Seruni Fauzia Lestari, anggota Lajnah Imailah Indonesia, mengaku sangat bersyukur karena mendapatkan kesempatan mengikuti forum anak muda lintas iman global dalam rangka selebrasi dan peringatan Pekan Harmoni Sedunia yang diselenggarakan oleh Lutheran World Federation and Alamana Center, Jumat (4/2/2022).
Forum lintas agama yang dihadiri oleh perwakilan dari berbagai negara ini membahas mengenai bagaimana anak muda memaknai dan menjalankan keberagaman di kehidupan sehari-hari, terutama di tengah pandemi Covid-19. Perspektif anak muda dalam forum ini menjadi menarik karena berupaya mengubah stigma forum lintas iman yang biasa dilakukan oleh para ‘ahli’. Padahal, faktanya terdapat banyak upaya toleransi dan keberagaman beragama yang dipromosikan oleh anak-anak muda secara kreatif di masa pandemi ini.
Lutheran World Federation yang berbasis di Geneva dan Alamana Center yang berkantor di Oman menghadirkan webinar sebagai ruang keberagaman berbagai panelis muda yang terlibat dalam kegiatan lintas iman di negaranya masing-masing. Seruni ditemani oleh beberapa temannya dari seluruh dunia yang juga memiliki visi yang sama untuk mempromosikan nilai-nilai toleransi dan keberagaman, diantaranya ada Rebecca dari Singapura, Jamie dari Amerika Serikat, Holi dari Bangladesh dan Abdujalilu dari Tanzania.
Forum yang dimoderatori oleh Savanna ini semakin hangat karena komunikasi antar panelis begitu mengalir, berjalan dua arah, serta kaya akan wawasan isu keberagaman dari berbagai belahan dunia. Dalam sambutan pembukaannya, Pdt. Sivin Kit menekankan pentingnya memfasilitasi dialog lintas iman yang tidak hanya aman namun juga berani mengangkat isu-isu keberagaman yang ada di masyarakat. Terkadang banyak orang yang takut membahas soal keberagaman.
Pada kesempatan ini, Seruni mengaku belajar banyak mengenai isu lintas iman. Dia menyadari bahwa terdapat banyak kaula muda yang terlibat dalam kegiatan-kegiatan di isu ini.
“Dimana pun kita berada, banyak anak muda terlibat dalam kegiatan-kegiatan keagamaan dan lintas iman untuk mencari titik terang di masa-masa pandemi yang penuh ketidakpastian, baik untuk dirinya sendiri, komunitasnya, ataupun masyarakat di sekitarnya,” ujarnya.
Selain Seruni, panelis lainnya seperti Jamie di USA dan Rebecca di Singapura juga menceritakan pengalaman dirinya dan kawan-kawan mudanya yang berkontribusi membantu sesama di masa pandemi ini tanpa memandang latar belakang orang yang dibantunya tersebut. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan diantaranya memberikan logistik karantina, vaksinasi dan dukungan lainnya.
Abujalilu dan Holi menceritakan bagaimana peran anak muda mendorong keberagaman dalam komunitas di negaranya masing-masing dan pentingnya hubungan intergenerasi. Dibantu oleh media digital, anak muda mampu mendiseminasikan nilai-nilai keberagaman dan toleransi yang kreatif dan mudah dimengerti, seperti pada kegiatan ngopi bareng. Tujuannya untuk menciptakan dialog lintas agama dengan rasa aman bagi semua. Selain itu penting juga menjaga hubungan lintas generasi dalam komunitas, antara anak-anak muda dengan kaum yang lebih tua darinya untuk menumbuhkan hubungan yang berbasiskan kepercayaan dan interdependensi.
Forum ini menjadi semakin menarik ketika di sela-sela diskusi para panelis saling membahas tentang kuliner negaranya masing-masing. Dari membahas makanan ini, Seruni merasa lebih dekat dengan teman-teman lintas agama tersebut.
Tidak terasa sudah tiba di penghujung acara. Beberapa di antara panelis mengingatkan bahwa forum lintas agama bukanlah suatu forum yang hadir hanya pada saat ada konflik agama saja, melainkan indahnya toleransi dan keberagaman yang ada di forum-forum sperti ini harus terus dirasakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak cara mewujudkan hal itu, seperti membuat makanan untuk dihidangkan bersama, atau merasakan indahnya kebersamaan dengan hidup berdampingan.
Editor: Mubarak