By: Mln. Dudi Abdul Hamid, Salatiga-Jateng.
Bagai sebatang pohon yang rimbun, akarnya kokoh kuat menghujam bumi, cabang-cabangnya menjulang tinggi ke langit. Dan berbuah lebat setiap waktu dengan izin Tuhan.
(Qs. Ibrahim, 14:24-25)
Tahrik Jadid merupakan sebuah Gerakan Pembaharuan yang dicanangkan oleh Hadhrat Khalifatul Masih Tsani, Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad ra 86 tahun yang lalu. Beliau sebenarnya sudah lama, bertahun-tahun menunggu waktu yang tepat untuk menyampaikan gerakan Tahrik Jadid ini, kapankah akan berkobar api fitnah yang besar yang karenanya semua anggota Jemaat, besar-kecil, tua-muda akan sadar dan bangkit dari kelalaiannya. Sehingga terjadi perubahan besar yang akan membawa Jemaat ke dalam suasana zaman Rasulullah saw dan para sahabat ra.
Tiba-tiba pada tahun 1934 munculah fitnah Ahrar. Kaum Ahrar di Hindustan bangkit menggerakkan seluruh negeri untuk memusuhi Jemaat ini. Mereka menyebarkan kebencian, menghasut dan menebarkan fitnah-fitnah. Mereka bertekad akan menghancurkan Jemaat yang baru berdiri sampai berkeping-keping dan akan mencabut benih Jemaat hingga keakar-akarnya, sehingga tidak ada lagi sebutan nama Ahmadiyah di Hindustan. Namun apa yang terjadi? Dalam menjawab tantangan yang sengit ini, Hadhrat Khalifatul Masih Tsani atas petunjuk Allah SWT meresponnya dengan melancarkan program Tahrik Jadid. Sebuah Gerakan Baru dalam menyebarkan Islam ke seluruh Dunia melalui Jemaat Ahmadiyah. Beliau bersabda:
“Wahai para Ahmadi, apabila kalian telah menerima Ahmadiyah dengan setulus-tulusnya, wajib bagi kalian untuk membantuku dalam mewujudkan tujuan serta sasaran Tahrik Jadid. Tuhan yang memiliki langit dan bumi menjadi saksi bahwa aku tidak memintanya demi kepentingan pribadi, namun semata-mata demi kepentingan Allah, Islam dan untuk Muhammad Rasulullah saw. Tampillah ke depan dan korbankanlah segala milikmu, dirimu dan pikiranmu demi kepentingan Allah dan Rasul-Nya Muhammad saw. Memang benar mengambil bagian dalam Tahrik-Jadid ini adalah sukarela, namun ingatlah apabila seseorang memutuskan tidak ambil bagian, sedangkan ia benar-benar mampu untuk mengambil bagian, ia akan dipanggil untuk mempertanggung-jawabkannya sebelum ia meninggalkan dunia ini, bahkan di akhirat nanti.”
Allah Swt juga memberikan kabar suka kepada Imam Jemaat Ahmadiyah saat itu melalui sebuah Ilham:
“Jangan resah berkenan dengan Ahrar, aku sedang mengintai bahwa tanah di bawah kakinya akan runtuh.”
Kita semua menjadi saksi, sekarang siapa yang tidak tahu Ahmadiyah? Dan siapa pula yang mengenal Ahrar? Ahrar lenyap – hilang sirna, sementara Jemaat Muslim Ahmadiyah dengan program Tahrik Jadid telah mengalami kemajuan demi kemajuan. Ratusan mubaligh Islam telah dikirim ke berbagai pelosok dunia dan telah mendirikan misi-misi Islam bahkan ke Eropa Utara yang belum pernah ditembus oleh tabligh Islam selama 14 abad, sekarang sudah terpancang misi Islam disana, dan masih banyak para Waqafin yang menanti-nanti saat akan mendapat perintah:
فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ
“Sebagian dari antara mereka telah menunaikan sumpahnya, dan sebagian lagi sedang menanti-nanti.” (QS 33 : 24)
Saat ini Jemaat Ahmadiyah sudah berdiri di lebih dari 200 negara. Padahal sebelum adanya penentangan tahun 1934, Jemaat ini baru hanya ada di beberapa negara saja. Telah menjadi fakta sejarah bahwa setiap kali penganiayaan ditimpahkan kepada Jemaat ataupun kepada pribadi-pribadi anggotanya, Jemaat selalunya bertambah maju dan besar, tidak pernah berkurang. Semakin besar cobaannya, maka semakin besar kabar suka yang didapat. Lihatlah apa yg telah terjadi pada fase demi fase penentangan tehadap Jemaat dari tahun ke tahunnya 1934, 1953, 1974 dan 1984.
Begitu juga yang terjadi di negara kita, Indonesia. Tahun 2005 penentangan terhadap Jemaat ini, begitu mencekam. Mereka mendemo pemerintah supaya Ahmadiyah dibubarkan. Tapi lihatlah, dia yang bernafsu memenjarakan orang-orang Ahmadi, malah dirinya sendiri yang dipenjara. Dan yang lainnya dimana pula keberadaannya? Mereka yang berusaha keras supaya Jemaat dibubarkan, malah mereka sendiri yang dilarang keberadaannya.
Sebaliknya, Jemaat ini bukannya bubar, malah ribuan mesjid telah dibangun di berbagai belahan dunia. Al-Quran sudah diterjemahkan dan diterbitkan dalam 75 bahasa. Rumah sakit dan klinik Homeopathy dibuka di belasan negara di bawah Yayasan Nusrat Jahan.
Beragam buku Masih Mau’ud as diterjemahkan dan diterbitkan dalam berbagai bahasa di dunia. Dan perwakilan dari Arab, Rusia, Perancis, Bangladesh, Turki, dan Cina sedang menerjemahkan karya-karya beliau as. Begitu juga program TV dan surat menyurat. MTA Internasional telah mengudara 24 jam selama 28 tahun, beberapa televisi dan siaran radio juga menyebarkan pesan Jemaat Ahmadiyah di puluhan Negara.
Singkatnya, telah diakui dunia bahwa Jemaat Ahmadiyah merupakan organisasi dalam Islam yang pertumbuhannya paling cepat di dunia. Ini semua adalah buah yang lebat nan manis serta penuh berkah dari Tahrik Jadid.
تُؤْتِي أُكُلَهَا كُلَّ حِينٍ بِإِذْنِ رَبِّهَا – كَشَجَرَةٍ طَيِّبَةٍ أَصْلُهَا ثَابِتٌ وَفَرْعُهَا فِي السَّمَاءِ
Bagai sebatang pohon yang rimbun, akarnya kokoh kuat menghujam bumi, cabang-cabangnya menjulang tinggi ke langit. Dan berbuah lebat setiap waktu dengan izin Tuhan. (QS 14:24,25)
Hadhrat Masih Mau’ud as diutus untuk يُحْيِ الدِّيْنَ وَ يُقِيْمُ الشَّرِيْعَةَ “menghidupkan dan menegakkan Syariat Islam”. Tidak hanya keimanan dan akidah yang ditegakkan. Tapi menghidupkan kembali amalan-amalan yang dicontohkan Rasulullah saw dan para sahabatnya. Sehingga yang namanya mukjizat itu bukan hanya cerita masa lalu.
Hadhrat Khalifatul Masih Al Khamis Atba, Mirza Masroor Ahmad telah menyampaikan 60 lebih khutbah berseri tentang riwayat para sahabat. Karenanya akan kehabisan akal orang yang memusuhi Jemaat jika masih mau menuduh bahwa orang-orang Ahmadiyah nabinya bukan Rasulullah saw, Naudzubillah. Sementara Rasulullah saw dan para sahabahnya radhiallaahu ‘anhum kita muliakan dan teladani.
Bagi orang Ahmadi, riwayat pengorbanan Rasulullah saw dan para sahabat ra bukanlah kisah-kisah yang usang, atau sekedar dongeng masa lalu. Tradisi pengorbanan layaknya para sahabat Nabi saw itu di dalam Jemaat masih ada dan tetap lestari hingga saat ini. Ketika dunia berlomba-lomba untuk memperoleh kekayaan, banyak orang Ahmadi yang ketika memiliki uang, lalu diingatkan tentang pengorbanan harta maka mereka memberikan harta mereka.
Walaupun sebelumnya mereka cenderung terhadap urusan duniawi namun setelah menjadi ahmadi, mereka siap mengorbankan apa yang mereka cintai demi agama. Semua ini adalah hasil dari pelatihan dan pendidikan akhlak berkelanjutan yang Hadhrat Masih Mau’ud as tanamkan dalam diri para ahmadi. Perubahan yang revolusioner tersebut telah dibawa ke zaman ini oleh beliau as, yang sabda-sabdanya terbukti benar pada hari ini dan tergenapi dengan suatu cara yang menakjubkan.