. Hadhrat Ali r.a. Pernah satu kali Amir Muawiyah meminta seorang Sahabat Hadhrat Ali r.a., yaitu Dhirar ibn Dhamrah Al-Kanani untuk menggambarkan sifat Hadhrat Ali bin Abi Thalib r.a., “Wahai Dhirar, uraikanlah sifat-sifat Ali kepada saya!” Orang itu berkata, “Wahai Amirul Mukminin, Maafkan saya. Benarkah anda mau mendengarkan apa yang harus saya katakan tentang Hadhrat Ali r.a.?”
Orang itu berkata demikian karena antara Hadhrat Muawiyah dengan Hadhrat Ali r.a. terdapat pertentangan.
Muawiyah menjawab, “Ya, ceritakanlah sifat-sifatnya.”
Lalu, Dhirar ibn Dhamrah Al-Kanani berkata:
“Jika memang itu yang anda inginkan, maka dengarkanlah! Demi Allah, Beliau memiliki asa nan tinggi dan kekuatan sangat kokoh. Beliau berbicara dengan tegas dan memutuskan masalah dengan adil. Sumber mata air ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan mengalir pada diri beliau. Beliau sangat takut akan dunia dan kemegahannya.
Beliau suka mengasingkan diri di malam hari, yaitu beliau pada malam hari lebih suka beribadah daripada memuaskan dirinya dengan hal-hal duniawi. Beliau amat sering menangis dan merenungkan banyak hal untuk waktu yang lama.
Beliau menjalani kehidupan yang sangat sederhana.
Ketika berada di tengah kami, beliau tak ubahnya seperti kami.
Beliau menyayangi kami.
Jika kami meminta sesuatu kepada beliau, akan beliau kabulkan.
Dan jika kami mengundang beliau, beliau pasti datang.
Beliau selalu mendekat kepada kami dan mendekatkan diri kami kepada beliau.
Demi Allah, kami mencintai dan dekat dengan beliau.
Meski demikian, karena kewibawaan beliau, didepan beliau kami tidak berani berbicara terbuka dan menghentikan apapun kata-kata beliau.
Beliau menghormati para agamawan dan memberi perlindungan kepada orang-orang miskin.
Tak ada orang kuat (kaya) yang zalim dapat berkutik dihadapannya. Namun, tak ada orang lemah yang putus asa akan keadilannya.
Inilah pendapat saya mengenai keistimewaan beliau.”
Setelah selesai mendengarnya, Muawiyah berkata, “Anda benar.” Muawiyah pun menangis.
Demikianlah kisah teladan 4 (empat) Sahabat Nabi S.A.W. yang mana keempatnya telah dijanjikan oleh Hadhrat Nabi Muhammad Rasulullah S.A.W. akan masuk ke dalam Surga Keridhoan Allah S.W.T.