Oleh: Maulana Hendra Muslich
Dalam Al-Quran Allah Ta’ala menyampaikan berkaitan dengan kedatangan Nabi dan Rasul. Setiap umat, di kalangan mereka Allah utus Nabi dan Rasul bagi mereka. Tujuannya adalah untuk membimbing mereka mengenal Tuhannya. Dari sejak Nabi Adam a.s. sampai Nabi Muhammad s.a.w., bahkan Imam Mahdi a.s. di zaman akhir ini.
Namun, sangat disayangkan, setiap datang kepada mereka seorang Rasul yang membawa ajaran yang tidak sesuai dengan hawa nafsu mereka, sebagian mereka dustakan dan sebagian mereka bunuh (QS Al-Baqarah: 87).
Jadi ketika datang utusan Allah Taala, mereka tidak disambut dengan meriah. Tidak dieluk elukan dan dikalungi bunga oleh kaumnya. Bahkan sebaliknya kedatangannya dipandang dengan penuh kecurigaan.
Kebanyakan yang menjadi penentang para Nabi dan Rasul adalah orang orang yang terpandang di kalangan mereka. Mereka menjadi yang terdepan menentang kedatangannya. Bahkan berusaha mempengaruhi masyarakatnya untuk ikut-ikutan menolak dan melawan Nabi dan Rasul tersebut.
Beberapa Ayat dalam Al-Quran yang melukiskan bagaimana itu terjadi”
Sungguh Kami telah meng-utus Nuh kepada kaumnya, lalu ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu kecuali Dia.
Sesungguhnya aku takut kamu akan ditimpa azab Hari yang besar.Pemuka-pemuka kaumnya berkata, “Sesungguhnya kami me-lihat engkau berada di dalam kesesatan yang nyata” (QS 7/Al-A’raf: 59-60).
Mereka berkata, “Sekira-nya engkau tidak berhenti, hai Nuh, niscaya engkau yang akan dirajam” (QS 26/Asy-Syu’ara’: 117).
Lalu berkata pemuka-pemuka yang ingkar dari antara kaumnya, “Kami tidak menganggap engkau melainkan seorang manusia seperti kami kami tidak melihat mereka yang mengikuti engkau melainkan orang-orang yang secara sekilas adalah paling hina di antara kami. Dan kami tidak lihat pada dirimu suatu kelebihan atas kami; bahkan kami yakin bahwa kamu adalah pendusta.l” (QS 11/Hud: 28).
Ia berkata, “Hai kaumku, sembahlah Allah; tidak ada Tuhan bagimu kecuali Dia. Lalu mengapakah kamu tidak mau bertakwa? (QS 7/Al-A’raf: 66).
Pemuka-pemuka yang ingkar dari kaumnya berkata, ”Sesungguhnya kami melihat engkau berada dalam kebodohan, dan sesungguhnya kami menganggap engkau termasuk di antara para pendusta” (QS 7/Al-A’raf: 67).
Dan kepada mereka Kami utus saudara mereka, Shaleh Ia berkata, “Hai kaumku sembahlah Allah, tidak ada Tuhan bagimu selain Dia. Sungguh telah datang kepadamu satu bukti yang nyata dari Tuhanmu, ini adalah unta betina Allah, suatu tanda bagimu, maka biarkanlah ia makan di bumi Allah dan janganlah kamu menyakitinya, kalau itu dilakukan maka azab yang pedih akan menimpamu” (QS 7/Al-A’raf: 74)
Lalu mereka memotong urat keting kaki unta betina itu dan membangkang terhadap perintah Tuhan mereka, dan berkata, “Hai Shaleh! Datangkanlah kepada kami apa yang engkau ancamkan kepada kami itu, jika engkau memang termasuk orang-orang yang diutus” (QS 7/Al-A’raf: 78).
Pemuka-pemuka sombong dari kaumnya berkata, “Hai Syu’aib, yang niscaya kami akan mengusir engkau, dan juga orang-orang yang telah beriman beserta engkau dari kota kami, atau kamu harus kembali ke dalam agama kami.” Ia berkata, “ Apakah kamu akan mengusir kami walaupun kami tidak suka? (QS 7/Al-A’raf: 89).
Begitu banyak ayat ayat Al-Quran yang menyampaikan bagaimana umat umat terdahulu mendustakan para Nabi dan Rasul. Bahkan bisa kita simak bagaimana dalam Ayat lainnya yang menggambarkan penolakan terhadap Nabi Musa a.s..
Kemudian sesudah mereka Kami utus Musa dengan tanda-tanda Kami kepada Fir’aun dan pemuka-pemukanya, tetapi mereka berlaku aniaya terhadap tanda-tanda itu. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang berbuat kerusuhan!(QS 7/Al-A’raf: 104).
Fir’aun berkata, “Meng-apa kamu beriman kepadanya sebelum kamu aku beri izin? Sesungguhnya ini adalah siasat yang kamu telah rancang dalam kota ini, supaya kamu dapat mengusir penduduknya dari kota ini, maka kamu segera akan mengetahui akibatnya (QS 7/Al-A’raf: 124).
Begitu juga dengan Nabi nabi lain termasuk Nabi Ibrahim a.s. bahkan Rasulullah s.a.w. pun tidak luput dari penolakan kaumnya. Bahkan tidak hanya menolak, bahkan mencaci, menghina, menganiaya bahkan mengusir dari tanah kelahiran beliau s.a.w.. Bahkan beliau pun hendak dibunuhnya.
Allah Taala sampaikan:“Ah, sayang bagi hamba-hamba-Ku, tidak pernah datang kepada mereka seorang rasul melainkan mereka senantiasa mencemoohkannya (QS 36/Ya Sin: 31).
Jadi tidak aneh , jika di akhir zaman ini datang Hazrat Imam Mahdi a.s. sebagai Masih dan Mahdi yang Dijanjikan kedatangannya tidak serta-merta diterima pendakwaannya. Malah ditentang, ditolak dan dianggap kafir, dajjal dan sebagainya. Bahkan dikatakan sebagai orang gila. Persis seperti yang dialami oleh para Nabi dan Rasul sebelumnya.
Itulah fenomena yang terjadi yang didokumentasikan Allah Ta’ala dalam Al-Quran supaya menjadi pelajaran bagi kita di zaman sekarang agar tidak mengikuti kaum terdahulu yang menolak utusan Allah Taala. Ada Nabi dan Rasul yang palsu, tentunya kalau ada yang palsu pasti ada yang asli yang memang benar dari Allah Taala.