Oleh : Mln. Saefullah A.Farouk
Sebuah Riset Tentang Khasiat Do’a
Seorang ahli bedah jantung dari Duke University Medical Center, North Carolina, Amerika Serikat, Mark Snyder, melakukan sebuah riset tentang khasiat doa terhadap kesehatan. Dia merekrut 150 pasien bedah jantung yang terbagi dalam tiga kelompok.
Pertama, grup yang menjalani terapi pijat guna memulihkan kondisi pasca operasi. Grup kedua melakukan fisioterapi. Sedangkan kelompok ketiga tak menjalani terapi apapun selain selain didoakan tiap hari sekali oleh tim dokter. Ternyata seperti dilaporkan WLWT Health Tim 5’s, awal bulan lalu, kemajuan paling pesat justru terjadi pada grup pasien yang “hanya” mendapatkan guyuran do’a.
Sementara itu, di belahan dunia lain, Rogerio Lobo, ahli kandungan dari Universitas Columbia, New York, juga berupaya membuktikan khasiat doa. Sepanjang dua tahun, Lobo mengamati 199 pasien perempuan yang sedang menjalani proses pembuahan bayi tabung (in vitro) di sebuah Rumah Sakit di Seoul, Korea Selatan.
Lobo mengirimkan foto sebagian responden itu kepada sekelompok Jemaah Kristiani di Kanada, Australia, dan Amerika Serikat. Grup Jemaah ini rutin mendoakan responden dari jarak jauh tanpa sepengetahuan responden tersebut. Hasilnya, tingkat keberhasilan kehamilan responden yang didoakan dua kali lipat ketimbang rekan mereka yang tak didoakan. (Majalah TEMPO, 30 Desember 2001).
Artikel di atas membangkitkan kembali keimanan kita sebagai seorang muslim untuk lebih meyakini kebenaran firman Allah Swt, Alquran, yang turun kepada Hadhrat Rasulullah Saw 15 abad yang lalu.
Islam sebagai tuntunan hidup yang paling sempurna telah mengajarkan kepada kita, bahkan lebih jauh lagi memerintahkan kepada kita untuk senantiasa memanjatkan doa. Doa kita panjatkan untuk segala hajat yang kita miliki supaya diberikan kelancaran.
Allah Swt berfirman:
فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ
“……………….maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS:2:186)
Mengenai Asbabun Nuzul ayat ini, ada tiga riwayat yang dapat kita telusuri;
a. Ayat ini sebagai jawaban atas pertanyaan seorang Arab Badui: “Apakah Tuhan kita itu dekat, sehingga kami dapat munajat / memohon kepada-Nya atau jauh, sehingga kami harus menyeru-Nya ?, Nabi Saw terdiam hingga turunlah ayat ini. (Riwayat Ibnu Jarir, Hatim, dll)
b. Ayat ini sebagai jawaban atas pertanyaan beberapa sahabat, yang bertanya kepada Nabi Saw: “Dimanakah Tuhan (Rabb) kita ? (HR. Abdurrazaq dari Al-Hasan)
c. ….. Berkenaan dengan sabda Hadhrat Rasulullah Saw: “Janganlah kalian berkecil hati dalam berdoa, karena Allah Swt telah berfirman: Ud’uunii astajib lakum (Al-Mukmin: 60). Berkatalah salah seorang di antara mereka, “Ya Rasulullah, apakah Tuhan mendengar doa kita atau bagaimana ? (HR.Ibnu ‘Asakir dari Ali ra.)
Apakah Doa itu ?
Doa adalah suatu hubungan timbal balik antara Tuhan dengan hamba-Nya yang patuh. Tahap pertama, rahmat dan karunia Allah Swt menarik seorang hamba ke arah-Nya yang bersifat Rahman. Kemudian rasa terima kasih dan syukur akan anugerah, karunia serta rahmat-Nya menarik dia lebih dekat kepada Allah Swt dan Tuhan menarik ke arah-Nya.
Dalam doa keadaan hubungan semacam ini mencapai tahap sedemikian rupa sehingga menimbulkan pengaruh yang luar biasa. Misalnya, seseorang yang berada dalam kesulitan yang hebat. Dengan penuh keyakinan, penuh pengharapan, penuh kecintaan, penuh kesetiaan, dan dengan penuh usaha menghadapkan diri ke hadirat Allah Swt dan menjatuhkan diri di haribaan-Nya.
Selanjutnya, ia akan mencapai kesadaran yang luar biasa, kesadaran yang akan menembus tabir-tabir kegelapan, kemalasan, dan kelengahan, terus ia menuju medan kefanaan diri dan akhirnya sampai ke haribaan Ilahi, Tuhan yang tidak mempunyai sekutu. Jiwanya rebah di hadapan singgasana Allah Swt.
Selanjutnya, kemampuan untuk menyerap Ilahi yang terkandung dalam dirinyalah menarik rahmat serta karunia-Nya. Dalam keadaan yang demikian Allah Yang Maha Kuasa berpaling ke arahnya dan berkenan mengabulkan doa-doanya. Barulah doa akan menampakkan khasiatnya.
Bagaimana Doa Bekerja ?
Menurut Professor Dadang Hawari, psikiater kenamaan yang berkecimpung dalam pengobatan pecandu narkoba, pengobatan spiritual (doa) bisa dijelaskan dengan pendekatan ilmu psiko-neuro-imunologi, Komunikasi spiritual dengan Tuhan—termasuk zikir, mediatasi, yoga, dan cara-cara berdoa dalam agama plus kepercayaan yang lain—bekerja mempengaruhi sistem saraf dan hormonal.
Rangkaian kalimat teduh yang diucapkan berulang-ulang menurunkan produksi adrenalin alias hormon pemicu stres. Sebaliknya, produksi epinefrin atau hormon penangkal stres meningkat. Jantung pun bekerja lebih lancar, darah mengalir mulus ke seluruh tubuh, dan tekanan darah menuju normal. Walhasil, sistem kekebalan meningkat sehingga tubuh berpeluang melawan penyakit.
Ilmuwan yang lain, Herbert Benson, dari Harvard Medical School, selama tiga puluh tahun mengamati efek mediasi (doa) pada pasien yang berobat di The Mind Body Medical Institute. Dia menyimpulkan bahwa meditasi (doa) mengaktifkan bagian otak yang mengatur kesadaran diri, waktu, dan lingkungan sekitar.
Meditasi (doa) juga mengaktifkan bagian tengah otak, disebut sistem limbic, yang memegang komando keseimbangan emosi psikologis, saraf otonom, irama jantung, dan tekanan darah. Nah, dengan aktifnya sistem limbic, metabolisme tubuh secara total juga bergerak menuju keseimbangan dan mewujudkan kesembuhan.
Benson mengakui, tak semua orang bisa menerima penjelasan pengobatan spiritual itu. Karena itu Benson menawarkan dua sudut pandang yang mungkin. Bagi orang yang nonreligius, semua hal itu semata-mata bagian dari proses sel-sel otak. Sedangkan bagi orang yang religius, semua itu datang dari Tuhan.
Sedangkan dalam pandangan Islam, Pendiri Jemaat Ahmadiyah, Hadhrat Mirza Ghulam As menjelaskan, pengaruh doa yang pertama ialah Allah Swt menggerakkan sarana-sarana yang akan menjadi penyebab untuk tercapainya suatu tujuan.
Misalnya, jika ia berdoa untuk minta hujan, bersesuaian dengan terkabulnya doa itu Allah Swt akan menjadikan suatu sebab alami supaya hujan turun (seperti angin, awan, dll). Bila doa itu untuk kelaparan, maka Tuhan akan menciptakan sebab-sebab alami yang diperlukan untuk menimbulkan kelaparan. Misalnya, bencana alam, serangan hama, musim kemarau panjang dan lain-lain.
Orang-orang suci yang mempunyai pengalaman rohani semacam itu telah membuktikan bahwa dalam doa yang sempurna terkandung suatu daya menciptakan, yakni dengan seizin Allah Swt doa itu menggerakkan benda-benda kasar, seperti dalam dunia rohani.
Benda-benda kasar—seperti air, api, udara, bumi, bahkan alam samawi, hati serta kehendak manusia dapat dipengaruhi dan digerakkan ke arah yang dikehendaki-Nya. Tidak kurang contoh-contoh semacam itu terdapat di dalam kitab-kitab suci.
Apa yang dikatakan mukjizat-mukjizat semata-mata contoh dari pengabulan doa. Ribuan mukjizat para nabi dan wali yang disaksikan sejak dahulu kala sampai sekarang merupakan contoh yang hidup dari pengabulan doa.
Satu hal ajaib yang telah terjadi di padang pasir tanah Arab yang gersang ialah ratusan ribu manusia yang mati telah hidup kembali dalam waktu yang pendek. Mereka telah benar-benar mati rohaninya dari generasi ke generasi, berubah menjadi orang-orang berakhlak, suci dan saleh. Yang buta mulai melihat, yang tuli dan bisu mulai menerangkan kebenaran-kebenaran Ilahi sekali lagi di dunia.
Revolusi rohani yang kehebatannya seperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya. Tidak pernah mata melihatnya dan tidak pernah telinga mendengarnya. Apakah penyebab kesemuanya itu? Penyebab kesemuanya itu tak lain adalah doa di malam gelap gulita dari seorang fanafillah yang menggemparkan seluruh dunia, doa-doa yang mengguncangkan ‘Arasy Ilahi dan mengakibatkan revolusi yang begitu hebat. Sehingga tidak seorangpun bisa menghubungkannya dengan seorang yang ummi dan (dilakukan) seorang diri seperti Hadhrat Rasulullah Saw.