Celoteh renyah anak-anak mewarnai ruang kelas. Kali ini, mereka bukan sekadar duduk-diam dan mendengarkan arahan guru. Banyak karya terpajang di meja. Patung dan goresan warna di kertas putih menampilkan kreativitas anak bangsa yang merdeka.
Barra, Talha, Nazir, Nofal dan Kevin, adalah siswa SD Negeri 2 Tenjowaringin yang pagi itu sangat gembira menuangkan kreasinya menjadi sebuah patung. Mungkin bukan patung dengan pahatan detail layaknya karya kelas atas. Namun, imajinasi mereka telah berhasil tertuang dengan bebas.
Bukan hanya satu, tapi ada kelompok kedua yang dipimpin oleh Tsani. Bersama Siti, Rido, Meymey dan Ainun, sebuah karya yang tak kalah menarik telah lahir dari jari-jari mungil mereka. Patung kecil hijau-kuning yang mengisyaratkan seorang penari, lagi-lagi memberi sindiran pada orang dewasa bahwa anak-anak pun boleh tampil percaya diri.
Tak berhenti di sana. Nasir Ahmad, memberikan interpretasi berbeda tentang wujud karya. Ia tampil sebagai individu yang ingin berbicara lewat goresan warna. Alhasil, kreativitasnya membuahkan gambar yang bercerita.
Berbicara tentang merdeka dan berkarya, barangkali kita lebih merasa malas, alih-alih takut. Media dan rezim sedang berseteru dengan boleh atau tidaknya menuangkan karya, jika didalamnya tersirat makna mengkritisi pejabat negara.
Tapi di balik itu semua, mari kita lihat kepolosan anak-anak bangsa yang tak pernah peduli pada perdebatan orang dewasa. Bagi mereka, semua yang ada di kepala boleh diucapkan. Semua yang ada di dalam imajinasi mereka pun sangat pantas untuk diwujudkan.
Anak-anak tak pernah peduli pada bagus atau tidak. Mereka hanya memikirkan cara untuk bisa segera memenuhi kewajibannya. Dalam hal ini, sebagai siswa. Apa yang didengar, adalah hal yang harus segera diterjemahkan secara kreatif dan segera diwujudkan tanpa berlama-lama.
Andai saja, orang dewasa juga hidup dengan pikiran sesantai mereka. Fokus pada cita-cita, bebas menerjemahkan makna, dan bersegera mewujudkan karya.
Tak berbeda dengan anak didiknya, sang wali kelas pun mengedepankan kebahagiaan siswa alih-alih sekadar penerapan kurikulum belaka. Ibu Kurniati Gusti, sang wali kelas, mengutarakan rasa senangnya melihat siswa yang bebas berkespresi, berkarya, dan mewujudkan apa yang diinginkannya.
“Saya sangat senang siswa dapat mengimplementasikan profil pelajar Pancasila. Nilai-nilai pancasila juga bisa tertuang dalam sebuah karya pada kehidupan sehari hari.” pungkasnya.
Siswa kelas V SDN 2 Tenjowaringin, telah memberi kita pelajaran. Bahwa merdeka tidak terbatas pada perjuangan bersimbah darah dan berdiri gagah. Namun mampu mewujudkan sebuah karya dari sekecil kemampuan yang kita punya, adalah merdeka yang sebenarnya.
Penutur: Kurniati Gusti, S.Pd (Wali Kelas V SDN 2 Tenjowaringin)
Dinarasikan oleh: Rahma Roshadi